Kemarahan Moehe

Moehe masih berada dikamarnya, berkali-kali ia melirik jam di dinding kamar, kurang lebih 45 menit sudah Syedza pergi ke dapur belum juga kembali.

Kemana dia? Membuat salad tidak butuh waktu yang lama. Apa dia ingin melarikan diri dari ku?. Batin Moehe meronta-ronta, membayangkan wanita yang belum 24 jam sah menjadi istrinya itu akan pergi meninggalkan nya.

Ia mengirim pesan singkat kepada Fram untuk menyelidiki keberadaan istrinya itu, tetapi tidak dibaca Fram. Beranda akun media sosial Fram menunjukkan aktif 1 jam yang lalu.

"Sial! Apa kau bosan bekerja Fram?". Moehe mengumpat kesal.

Apa jangan-jangan Syedza bekerja sama dengan Fram untuk lari dari ku?. Batin Moehe menerka-nerka apa yang telah terjadi dibelakang nya

"Awas saja kau Fram akan ku buraikan kau jika itu benar-benar terjadi!". Berkali-kali Moehe mengumpat semakin ke sini semakin ia membayangkan hal yang mengerikan.

Setelah sekian lama terjebak pertengkaran dengan batinnya sendiri, Moehe melirik kembali jam di dinding kamar itu, 15 menit telah berlalu. Ternyata tepat 1 jam yang lalu Syedza meninggalkan kamar ini.

"Sepertinya tidak ada tanda-tanda Syedza akan kembali. Bahkan Fram pun tidak menghiraukan pesan ku. Baiklah kali ini aku sendiri yang harus turun tangan". Imbuh Moehe kesal

Moehe menekan keras ganggang pintu kemudian menutup pintu itu kembali dengan kasar. Ia melangkah menuruni tangga dengan hentakkan kaki yang keras.

"Fram! Framm...!". Moehe memanggil setengah berteriak

Kenapa sepi sekali? Apa mereka semua sudah lari dari ku?. Batin Moehe meneliti di sudut-sudut ruangan

Lihatlah tak ada satu pun pengawal di sini! Hebat, mereka semua hebat!. Emosi Moehe rasanya berada di puncak kawah gunung berapi.

Moehe bergegas menuju dapur berharap yang ia cari ada disana. Ia menelusuri ruang makan, hanya makanan sisa yang belum sempat dibereskan terhambur diatas meja.

Mereka benar-benar hebat, koki-koki sialan ini pun tak terlihat batang hidungnya satu pun. Umpatan, caci-makian dan Sumpah-serapah keluar dari mulut Moehe mendeskripsikan ia benar-benar berada dipuncak amarahnya.

Dari jendela dapur Moehe mengintip ke arah halaman belakang, tak terlihat ada kehidupan di sana.

Bukankah tadi ada tamu yang ingin nikmati sunset?. Ia melirik jam di tangan kirinya.

Sial!. Ini sudah hampir tengah malam. Ia kembali berseteru dengan batinnya sendiri.

Tamu-tamu yang menghabiskan malamnya di tempat pesta tadi telah membubarkan diri. Lampu taman yang temaram memantulkan cahaya terlihat dari kejauhan. Meja pesta masih beracakan, sisa makanan berserakan, tenda bekas pesta itu melambai-lambai tertiup angin malam.

Sementara itu seseorang berdiri di halaman samping, mengepalkan tangannya kuat kemudian mengayun-ngayun tangannya diudara seperti berhitung pada pipi kiri para koki itu bergantian.

"Bagaimana bisa kalian tak mendengar kata-kataku? Haaah? Apa kalian tuli? Karena kecerobohan kalian nyawa nyonya besar menjadi taruhannya!". Emosi Fram mendidih.

"Siapa yang akan bertanggung jawab? Haah? Sejak berapa lama menjadi koki? Apa belum bisa membedakan ikan laut dengan ikan sungai?". Fram menuntaskan amarahnya di depan koki-koki yang berbaris rapi.

Cap tangan merah tergambar di pipi koki-koki itu. Sementara para pengawal yang berdiri di barisan belakang koki hanya bisa tertunduk diam, seolah-olah tak mendengar ataupun melihat apa yang terjadi di depan barisannya itu.

"Maaf tuan Fram, kami sudah bekerja keras dengan kemampuan kami, tapi ini diluar dugaan kita semua". Salah seorang koki berkata lirih

"Bodoh!". Fram membentak lagi.

"Kita semua berada dalam bahaya. Bersiaplah!". Fram menyudahi kata-katanya.

Fram menyadari ia belum memberitahu apapun kepada tuan mudanya itu tentang kejadian ini. Bahkan ia belum membuka handphone nya semenjak selesai mengantarkan makanan ke kamar tuan mudanya tadi.

"Aaaaaahhhhhh!". Terdengar suara erangan Moehe kuat dari arah rumah bagian belakang.

Fram muncul dari pintu belakang dengan berlari-lari hingga nafasnya tersengal-sengal menuju sumber suara yang ia dengar barusan.

Caaakkk... Tonjokan kuat mengenai bibir kiri Fram, darah segar mengalir diujung bibir itu.

"Maafkan aku tuan muda". Fram meringis memegang bibirnya dan menyapu darah itu dengan tangan kanannya.

"Dimana istriku!". Moehe meninggikan nadanya lagi.

Dari kamar utama Syedza mendengar suara Moehe barusan, ia bergegas lari menuju sumber suara. Ia baru sadar, telah meninggalkan manusia gilanya itu terlalu lama di dalam kamar.

Mati aku... Mati lah ku. Batin Syedza.

"Moehe!". Syedza memeluk Moehe dari belakang. Ia tak tau apa yang harus ia lakukan sekarang, ia pun belum paham dengan karakter Moehe. Baginya mungkin dengan memeluk Moehe bisa menenangkan amarah manusia gila itu.

Moehe berbalik badan kemudian memeluk erat istrinya itu. Syedza tak berhenti-hentinya menangis di bahu Moehe. Moehe heran apa yang terjadi pada istrinya itu.

Dia memeluk ku? Hiiiiih.. Dia agresif juga rupanya. Tadi saat di dalam kamar seperti jual mahal. Jangan pun memeluk, ku sentuh pipinya sedikit saja ia dengan cepat menangkis. Batin Moehe dengan tersenyum licik

Begini rupanya karakter wanita. Lanjut Moehe

Tapi tunggu dulu, kenapa dia menangis begini? Apa sebenarnya yang terjadi padanya. Moehe kembali berseteru dengan batinnya sendiri.

"Kau kenapa?". Moehe merenggangkan pelukannya

Syedza tak menjawab, masih menangis terisak-isak.

Apa tadi aku terlalu keras dengannya. Batin Moehe mengiba.

"Sayang kau kenapa?". Bisik Moehe di telinga Syedza lembut tanpa menghiraukan lagi Fram yang berdiri di belakangnya.

"Ibuuu..." Jawab Syedza terputus, mengambil nafas panjang menahan tangisnya.

Moehe melemparkan sorot tajam ke arah Fram, seakan-akan meminta penjelasan apa yang terjadi.

"Nyonya besar unfall, tuan muda". Fram mulai menjelaskan situasi. "Nyonya tak sadarkan diri saat makan malam tadi, di duga nyonya mengalami alergi dengan makanan laut". Fram menjelaskan panjang lebar

"Apa kau tak mendengar perintahku tadi Fram? Aku juga meminta memisahkan makanan laut itu dari menu seluruh keluarga Fajuri, bukan cuma untuk istriku". Imbuh Moehe datar

"Maafkan aku tuan muda, aku sudah memberi pelajaran pada seluruh koki itu". Ucap Fram membela diri

"Sudahlah Moehe, Fram tidak bersalah. Ini hanya kekhilafan". ucap Syedza menengahi pertikaian antara Moehe dan Fram.

Syedza berlaku baik pada Fram karena ingin bekerja sama dengan Fram, untuk menjalankan rencananya agar bisa terlepas dari cengkraman Manusia gilanya itu.

"Apa kau ingin bekerja sama dengannya untuk pergi dari ku? Hingga kau bisa membelanya seperti ini?" Moehe bertanya lembut pada Syedza

Hiiihh.. Bagaimana dia bisa membaca pikiranku? Dia terlihat seperti peramal profesional sekali, mungkin dia bisa meramalkan nasib seseorang 50 tahun kedepan. Syedza mengacak-ngacak rambutnya membayangkan bagaimana kehebatan manusia yang dipeluknya saat ini dalam meramalkan masa depan.

"Kau jangan mengacak rambutmu begitu, kau terlihat seperti orang yang paling kusut". Moehe menggoda Syedza.

Syedza bersungut, memajukan bibirnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!