Joshua menyetir Range Rover hitam itu dengan wajah ditekuk sepuluh. Dalam hati dia merutuk Ghani yang live show di depannya. Brengsek! Aku kangen Miki!
"Maaf Josh" ucap Ghani.
"Mbuh!" balas Joshua kesal yang membuat Ghani terbahak.
"Sudah lama nggak dengar kata 'mbuh' biasanya mommy suka bilang gitu kalau kesal sama Daddy."
"Gue kan anak Jogja dan Solo meskipun muka separo Korea begini, G. Jadi aku sama Miki kadang masih pakai bahas Jawa, sama mommy Shanum juga. Cuma Dad Hiro saja yang terkadang masih belepotan bahasa Jawa nya" ucap Joshua.
"Kamu lihat Suburban di belakang Nissan Xtrail pengawal kita?" tanya Ghani.
Joshua melihat melalui spion. "Ya, mereka mengikuti kita sejak keluar dari mansion."
"Kita harus hati-hati, J" ucap Ghani.
"Absolutely." Joshua menyiapkan Glock di balik sweater nya.
"Javi, perhatikan Suburban di belakang mobilmu" ucap Joshua melalui ear piece.
"Aku sudah tahu bang. Kami juga sudah waspada dari tadi" sahut Javier.
"Tolong jaga Alexandra, dia tidak bisa menembak" ucap Ghani.
"Of course bro."
***
Ghani sampai di markas NYPD didampingi dengan Joshua. Semua orang di tempat Ghani bekerja hanya bisa memeluk pria itu. Mereka tahu bagaimana resiko pekerjaan yang dihadapi.
"I'm sorry G karena aku meminta cek apartemen itu" ucap Tammy Young.
"Nggak papa, Young. Justru berkatmu aku jadi tahu motif pembunuhan Alicia Troy."
Raymond yang baru datang langsung memeluk Ghani dan Joshua.
"I'm sorry. Aku takut Valora ikutan dengan kalian malah semakin berabe karena dia tidak sabaran" ucap Raymond kepada sepupu iparnya.
"Jangan. Mending Lora tidak ikutan karena bisa membahayakan dirinya."
***
Javier dan Alexandra sudah sampai di gedung koroner dan para dokter koroner disana menyambut gadis itu dengan penuh perhatian. Semua orang tahu mengapa beberapa hari ini Alexandra tidak datang sedangkan Dr Robbins mengajukan pensiun.
"Don't worry Lex. Kita semua akan melindungimu" ucap kepala rumah sakit.
Alexandra mengangguk lalu mengajak Javier masuk ke ruang kerjanya yang dikunci dengan password.
Javier terkejut melihat ruang kerja Alexandra yang diluar ekspektasinya.
"Aku kira ruang dokter forensik itu berisikan tengkorak, tulang atau apapun lah itu" gumam Javier.
Alexandra tertawa. "Aku bukan arkeologi, Javi."
"Kenapa ada tempat tidur disini?" tanya Javier.
"Terkadang aku capek membelah mayat jadi aku butuh tidur sebentar jadi sengaja aku taruh disini."
Javier duduk di kursi yang ada di sana dan memulai bekerja dengan laptopnya ketika ponselnya berbunyi.
"Ya?" sahutnya melalui airpods nya.
"Kakaaaakkk!" Javier menjauhkan airpods nya membuat Alexandra bingung melihat wajah Javier sebal.
"Apa Lora?" tanyanya sembari memasang airpods nya lagi. Alexandra tersenyum mendengar nama Lora.
"Kakak tuh ada misi nggak ngajak aku sih!"
"Kakak nggak mau ajak kamu karena ini berbahaya dan Raymond pasti tidak mengijinkan!"
"Tapi kaaakkk" rengek Valora.
"Kamu bantu kakak dari balik laptop saja ya" bujuk Javier karena tahu adiknya bakal ngeroweng kayak tawon kalau nggak dituruti. Tak heran dia salut dengan Raymond yang tabah menghadapi Valora.
"Oke. Kirimkan apa yang perlu aku cari tapi kalau harus tembak-tembakan, ajak aku ya kak" ucap Valora di seberang.
"Astagaaaaa! Mending kamu ikut olimpiade menembak, Lora!" dengus Javier sebal.
"Ogah! Nggak seru! Adrenalin kurang!"
Javier mengusap wajahnya. Mommy, kenapa sih kasih gen bar-bar ke Valora kebanyakan?
***
Selama seminggu ini para Cogan melakukan rutinitas seperti yang direncanakan dan selama itu juga mereka juga mengawasi penguntit disana. So far, para penguntit hanya mengawasi dan para cucu Pratomo paham mereka berusaha mencari kelengahan para Cogan itu.
Malam ini semuanya sedang makan bersama ditambah kehadiran Raymond dan Valora. Mereka semua membahas tentang Duncan yang akan ke New York hari ini.
"Jakarta kan sudah pagi dan mereka pun berangkat sekarang" ucap Ryoma sambil membaca pesan dari ponselnya.
"Mereka?" tanya Eiji bingung. "Rhea dan Kaia ikut?"
"Nggak mungkin lah! Rhea pasti nggak akan membahayakan Kaia karena situasinya seperti ini. Dia lebih aman di Jakarta dengan mom dan dad. Gozali pasti juga menjaga mereka" ucap Ghani.
"Duncan dan Jeremy akan datang besok malam." Ryoma menatap semua orang di sana.
"Jeremy? Jeremy McCloud?" seru seru mereka semua.
"Yup. Jeremy ngeyel mau ikut kemari" ucap Ryoma.
"Bukannya dia habis kena tembak di belakang ya" gumam Javier.
"Tampaknya dia ketularan dengan kita-kita yang super ngeyel" kekeh Eiji.
"Kalau lu mah super ngeyel bro" kekeh Joshua.
"Ya Allah, Miki suamimu kenapa sih suka nistain aku" ucap Eiji dramatis.
"Nggak usah bawa-bawa Miki" protes Joshua.
"Guys, ayolah nggak usah ribut" ucap Valora sambil memutar matanya malas lalu menatap Alexandra. "Apa kamu yakin mau sama mas Ghani? Yakin bakalan ketemu dengan pria-pria rusuh ini kalau acara lebaran?"
"Aku senang-senang saja punya keluarga ramai begini, karena aku anak tunggal jadi baru sekarang tahu rasanya punya saudara apalagi saudara seperti kalian yang ramai tapi saling menyayangi" ucap Alexandra sungguh-sungguh.
Eiji langsung berdiri dan memeluk Alexandra dramatis. "Terimakasih. Welcome to our rusuh family."
Joshua langsung memukul punggung Eiji sedangkan Ghani berusaha melepaskan tangan pria lebay itu.
"Gak usah modus lu!" omel Joshua.
"Hormon bapak hamil" cengirnya usai melepaskan pelukannya.
"Astaghfirullah!" ucap mereka semua.
***
Pagi ini adalah hari Rabu dan Ghani akan berangkat bersama Raymond dan Eiji. Semalam Raymond memutuskan menginap di mansion Blair karena dia juga khawatir atas keselamatan Valora. Setidaknya disana dia bersama para saudara-saudaranya.
"Yang jemput Duncan siapa nanti?" tanya Abian yang hari ini memang stay di mansion bersama Valora, Javier dan Ryoma.
"Aku sama George" ucap Ryoma yang masih memakan sandwich nya.
"Kalian hati-hati ya. Alexandra, kamu ma siapa berangkat nya?" tanya Valora yang sedang membenarkan rompi peluru suaminya.
"Sama aku" ucap Joshua. "Eiji sama Ghani dan Raymond."
"Oke, berangkat yuk" ajak Ghani.
"Kevlar sudah dipakai G?" tanya Ryoma.
"Sudah." Ghani menunjukkan rompi peluru yang berada di balik sweater hitamnya.
"Let's go" ajak Eiji. Bismillahirrahmanirrahim.
***
Abian sedang meminum kopinya ketika mendapatkan telepon dari Eiji.
"Kenapa Ji?" tanya Abian sembari meloud speaker ponselnya.
"Bian! Ghani tertembak! Kami baru sampai markas NYPD ketika mereka memberondong kami!" teriak Eiji panik.
"Sekarang Ghani gimana?" Abian langsung lemas.
"Sudah di Bellevue! Damn it! Aku tadi nggak lihat ada penembak di dekat Alley! Fu**! Fu**!" umpat Eiji.
"Ghani tertembak di sebelah mana Ji?" tanya Ryoma.
"Samping bro! Samping sebelah kiri! Ya Allah!"
Abian, Ryoma, Javier dan Valora langsung lemas.
*Jadi kelemahan kevlar itu adalah bagian ketiak itu tidak terlindungi jadi orang pun bisa tertembak disana. Posisi Ghani sedang menembak otomatis bagian samping bisa kena tembakan.*
***
Yuhuuu Up Pagi Yaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote n gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Ita Xiaomi
😁😁😁
2025-01-13
1
Murti Puji Lestari
hajar martinez boys 😁
2024-08-14
1
ꍏꋪꀤ_💜❄
shua😍😍😍😍😍😍
2022-03-12
1