"Ini sudah sangat terlambat". Syedza terisak-isak, tangisnya tak bisa dibendung lagi.
"Sekarang kau lihat aku".
Moehe menarik Syedza untuk menatapnya, Ia berbicara setelah beberapa saat terdiam, kini matanya berkaca-kaca. Tiba-tiba..
Trrreeett... trrreeeetttt... treeerrrrrtttt...
Ponsel Moehe yang ada di atas meja di depan mereka duduk sekarang ini berdering.
Moehe mengambilnya sebentar, kemudian meletakkan kembali ke tempat semula dengan kasar
Bagaimana ponsel sialan ini mengganggu ku. Batin Syedza kesal
"Kau tak perlu berhalusinasi terlalu jauh". Ucapan Moehe terpotong lagi
Heeiihhhh... Berhalusinasi?.. Jantung Syedza berdegug kencang
Apa tandanya aku tidak boleh berharap lebih padanya, setelah ia mendengar ceritaku tadi?
Apa ia berubah pikiran? Mungkin sekarang dia jijik dengan ku. Batin Syedza berseteru
Teeerrtttt... teeerrrttttt... treeerrttt...
Moehe melirik ponselnya lagi, terlihat panggilan masuk dari Fram, Asisten pribadinya dalam segala hal itu.
Ia masih membuang hp itu dengan kasar seperti yang ia lakukan tadi.
"Bagaimana bisa Fram mengganggu ku saat-saat seperti ini!. Apa ia tak tau apa yang harusnya ku lakukan sekarang?! ". Moehe mendengus geram
Syedza tak berani untuk menyapa Moehe bahkan ia tak berani untuk membuka suara lagi. Nyali nya ciut saat melihat raut wajah Moehe tidak seperti biasanya.
"Kau dengarkan aku". Moehe mengangkat dagu Syedza yang tertunduk itu hingga Syedza mengadahkan wajahnya ke atas
Apa yang ingin ia lakukan? Apa ia ingin menampar ku berkali-kali setelah ini?. Batin Syedza
Nafas Syedza tersengal-sengal, jantungnya berdegub kencang, membayangkan apa yang akan dilakukan manusia gila yang di depannya ini.
"Kalau kau ibaratkan dirimu ini piring, Anggap saja aku ini kain lap". Moehe mencuri kecupan di bibir Syedza lagi.
"Aku akan membersihkan piring itu dari hal apapun". Moehe melanjutkan
"Aku tak peduli itu piring bekas siapa. Siapapun itu aku bersedia membersihkannya dan makan bersama di piring itu lagi". Ucap Moehe dengan raut wajah yang serius
"Aku terlalu hina untukmu". Ucap Syedza memandang Moehe serius
"Sekarang kau adalah piringku". Ucap Moehe mengecup bibir Syedza kembali, bahkan ini lebih dari biasanya yang ia lakukan. Sedikit demi sedikit Syedza akhirnya memberi respon juga
Tak butuh waktu lama, akhirnya Moehe berhasil membaringkan tubuh Syedza di atas ranjang, ingin melakukan hal yang lebih intim lagi namun tiba-tiba...
tookk... tokkk... totokkk...
"Maaf tuan muda, saya di luar".
Terdengar suara laki-laki di balik pintu
"Sial! Ada saja yang ganggu saat genting begini". Gumam Moehe pelan
Moehe menghentikan aktivitas yang ia lakukan dari tadi.
Terima kasih Fram, kau menyelamatkan ku. Batin Syedza bersorak
Hiiihhh.. Bagaimana bisa Fram tidak mengeti apa yang harusnya aku lakukan bersama istri ku saat jam segini. Batin Moehe melirik jam di meja samping tempat tidur
"Tuan ada hal penting yang harus aku katakan". Teriak Fram lagi dibalik pintu, setelah menunggu sekitar 5 menit tak ada jawaban dari sang pemilik kamar
Hiiiihh apa Fram ini sudah bosan bekerja dengan ku?. Batin Moehe kesal
"Moehe aku bagaimana, apa Fram akan masuk?". Ucap Syedza panik
Syedza menunjuk ke arah pakaian yang ia kenakan saat ini, tidak mungkin ia memakai baju mandi itu di depan Fram nanti.
"Kau di sini saja sayang, tenanglah". Moehe menyelimuti Syedza dengan selimut tebal sampai hanya kepala Syedza yang terlihat.
Moehe membuka pintunya, di luar sana wajah Fram terlihat pucat dan berkeringat tak seperti biasanya.
"Apa maksudmu berteriak tidak jelas di depan kamar orang jam segini?". Ucap Moehe kesal
"Maafkan aku tuan muda, saya sudah menghubungi tuan muda dari tadi. Maafkan saya jika saya sangat lancang". Ucap Fram merendahkan diri
Bagi Fram minta maaflah hal yang tepat untuk saat ini. Walaupun tak sepenuhnya ia bersalah
"Aku lagi menghabiskan waktu dengan istri ku, bagaimana kau tak tau itu Fram?". Jawab Moehe datar
"Sekarang katakan". Moehe melanjutkan lagi
Moehe meneliti Fram, sepertinya ada yang aneh dari Fram kali ini.
"Sebelumnya maaf tuan muda, apa tuan menghubungi tuan Maiher dan nyonya?". Fram bertanya dengan wajah serius
"Apa!". Moehe terkejut mendengar pertanyaan itu
"Apakah ada kabar tuan Maiher sudah sampai di kota C, tuan muda?" Fram bertanya lagi
Bagaimana aku bisa meminta kabar dari orang tua ku? Akhir-akhir ini aku sering sekali tidak fokus begini. Batin Moehe
"Apa yang terjadi Fram?". Moehe bertanya dengan suara parau
Moehe melirik jam di tangan kirinya,
Harusnya mereka sudah sampai semenjak 3 jam yang lalu. Apa yang sebenarnya terjadi?. Batin Moehe
"Salah satu pesawat yang mendarat dari kota A ke kota C Mengalami kecelakaan, sempat hilang kontak dari lintasan akhirnya ditemukan di hutan bagian utara kota C". Fram menjelaskan tentang informasi yang ia dapat
Moehe telah ambruk ke lantai, dengan ditopang lutut kakinya.
"Sejauh informasi yang kami dapat hanya itu tuan muda, kami mengalami kesulitan mengacak identitas tiket pesawat yang ditumpangi tuan dan nyonya, karena tuan membeli tiketnya sendiri via online". Sambung Fram dengan ekspresi yang susah di tebak
kemudian Fram melanjutkan, "Semoga saja tuan Maiher dan nyonya berada dalam lindungan tuhan, tuan muda"
Moehe mengusap air matanya, ia berdiri dengan sekuat tenaga
"Siapkan jet sekarang Fram". Perintah Moehe
"Kita akan berangkat ke tempat kejadian sekarang".
"Baik tuan muda". Jawab Moehe
Moehe masuk kembali ke kamarnya untuk menyiapkan keperluan nya selama di luar rumah.
"Sayang, aku keluar kota. Kau tetaplah disini". Ucap Moehe dengan suara dingin
"Kenapa Fram? Apa yang terjadi?". Syedza memastikan keadaan dari balik selimut
Moehe tak menjawab pertanyaan Syedza, ia menyiapkan semua yang dibutuhnya, wajah Moehe murung sekali terlihat tak seperti biasanya.
Syedza melangkah ke arah Moehe
"Apa kau baik-baik saja?". Syedza bertanya dengan pelan-pelan
Sebenarnya ia tidak peduli dengan Moehe, tapi lain untuk kali ini. Wajah Moehe sendu, tak seperti biasanya walaupun kadang menyebalkan.
"Aku mohon kau tetaplah di sini. Jangan kemana pun. Tunggu aku kembali nanti". Kedua tangan Moehe memegang pipi Syedza, kemudian memberi berkali-kali kecupan di sana.
"Kau dengar aku?". Moehe melepaskan kecupan itu
Syedza hanya mengangguk
"Aku mohon, bukakan aku lemari itu. Mana mungkin aku begini sampai kau kembali". Syedza menunjuk ke Arah pakaian yang ia pakai saat ini
"Lemari itu menggunakan sidik jari. Kau bisa membukanya dengan kata sandi 'MOEHE SAYANGKU'". Ucap Moehe dengan sedikit senyum terpaksa
Hiiihhh.. Lihatlah Bagaimana bisa ada kata sandi yang menggelikan seperti itu. Batin Syedza dengan sedikit kesal.
Bersambung,
\=\=\=\=\=
Di sini author jelaskan ya, biar gak bingung bacanya
Kota A : kota tempat Syedza dilahirkan dan tempat berdirinya kantor utama Fajuri Group
Kota B : kota tempat Syedza berdiam setelah menikah dengan Moehe
Kota C : Kampung Halaman tuan Maiher
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments