"Kita telah sampai!"
Jet pribadi berhenti di sebuah halaman luas tampak beberapa orang laki-laki berpakaian rapi sedang berbaris menyambut kedatangan Syedza dan Moehe.
Aku kira setelah sampai di kota B ini aku bisa bebas, setidaknya aku bisa melakukan apapun saat manusia gila dan manusia baja itu sedang bekerja. Ternyata sama saja, tetap dikelilingi para manusia gaib berwujud nyata ini. Batin Syedza
Moehe merangkul Syedza untuk turun dari jet, mereka melangkah gontai masuk ke rumah yang telah disediakan oleh Fajuri Grup khusus di kota ini.
"Apa kau tak sabar mau ke kamar kita?" Bisik Moehe lembut
Syedza mengangguk. "Iya. Aku ngantuk sekali". Jawab Syedza sambil menguap
"Ya sudah kau tidur saja dulu, Aku harus ke kantor dulu". Ucap Moehe mempersilakan Syedza masuk ke kamar. "Tapi tunggu dulu"
Muaachh. Moehe mencuri ciuman lagi untuk ke sekian kalinya
Syedza tak peduli dengan itu, ia langsung melangkah ke kamar dan menutup pintunya
Kasur... I am comming. Sapa Syedza, ia sudah ambruk di atas kasur empuk itu, meringkuk dibalik selimut dan berputar 360* sesukanya.
\=\=\=\=\=\=
Sementara itu di kantor
"Selamat datang tuan muda"
"Selamat datang tuan Moehe"
"Selamat datang"
"Selamat datang". Sapa para karyawan cabang Fajuri Grup yang bergerak bagian properti.
Moehe berjalan menuju ruangan yang telah disiapkan. Hari ini hari pertama Moehe bekerja di kantor ini, tak banyak yang ia lakukan hari ini. Ia hanya mengamati dokumen-dokumen penting yang ada di ruanganny. Dokumen itu berupa arsip keuangan, daftar kontrak kerjasama dan berkas-berkas penting lainnya. Mempelajari hal ini tak sulit baginya, bertahun-tahun mengabdi pada tuan Fajuri dan hidup di lingkungan perusahaan utama sejak belia, bahkan sering mengikuti bosnya itu ke berbagai kota untuk memantau perkembangan anak cabang perusahaan, salah satunya kantor yang ia pimpin saat ini.
ting. ting.
Nyonya Anita : "Kami berangkat nak" ☑☑
Moehe: "Iya, Hati-hati di jalan" ✅✅
Nyoya Anita : "Semoga honeymoon nya menyenangkan 😊" ☑☑
Ibu ada-ada aja. Moehe hanya tersenyum membaca chatingannya bersama ibunya itu.
Berjam-jam berkutat dengan berkas-berkas penting Moehe memijit pelipisnya.
Sial! Bagaimana bisa aku melupakan wanita itu. Batin Moehe memberontak saat teringat sesuatu yang tak seharusnya ia lupakan.
Aku akan menghubungi nya sekarang.
Moehe mengacak-acak isi ponselnya itu, apa yang ia cari tak ada di situ.
"Fram!"
"Apa yang bisa saya bantu tuan?". Fram berjalan dari ruangannya, kemudian menunduk sopan
"Hubungi nona sekarang juga"
"Maaf tuan, saya belum menyimpan nomor pribadi nyonya". Fram menundukkan diri
"Sial!". Moehe mengatup rahangnya kuat. Cetaaakk
Sebenarnya aku yang bodoh. Bagaimana aku bisa melupakan nomor istriku sendiri. Batin Moehe
"Saya menyimpan nomor pengawal yang berjaga di rumah. Apakah harus saya hubungi sekarang". Fram memberi tawaran
"Sekarang juga"
"Baik tuan"
Fram menghubungi pengawal di rumah tuan Moehe, kemudian menjelaskan kembali kepada Moehe informasi yang ia dapat dari pengawal itu.
"Nona sudah makan siang tuan muda, nona hanya di ruang makan 20 menit, kemudian masuk ke kamarnya lagi. Sekarang nona sedang tidur pulas di kamar".
Moehe hanya tersenyum mendengar hal itu. Apa kau belum puas tidur sayang? tidurlah, malam nanti aku akan membuat mu tak bisa menutup mata walau sebentar pun. Batin Moehe berseringai licik
\=\=\=\=\=
Syedza terbangun dari tidurnya merasakan penuh di kandung kemihnya. Ia berlari ke kamar mandi membuang apa yang seharusnya ia buang, kemudian membersihkan diri dengan berandam di dalam air panas dan busa-busa beraroma khas bunga. Setelah setengah jam ia rasa cukup untuk menenangkan diri dan membilas seluruh tubuhnya dengan air yang bersih.
Syedza keluar dari kamar mandi dengan balutan Bath robes/jubah mandi putih selutut di tubuhnya dan kain handuk yang melingkar di kepala untuk mengeringkan rambutnya.
"Bagaimana cara membuka lemari ini? Kenapa begitu sulit?". Syedza meraba-raba pintu lemari baju yang ada di kamar barunya ini.
"Auuuhhhh!. Lemari ini membawa petaka saja". Syedza meringis melihat jari telunjuknya tertusuk sesuatu saat mencoba membuka lemari itu.
"Bagaimana ini? Aku tak mungkin keluar kamar dengan pakaian seperti ini, di luar banyak penjaga suruhan manusia gila itu!".
Sebenarnya Syedza mau keluar meminta tolong pada penjaga rumah itu, tapi rasanya tak mungkin ia keluar cuma berbalut jubah mandi seperti ini, terlebih lagi ia tidak mengenal penjaga itu seorang pun, bahkan ia belum sempat meminta nomor koki yang menyiapkan makan siangnya tadi siang.
"Aahhhh... Aku bahkan tidak mengenal wanita yang menyiapkan makan siang ku tadi". Gumam Syedza berseteru dengan batinnya sendiri.
Syedza meninggalkan lemari baju yang belum berhasil ia buka itu. Ia mengintip di jendela kamarnya untuk melihat dunia luar, secara hari ini ia hanya di kamar saja.
"Sumpaaah! Ini jam berapa? Kenapa sudah gelap begini?". Syedza berhambur meraih ponselnya di atas nakas samping tempat tidur.
Ceetaaakk... Terdengar sepertinya suara pintu terbuka.
"Huuupppp" Syedza menutup mulut dengan tangannya.
"Selamat malam sayangku". Sapa Moehe tersenyum bersemangat
"Kau... kau sudah pu.. laaang?". Tanya Syedza terbata-bata.
"Maafkan aku sayang, aku pulang lebih lama hari ini. Ada banyak yang harus ku selesaikan di kantor baru ini".
Syedza hanya terdiam di tempat ia berdiri tadi.
"Aku merindukan mu. Rupanya kau sudah siap menunggu ku pulang". Ucap Moehe tersenyum licik melihat pakaian yang dikenakan Syedza saat ini
Hiiiiihhh... Siapa yang menunggunya? Apa ia sengaja mengunci lemari itu untuk melihat ku begini?". Batin Syedza
"Aku akan membersihkan diriku dulu. Bersabarlah". Ucap Moehe hilang dibalik pintu kamar mandi.
Sementara Moehe di kamar mandi, Syedza mencari cara bagaimana bisa terhindar dari perangkat Moehe kali ini.
Apa yang harus aku lakukan?. Batin Syedza bolak-balik berjalan melintasi kamar barunya itu.
Sekitar 15 menit menunggu, Syedza belum menemukan jawaban dari apa yang dipikirnya dari tadi. Akhirnya terdengar seperti suara pintu kamar mandi terbuka.
Naaah itu diaaa.. Syedza berlari ke arah ruang ganti ingin meminta tolong Moehe membukakan lemari untuk nya.
"Moehe bantu ak___". Belum selesai Syedza mengucapkan kata-katanya Moehe langsung memotong.
"Kau kesini?". Moehe langsung memeluk Syedza
"Aku ingin me___". Ucap Syedza terpotong
Moehe langsung menyambar bibir Syedza hingga ia tak bisa berbicara lagi.
Syedza meronta-ronta minta untuk dilepaskan, tapi nihil. Tangan Moehe terlalu kuat mencengkramnya.
Akhirnya Syedza menyerah saja, hingga Moehe tidak terlalu kuat mencengkram nya lagi. Moehe melepas kecupannya di bibir Syedza kemudian mulai beralih ke tempat lain. Sebelum terlalu jauh, Syedza mengatur nafas untuk memikirkan apa yang harus dilakukan nya agar bisa terhindar dari manusia gila yang ada di depannya ini.
"Tunggu!. Ada hal yang sangat penting yang harus aku katakan padamu terlebih dahulu, setelah itu kau bebas melakukan apapun padaku. Aku mohon kali ini saja dengarkan aku". Ucap Syedza mundur menjauhi pelukan Moehe
"Benarkah aku boleh melakukan apapun setelah itu?". Tanya Moehe menyakinkan Syedza
Syedza mengangguk
"Baiklah. Katakan!". Perintah Moehe
"Ini serius, kita bicaranya sambil duduk saja". Pinta Syedza
Mereka berdua duduk di sofa saling berhadapan. Raut muka Syedza masih tegang, tak bisa membayangkan bagaimana ke depannya. Raut wajah Moehe sangat serius, ingin mengetahui apa yang akan disampaikan Syedza pada nya.
"Aku bingung aku harus mulai dari mana, tapi ini harus aku sampaikan". Syedza memulai membuka pembicaraan
"Katakan! jangan membuat aku lama menunggu". Ucap Moehe tak sabar
"Apapun yang terjadi sekarang kau adalah suami ku"
"Sebelum terjadi apa yang seharusnya terjadi, Alangkah lebih baiknya kau mengetahui hal ini". Syedza menelan ludahnya kemudian melanjutkan
"Aku bukan orang baik-baik, kau harus mengetahui itu". Syedza mengambil nafas panjang
Kemudian melanjutkan "Aku merasa tidak pantas saja kau perlakukan aku begitu baik"
"Terserah setelah ini kau boleh bersikap bagaimana pun terhadap ku".
Syedza terisak
"Maksudnya?". Moehe bertanya datar
"Begini, kau tidak mungkin makan di dalam piring yang telah dipakai orang lain"
"Itu sangat mustahil".
"Aku adalah piring itu"
"Mana mungkin kau makan di dalam piring yang kotor, sisa orang yang tak kau ketahui siapa". Syedza menjelaskan pelan, suaranya parau dan anak sungai telah mengalir deras di pipinya.
Moehe terdiam sejenak, pandangannya lurus ke depan, entah apa yang dipikirannya, ekspresinya saat ini susah ditebak.
"Maafkan aku yang baru memberi tau mu sekarang" "Aku tak punya waktu yang tepat untuk mengatakannya".
"Ini sudah sangat terlambat". Syedza terisak-isak, tangisnya tak bisa dibendung lagi.
"Sekarang kau lihat aku". Moehe menarik Syedza untuk menatapnya, Ia berbicara setelah beberapa saat terdiam, kini matanya berkaca-kaca. Tiba-tiba..
Tiba-tiba apa yang terjadi?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments