Moehe duduk di samping Syedza, persis di dekat kasur yang ditepuk Syedza barusan. Syedza memandang lurus ke depan, sambil memilih bahasa yang tepat dan mengumpulkan keberanian nya untuk berbicara membuat kesepakatan antara ia dan sekretaris yang sudah menjadi suami resminya saat ini.
"Berbicara lah!". Tegas Moehe memecah lamunan Syedza.
"Baiklah, aku tidak tau harus memulai dari mana. Status kita sekarang sudah resmi menjadi suami-istri". Tutur Syedza memulai pembicaraan.
"Itu kenyataannya". Moehe memotong.
"Kali ini aku mohon, aku ingin bicara lebih serius. Jadi aku mohon kau jangan memotongnya". Pinta Syedza memelas.
"Hmmm". Jawab Moehe spontan.
"Kau tau aku tidak menyukai mu, aku bahkan tidak tertarik sedikit pun dengan mu, mana mungkin aku bisa tidur seranjang dengan orang yang tidak ku sukai. Itu hal yang menggelikan, jangankan melakukannya, membayangkannya aku sudah merinding". Ucap Syedza dengan pandangan lurus ke depan nafasnya sudah mulai terasa sesak dan susah diatur.
"Aku harap kau mempunyai hati kasian, mengakhiri pernikahan ini sangat tak mungkin bagi ku, setidaknya kau bisa menunggu sampai aku benar-benar siap untuk bercinta dengan mu". Syedza melanjutkan, kemudian tertunduk.
"Huuft. Jadi itu yang ingin kau katakan. Baiklah nona, tadinya aku kira kau polos nona, ternyata otak mu mesum juga, Hahaha". Ledek Moehe tertawa licik.
Siapa yang mesum? Bukannya dia yang tadi tiba-tiba memeluk ku, wanita mana coba yang tidak merinding dibuat begitu?. Batin Syedza mulai kesal tetapi masih bisa dikontrolnya.
"Baiklah sayang, aku harus menunggumu sampai waktu yang aku tentukan". Jawab Moehe tergelak.
"Eh kenapa begitu?. Kau curang, waktunya aku yang tentukan, bukan kau!". Protes syedza dengan suara yang masih datar.
Moehe mengangkat jari telunjuknya, kemudian menggelengkan kan ke kiri dan ke kanan, mengisyaratkan ia tidak setuju dengan permintaan Syedza barusan.
"Terserah! ". Keluh Syedza menyerah.
Baiklah, setidaknya aku bisa bebas dari cengkraman manusia gila ini malam ini. Batin Syedza.
"Sesuai dengan permintaan ayahmu sebelumnya kita akan pindah ke kota B. Besok asistenku akan mempersiapkan semuanya, kita akan berangkat ke sana besok lusa". Tutur Moehe menjelaskan rencananya.
Asisten? Di peradaban ini pekerjaan sekretaris dan asisten hampir tak bisa dibedakan. Biasanya juga dia yang mempersiapkan semua, kenapa sekarang pakai asisten segala?. Ohhh tuhan.. Dunia ini memang sudah renta, sekarang Asisten bisa memerintah bosnya bahkan bisa menikahi bosnya. Batin Syedza tidak terima diperlakukan tidak adil dengan posisinya sebagai anak bos.
"Baguslah". Jawab Syedza menggantung
Jika aku tinggal di kota B, berarti itu akan lebih jauh dari pantauan ayah, jadi aku bisa dengan mudah melanjutkan usahaku untuk terlepas dari lelaki gila ini. Batin Syedza bersorak.
"Semuanya sudah diatur orang suruhanku, kau hanya tinggal mempersiapkan dirimu untuk besok lusa, kita bisa melakukannya setelah sampai di kota B". Moehe mengedipkan sebelah matanya menggoda Syedza.
"Ihhhhhhh". Syedza mengangkat tangannya kemudian menjatuhkan kembali ke udara dengan kesal.
Moehe meraba-raba saku jasnya kemudian mengeluarkan telpon genggamnya, terlihat sesaat Moehe mengetik sesuatu kemudian meletakkan kembali ke dalam sakunya.
*** 5 menit kemudian***
Tokk..
Tokk..
Tokkk..
"Saya di luar tuan". Suara seseorang terdengar dibalik pintu.
"Masuklah". Sahut Moehe menyuruh masuk ke kamarnya.
Dia ini benar-benar keterlaluan, baru beberapa menit yang lalu aku mengizinkannya untuk tinggal di kamar ini, dia sudah menganggap kamar ini seperti miliknya sepenuhnya, bisa-bisanya ia mengizinkan orang lain masuk ke kamar ku. Batin Syedza lagi.
Seorang pria muncul dibalik pintu dengan pakaian rapi, jas hitam celana hitam panjang kemeja putih dan berdasi seperti pakaian formal ke kantor pada umumnya.
"Selamat malam tuan muda, Selamat malam juga nona". Sapa Fram dengan menunduk sopan.
Moehe melihat jelas Syedza memasang wajah tak senang melihat orang asing memasuki kamar pribadinya.
"Apa yang harus aku lakukan tuan muda?". Tanya Fram masih berdiri di tempat ia jejaki sebelumnya.
"Perkenalkan dirimu dulu kepada istriku yang cantik ini". Titah Moehe sambil mengelus pipi Syedza.
Dengan cepat Syedza menangkis tangan Moehe yang mendarat di pipinya.
"Perkenalkan nona, saya Fram asisten pribadinya tuan muda. Jika nona membutuhkan sesuatu nona bisa menghubungi saya". Fram memperkenalkan dirinya tanpa menjabat tangan istri majikannya itu.
Ohh tuhaann... Apa lagi ini? Ini siapa? menghadapi makhluk gila itu saja sudah membuat aku kehabisan kekuatanku, bagaimana jika ditambah dengan manusia satu ini lagi? Hidupku benar-benar tersandra dengan laki-laki gila ini. Batin Syedza.
"Baiklah Fram aku senang kau berada di sini, aku harap kau bisa membantuku menyelesaikan segala kesulitanku dan kita bisa membangun kerja sama yang baik". Tutur Syedza tersenyum, berharap Fram bisa membantunya untuk lari dari cengkraman Moehe.
"Tentu saja nona, itu semua jika tuan muda tidak keberatan". Jawab Fram datar, ekspresi wajahnya sangat tidak bisa ditebak.
"Heiii.. Jawaban semacam apa itu? Aku ini juga majikanmu yang harus kau pelakukan sama seperti perlakuan mu pada tuan muda mu itu". Protes Syedza masih dengan senyum yang menggantung di bibirnya, tak terima dengan jawaban Fram.
Hummm, rupa nya ini rencanamu sayang, Jika kau ingin bekerja sama dengan Fram untuk lari dari tanganku, kau datang pada orang yang salah. Batin Moehe dengan seringai licik.
"Saya akan bekerja keras nona, itu semua demi kemauan tuan muda". Jawab Fram spontan, wajah Syedza berubah pias mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Fram barusan.
"Lihatlah, sebelum pertempuran dimulai saja kau sudah kalah, menyerahlah sayang". Gumam Moehe pelan, tetapi masih bisa didengar oleh telinga Syedza.
Tidak.. Tidak! Aku harus bersikap tenang, aku tidak boleh menampakkan kekalahan ku pada mereka. Aku harus berusaha lebih keras lagi, Aku yakin manusia gila dan bongkahan es ini akan menyerah padaku. Batin Syedza masih ingin berusaha bekerja keras lagi.
"Fram, kau persiapkan makan malam untuk nona bawa ke sini, kami akan makan di kamar ini malam ini. Tadi ibu membawa lobster dan beberapa makan laut untukku, minta lah koki untuk masaknya terpisah dan menggunakan peralatan berbeda dari keluarga Tuan besar. Jangan lupa beri nama dan yakinkan makanan itu benar-benar terpisah dari masakan yang lainnya". Titah Moehe pada Fram panjang lebar.
"Baik tuan muda, saya akan membereskannya". Angguk Fram sopan. "Apa ada lagi yang bisa saya bantu tuan muda?". Fram meyakinkan kembali tugas selanjutnya.
"Tidak ada. Kau boleh mempersiapkannya mulai dari sekarang". Jawab Moehe datar.
"Baiklah tuan muda, saya akan kembali secepatnya. kalau begitu saya permisi". Fram mengangguk sopan dan berbalik badan meninggalkan kamar pengantin itu.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments