First Kiss

"Dimana nyonya? Aku mau lihat ibu mertua ku". Ucap Moehe merenggangkan pelukannya pada Syedza.

"Di kamar utama". Syedza berjalan diikuti dengan Moehe di belakangnya.

"Apa nyonya baik-baik saja tuan?". Tanya Moehe pada tuan Fajuri yang duduk di sofa depan kamar utama

"Bagaimana kau ini? Aku sudah menjadi mertuamu kau masih saja menyebutku tuan". Protes tuan Fajuri tersenyum

"Panggil aku AYAH seperti anak-anakku memanggil ku dengan panggilan itu". Pinta tuan Fajuri

" Baiklah Ayah, aku akan mau menemui ibu untuk melihat keadaan ibu". ucap Moehe

"Baiklah, ibu ada di dalam kamar. Silakan kau temui dulu ". ucap Tuan Fajuri kepada Moehe

Moehe masuk ke dalam kamar utama. Nyonya Ralin sudah siuman, pipinya masih terlihat bengkak dan masih ada ruam-ruam merah di sana. Dokter Raj mengisyaratkan kalau ibunya tidak boleh diajak bicara dulu.

Setelah beberapa menit melihat ibu mertuanya, Moehe mengundurkan diri untuk izin istirahat di kamarnya. Syedza meminta izin pada Moehe untuk tetap tinggal di kamar utama agar bisa merawat ibunya. Moehe mengizinkan Syedza disini dulu, toh ibu mertuanya itu lebih membutuhkan kehadiran Syedza saat ini.

"Aku ke kamar dulu". Ucap Moehe pamit pada semua orang yang ada di ruang itu.

_____________________

Seminggu sudah nyonya Ralin dirawat di kamar utama, dengan demikian usia pernikahan Syedza dan Moehe juga seminggu. Sejak malam itu belum terjadi apa-apa antara keduanya, Syedza sibuk mengurus ibunya selama masa pemulihan, sementara Moehe tidak keberatan dengan hal itu.

Hari ini nyonya Ralin sudah hampir pulih seperti sebelumnya. Alat medis yang dipasang di tubuhnya sudah dicabut, hanya saja wajahnya masih terlihat pucat.

"Apa ibu benar-benar sudah pulih?". Tanya Syedza pada ibunya saat sarapan di ruang makan

"Ibu sudah tak apa-apa nak, kau dan Moehe bisa pergi hari ini. Jangan ditunda lagi ya". Pinta nyonya Ralin pada anak dan menantunya

Moehe dan Syedza akan berangkat ke kota B seperti yang direncanakan tuan Fajuri sebelumnya. Orang tua Moehe juga akan pulang ke tempat asalnya hari ini, seperti rencana mereka sebelumnya yaitu akan pulang setelah nyonya Ralin benar-benar pulih.

"Tuan besar, kau sudah terlalu baik denganku, aku tak tau bagaimana cara berterimakasih yang paling baik padamu". Ayahnya Moehe memulai pembicaraan saat sarapan pagi itu di ruang makan

"Omong kosong apa kau ini tuan Maiher". Sanggah tuan Fajuri tidak mau membahas soal itu.

"Dulu kau berikan aku kepercayaan menjaga mu, kemudian kau percayakan aku untuk mengurus perusahaan mu, lalu sekarang kau berikan anakmu kepada keluargaku". Tuan Maiher mengungkapkan setengah tertawa

"Aku terlalu serakah tuan besar, kau terlalu baik. Maafkan keluargaku yang tak bisa berterimakasih". Lanjut tuan Maiher menggoda tuan besar

"Sudahlah. Sudahlah. Sampai kapan kau memuji ku seperti itu, rasanya ingin pecah saja gendang telinga ku mendengarnya". Sarkas tuan besar

"Bukan beg___"

"Jet pribadiku akan mengantarkan mu kembali ke tempat asalmu nanti, aku sudah bosan melihatmu di sini". Canda tuan besar pada tuan Maiher. "Setelah mengantarkan Moehe dan Syedza, jet itu akan menjemputmu".

"Ooh tidak. Biarkan jet itu mengantar anak dan menantuku. Aku sudah membeli tiket untuk pulang ke kampungku, jadi tuan tidak bisa mengusirku lagi. HAHAHA". Tuan Maiher tergelak, membalas candaan tuan besar.

"Ayah, apa tidak sebaiknya ayah pulang menggunakan jet saja. Naik pesawat akan menyita waktu yang lama". Moehe menawarkan ayahnya

"Tidak usah nak. Kami ingin menikmati perjalanan di pesawat nanti". Ucap tuan Maiher menolak

"Baiklah kalau begitu ayah ibu hati-hati di perjalanan nanti. Setelah di sana kabari kami ya". Sebenarnya Moehe tidak mengizinkan ayah dan ibunya naik pesawat. Tetapi ayahnya bersikeras dengan alasan ingin menikmati pemandangan di atas awan.

____________

Syedza dan Moehe sudah dalam jet pribadi ayahnya. Kewajiban Moehe untuk mengurus bisnis Fajuri Grup di kota B mengantarkannya untuk cepat-cepat pindah ke kota itu. Selain itu Moehe juga berniat lain, agar bulan madunya dipercepat.

Sementara itu Syedza tertidur pulas disampingnya.

Lihatlah bagaimana ia bisa terlelap begitu di samping ku. Padahal ia tau aku akan melahapnya. Batin Moehe.

Muach. Moehe mencuri kesempatan untuk mencium Syedza. Ini ciuman pertama antara Moehe dan Syedza.

Tak sedikitpun Syedza memberi respon, sepertinya ia benar-benar lelah, semenjak seminggu yang lalu tidurnya tak senyenyak biasa karena harus berbagi waktu untuk mengurus ibunya selama sakit.

Melihat tak ada respon dari Syedza, Moehe menyambarkan ciuman bertubi-tubi pada pipi dan bibir Syedza bergantian hingga Syedza terbangun

"Kau sedang apa!?". Syedza membelalakan matanya

"First kiss". Moehe hanya tersenyum licik seperti biasanya.

"Kau melanggar peraturan yang telah kita sepakati". Ucap Syedza sambil mengucek-ucek matanya masih setengah sadar

"Aku tidak sabar ingin melahapmu". Jawab Moehe masih dengan senyum licik

"Apa kita belum sampai?". Tanya Syedza melihat pemandangan ke arah luar jet, tampak awan-awan yang tak beraturan

"Sebentar lagi sayang. Bersabarlah". Moehe menggoda Syedza dengan mengedipkan mata sebelahnya

"Hiiiihh.. Bagaimana bisa dia berbicara seperti itu. Aku sampai merinding mendengarnya". Gumam Syedza

Moehe hanya tersenyum mendengar gumaman Syedza yang dianggapnya lucu

Syedza memasang sorot mata tidak suka pada Moehe, ia memajukan bibirnya ke depan.

"Kau mau lagi?". Ucap Moehe yang melihat Syedza gemas

"Apa!". Syedza melebarkan bola matanya

Sementara itu Moehe mendekatkan bibirnya, dengan spontan Syedza menutup bibirnya dengan lengan jacketnya, Moehe memaksa mendekat hingga kepala Syedza terbentur ke sandaran jet.

"Auwwhhh!"

"Kau tak apa-apa?". Moehe mengelus lembut kepala Syedza

"Kau sih, mendorong ku terlalu kuat". Protes Syedza

"Kau yang tak mau tenang kalau didekat ku". Protes Moehe tak kalah

"Siapa juga yang bisa tenang menghadapi manusia gila ini". Sarkas Syedza mengelus-ngelus kepalanya

"Jujur sajalah, kau yang tergila-gila dengan ku, kau sering sekali mengatakan itu di depanku". Moehe berdalih

Hiiiihh.. Apapun itu manusia yang kau hadapi ini tetap gila Syedza. Kau tak akan menang di depannya. Maka dari itu, jangan hiraukan ucapannya, rayakan lah kemenanganmu ini dalam hati. Batin Syedza

"YEYEYEYE". Suara Syedza tiba-tiba memecah kebeningan sesaat itu.

"Kau senang? Kau mengakuinya?". Moehe tersenyum lagi

Bagaimana aku tidak gila sayang, kau begitu menggemaskan. Melahapmu pun aku rasanya tak tega. Tapi itu harus ku lakukan, agar kau tetap dengan ku. Batin Moehe

Ohhhhh tuhan. Aku rasanya ingin terbang saja dari jet ini. Biar aku bisa merasakan kebebasan. Batin Syedza

Ditengah lamunannya, tiba-tiba Syedza berteriak. "Bebaaasss!!!!". Spontan Syedza menutup mulutnya.

Apa-apaan ini, apa sekarang aku yang gila? Haaaaahhh. Syedza menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!