Makan malam

Fajuri Wedding Galery (FWG)

"Selamat siang tuan dan nona muda, apakah ada yang bisa kami bantu?" sapa seorang karyawan FWG ramah.

Siang ini Moehe dan Syedza mengunjungi salah satu galeri milik tuan Fajuri, Moehe mengajak Syedza untuk membicarakan hari bahagianya nanti, mulai dari persiapan dekorasi, catring, design baju dan lain-lain.

Dengan wajah sumringah Moehe menginjakkan kakinya di gerbang depan Galeri ini, sambil membayangkan hari bahagianya yang sudah di depan mata. Tetapi tidak dengan Syedza, ia memasang wajah cemberut disepanjang perjalanan, ia ikut kesini hanya terpaksa mengikuti keinginan Moehe.

"Persiapkan gaun untuk pesta tuan putri Syedza Fajuri sekarang!" titah Moehe sambil memperlihatkan tanda pengenal Fajuri Group.

Mendengar nama Fajuri, karyawan FWG ini gelagapan mempersiapkan semua dengan cepat, berhambur kesana kemari mengambil semua benda yang terbaik di galery ini. Tak bisa dibayangkan betapa terkejutnya karyawan FWG saat mengetahui sepasang manusia di depan mereka ini adalah orang terpenting di perusahaan Fajuri Grup.

Kenapa manager sialan itu tidak memberi tau kita lebih awal sih, kalau tuan putri akan datang kesini, gumam salah seorang karyawan FWG.

*Kejutan semacam apa ini? Rasanya aku ingin berteriak di samping telinga manager sialan it*u, lanjut Karyawan itu menggerutu.

Karyawan FWG memang tidak pernah bertemu dengan anak pemilik perusahaan megah tersebut, karena ini pertama kalinya Syedza menginjakkan kaki di Galery weeding, sehingga mereka tidak mengenali wajah tuan putri pemilik perusahaan tempat mereka bekerja ini.

FWG Merupakan serpihan kecil dari Fajuri Group yang bergerak di bidang wedding organizer dengan gedung tersendiri yang cukup besar sehingga memiliki puluhan karyawan dan seorang manager yang tegas dan memiliki disiplin yang tinggi, sehingga banyak karyawan tidak menyukai hal ini.

"Tuan putri, ikutlah dengan saya, kita akan memilih gaun terlebih dahulu, setelah itu akan memilih beberapa accesories yang tuan putri butuhkan untuk pesta itu," sapa salah seorang karyawan dengan sopan.

"Eh.. Tunggu!" ujar Syedza.

"Iya, ada apa, Nona?" tanya karyawan wanita yang belum Syedza ketahui namanya itu.

"Pertama, kau tidak perlu memanggilku dengan sebutan 'tuan putri' ataupun 'Nona'. Yang kedua, kau tidak perlu membungkuk-bungkuk saat berdiri di depanku, aku tak sependek itu," ujar Syedza memperingati wanita itu.

"Tapi nona, memang sepantasnya kami menyebutmu dengan panggilan itu," bantah karyawan wanita itu.

"Kau harus tau, aku bukan orang yang gila hormat, darahku sama merahnya dengan darahmu, cantik!" ujar Syedza memegang tubuh wanita itu agar bisa lurus sejajar dengannya.

Wanita itu hanya diam menatap ke arah Syedza.

Ternyata anak Tuan Fajuri ini tidak sombong seperti putri-putri raja biasanya yang angkuh dan sombong seperti yang ada dibayanganku ini, batin karyawan wanita itu.

"Jika rasanya kau perlu menghormati orang sampai bersujud-sujud, kau salah orang, itu bukan aku! itu adalah manusia baja yang ada di depan sana!" ujar Syedza sambil menunjuk ke arah Moehe, "kau bisa menghormatinya sampai kau puas! Hahahaha," lanjut Syedza tertawa keras.

Moehe yang sedari tadi asik berbincang dengan salah seorang karyawan laki-laki di galeri ini, entah apa yang mereka bicarakan, sepertinya ini sangat serius. Seketika Moehe tersontak saat mendengar tertawa keras dari bibir Syedza.

Dia tertawa? Apakah dia senang saat aku ajak ke sini? Batin Moehe.

"Tapi, Nona___," sanggah karyawan wanita itu.

"Terserah saja!" ujar Syedza memotong kalimat karyawan wanita itu, "Pilihkan apapun yang kau anggap pantas untukku, apapun itu aku tak peduli! Kain sarung sekalipun kau berikan padaku juga tidak apa-apa," lanjut Syedza acuh.

Moehe berjalan menghampiri tempat Syedza dan karyawan wanita itu berdiri.

HAHAHA KAIN SARUNG? Tunggu! Tunggu! Aku ingin membayangkan bagaimana wanita ini memakai kain sarung di pesta itu, gumam Moehe sambil tersenyum-senyum.

Ciiihhh! Lihatlah, dia tersenyum licik begitu? Dia ini benar-benar sudah gila, batin Syedza memasang wajah cemberut ke arah Moehe.

Sangat menggemaskan, benar-benar menggemaskan! Batin Moehe mengamati ekspresi Syedza.

 

19.30 waktu setempat

Tuutt..

Tuuut..

Tuuut..

"Ya, Hallo," Terdengar suara dari seberang sana.

"Yeyy! Aku menghubungimu berkali-kali, akhirnya aku bisa mendengar suara serakmu ini," sorak Syedza.

"Katakan! Ada apa?" sahut Rizwan dari seberang sana.

"Sayang, apa kita bisa bertemu malam ini?" tanya Syedza berusaha mengumpulkan moodnya.

"Aku sedang ada kerjaan lain yang mengharuskan lembur," Jawab Rizwan santai.

Sebenarnya tidak ada kerjaan yang begitu penting, jika mau Rizwan bisa saja pergi keluar untuk makan malam dengan pacarnya itu sekarang juga. Tapi ditolaknya ia rasa percuma hanya menghabiskan waktu saja.

"Pleeasse sayang, aku mohon kali ini saja," rengek Syedza Memelas.

Ada apa dengan dia ini? Tak biasanya ia mengajakku keluar bukan diwaktu weekend, batin Rizwan.

"Aku akan menghabiskan makan malam dengan mu untuk malam ini saja, aku ingin bicara serius, aku mohon kali ini saja kau kabulkan permintaan ku ini," ujar Syedza membujuk Rizwan.

Rizwan berpikir cukup lama, kemudian menjawab permintaan Syedza, "Baiklah, kita akan makan malam di rumahku saja, koki di rumah ini telah mempersiapkan makan malam," dengan berat hari Rizwan mengiyakan permintaan Syedza.

Syedza menutup telponnya menyetujui pinta pacarnya itu untuk makan malam bersama di rumah Rizwan.

***

Braakkkkkk!

"Apa kau mempermainkan aku? Haahhh?" suara pecahan beling berhambur ke lantai, dilanjutkan sumpah serapah dari mulut Rizwan.

"Maafkan aku, sayang! Aku tidak bisa menolaknya," ujar Syedza memohon.

"Kau tidak sedang bercandakan, sayang? Katakan, katakan kau ini sedang bercanda," bisik Rizwan lembut di telinga Syedza.

Iya, beginilah Rizwan, moodnya mudah sekali berubah, kadang menjadi orang yang sangat lembut dan sangat halus, terkadang pula dengan cepat pula moodnya berubah menjadi posesif dan tempramen. Dua tahun menjalin hubungan dekat dengan Syedza, membuat Syedza paham bagaimana sifat kekasihnya itu dan bagaimana menghadapinya dengan penuh kesabaran.

Syedza masih menangis sampai terisak-isak, tak bisa mengeluarkan kata sedikitpun.

"Aahh kau ini, jangan membuatku penasaran dengan rencanamu ini, kau tidak sedang akting drama Aprilmoop untukku kan?" Rizwan masih berbicara lembut di telinga Syedza.

Waktu yang pas, ini tanggal 1 april, aku yakin dia sedang mempersiapkan kejutan Aprilmoop untukku malam ini. Semakin membuat penasaran saja, tak biasanya seperti ini, batin Rizwan.

"A-Aku sedang tidak bercanda, sayang. Pestanya akan diadakan lusa," jawab Syedza terbata-bata.

"Baiklah, sekarang kau jawab aku dengan jujur!" seru Rizwan tegas.

"Apa kau sedang berbohong?" tanya Rizwan menyelidik.

Syedza menjawab dengan cepat, "tidak!"

"Apa kau sedang berbohong?" tanya Rizwan sekali lagi.

"Tidak!" jawab Syedza.

"Apa kau sedang berbohong?" Rizwan Mengulangi pertanyaannya hingga 3 kali.

"Tidak! Tidak! Tidak!" jawab Syedza lantang.

Plakkk!

Plakkk!

plakkk!

Tamparan keras di pipi kiri dan kanan Syedza, membuat wanita itu meringis kesakitan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!