Alexandra terbangun dengan keringat dingin membasahi tubuhnya. Dia baru saja mengalami mimpi buruk. Ghani berlumuran darah.
Buru-buru Alexandra masuk ke dalam kamar mandi untuk mencuci mukanya lalu dia memutuskan untuk mandi dengan air panas.
Apakah kamu berhasil membebaskan adik sepupu iparmu? Aku tidak bisa membayangkan bagaimana keadaan keluarganya jika anak perempuannya terluka.
Alexandra menghela nafas panjang. Kasus penculikan Rain membuatnya teringat masa lalunya. Tidak ada yang tahu siapa kedua orangtuanya karena pihak CIA menutup rapat-rapat identitas nya. Bahkan Alexandra mengganti nama belakangnya menjadi Cabbot mengambil nama belakang neneknya, istri dokter Robbins.
Alexandra adalah anak agen rahasia CIA dan keberadaan dirinya ditutup rapat-rapat karena kedua orangtuanya melakukan penyamaran di berbagai belahan dunia. Terakhir ketika Alexandra berusia delapan tahun, seorang musuh ayahnya hampir menculiknya karena mengetahui identitas dirinya.
Beruntung CIA segera mengambil tindakan dan Alexandra selamat lalu dibawa ke Dr Robbins dan semua identitas aslinya dihapuskan hingga dirinya menjadi Alexandra Cabbot. Hingga sekarang, Alexandra tidak tahu apakah kedua orangtuanya masih hidup atau tidak.
Mengetahui Ghani memimpin kelompok pembebasan Rain Reeves melawan mafia klan McCloud membuat Alexandra cemas luar biasa. Meskipun keduanya memutuskan untuk break, tapi pertemuan Alexandra dengan Rhea Blair membuat perasaannya pada Ghani menjadi naik lagi.
Ternyata Ghani pun merasakan hal yang sama setelah memutuskan berpisah karena pekerjaan. Alexandra tidak bisa meninggalkan pekerjaannya di New York untuk mengikuti Ghani begitu pula dengan Ghani yang tidak bisa melepaskan kesempatan untuk peningkatan karier nya.
Menikah? Alexandra belum memikirkan hal itu karena merasa keduanya masih belum bisa memastikan perasaan masing-masing.
Alexandra memutuskan membuat teh herbal. Sembari menunggu air mendidih, gadis itu membuka jendela kamarnya dan udara malam New York masuk membuat suasana di kamarnya segar. Baru jam tujuh malam rupanya.
Tadi dia memang pulang cepat karena tubuhnya lelah sekali. Usai mandi, Alexandra pun langsung terlelap tanpa makan malam. Kini setelah bangun, gadis itu memutuskan untuk memesan makanan dari online. Alexandra bukan tipe perempuan yang jago masak hanya sekedar bisa tapi bukan pintar.
Suara air mendidih membuatnya meletakkan ponselnya usai memesan makanan. Alexandra kemudian menyeduh teh herbalnya. Awalnya dia ingin membuat teh wasgitel yang sudah diracik Rhea Blair namun kali ini dia ingin teh herbal.
Suara ponsel membuat Alexandra menunda meminum tehnya. Ghani Giandra nama yang muncul di layar ponselnya. Segera Alexandra menggeser tombol hijau ponselnya.
"G?" Syukurlah Ghani selamat.
"Alex..."
Alexandra mendengar nada lelah disana. "Bagaimana?"
"Rain tertembak, Alex. Di dada kirinya" ucap Ghani.
"Apakah dia...?"
"No Alex, dia masih hidup tapi kehilangan banyak darah. Moru sedang membawanya ke rumah sakit menggunakan helikopter."
"Semoga selamat, G."
"Kalau tidak, aku bisa dihajar Rhea."
"Kapan kamu pulang?" tanya Alexandra.
"Apakah kamu merindukanku?" goda Ghani.
"Siapa yang merindukan detektif menyebalkan seperti mu!" dengus Alexandra meskipun hatinya berdebar-debar.
Suara bel apartemen berbunyi.
"Sebentar G, aku ke depan dulu."
"Alex! Alexandra! Kamu mau kemana?" teriak Ghani namun Alexandra sudah mematikan ponselnya.
Alexandra melihat melalui monitor yang ada di dekat pintunya dan melihat orang bagian delivery makanannya datang. Setelah membuka dan menerima makanan yang dipesan, Alexandra kemudian mengunci pintunya.
Semenjak dia merasakan trauma penculikan, Alexandra membuat pintu apartemennya dipenuhi banyak kunci baik secara digital maupun kunci biasa. Beruntung apartemen yang ditempatinya termasuk area elit yang untuk masuk harus memakai kartu khusus. Namun tetap saja dirinya merasa tidak aman, takut sewaktu waktu musuh kedua orangtuanya mengetahui keberadaannya.
Alexandra lalu menutup jendelanya dan memasang alarm untuk apartemennya. Dia tidak boleh lalai memasang alarm yang langsung tersambung dengan CIA. Hingga detik ini, Alexandra masih dalam pengawasan agen intelijen itu.
***
"Apakah Alexandra berhubungan dengan detektif NYPD itu?" tanya Agen St Clair.
"Entah bisa dikatakan berhubungan atau tidak karena mereka seperti tom and Jerry kalau bertemu. Tapi td Giandra sempat menelpon setelah melakukan misi di Jakarta membebaskan putri chef Ryu Reeves" ucap anak buahnya.
"Giandra clean?" tanya Agen St Clair lagi.
"Sangat bersih! Tidak pernah terlibat aksi apapun, pria yang hidupnya lurus dari keluarga baik-baik juga." Anak buahnya memberikan file kepada Agen St Clair.
Agen berkulit hitam itu baru memegang pengawasan terhadap Alexandra Cabbot sebulan ini setelah agen sebelumnya harus pensiun.
Pria berusia 35 tahun itu membuka file milik Ghani dan terkejut bahwa adik Ghani, Rhea adalah korban kecelakaan Stanley Miller.
"Ayahnya pengusaha besar di Indonesia?" tanya agen St Clair lagi.
"Iya, dan adiknya menikah dengan Duncan Blair, CEO MB Enterprise area New York."
"Dengan kekayaan seperti ini dia memilih menjadi polisi di NYPD?" Agen St Clair hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Mungkin dia bosan Sir" cengir anggotanya.
"Lulusan Harvard Law School dengan Summa cumlaude, lolos NYPD, mengikuti pelatihan di FBI. Orang ini sangat mengerikan dan juga berbakat."
"Agen St Clair. Ada kabar tentang agen Mr and Mrs Smith" lapor salah anak buahnya yang lain.
"Bagaimana?"
"Mereka dibunuh di perbatasan Korea Utara dan Selatan."
Agen St Clair langsung lemas lalu memandang wajah Alexandra yang sedang makan malam.
"Bagaimana kita mengabari bahwa kedua orangtuanya tewas dalam tugas?"
Semua anak buahnya disana hanya bisa terdiam.
***
Dr Robbins yang menerima berita itu dari Agen St Clair hanya bisa terduduk lemas. Putrinya memang ingin menjadi agen CIA dan menjadi KIA ( Killed in Action ) merupakan resiko tertinggi dalam menjadi agen rahasia.
"Apa yang harus aku katakan pada Alex, Agen St Clair?"
"Alexandra masih dibawah perlindungan CIA Dr Robbins. Dan musuh putri anda dan suaminya pun sudah kita bereskan. Memang sebaiknya kita beritahukan agar tidak menjadi pertanyaan oleh Alex."
Dr Robbins menatap agen St Clair. "Katakan pada saya, jangan bilang ini classified karena saya berhak tahu. Apa yang sebenarnya terjadi?"
"Agen Smith berusaha membebaskan tawanan warga negara Amerika yang dijadikan korban human trafficking ke Korea namun sayang ketika berhasil membawa korban, keduanya ketahuan oleh tentara perbatasan Korea Utara dan ditembak disana."
"Jenazah keduanya kapan tiba kemari?"
"Secepatnya kami bawa mereka pulang."
Suara tas jatuh membuat kedua orang itu menoleh.
Alexandra berdiri disana dan wajahnya tampak shock.
"Apakah benar? Grandpa... apakah benar?" bisik Alexandra dengan nada bergetar.
"Nona Alexandra..."
"Katakan padaku! Apakah benar kedua orangtuaku meninggal? KATAKAN!"
Dr Robbins lalu berjalan menuju Alexandra yang berdiri dengan tubuh gemetar.
"Alex...Alex" bisik Dr Robbins sembari memeluk tubuh langsing Alexandra.
Tangis Alexandra pun pecah di pelukan kakeknya. 15 tahun tidak bertemu dengan orangtuanya dan kabar buruk yang dia peroleh.
Di sela isakannya, Alexandra membisikkan nama Ghani.
Tolong aku G, tolong aku.
***
Yuhuuu Up Sore Yaaaa
Maaf cerita Ghani dan Rain agak-agak menguras energi Eike coz mencoba genre berbeda. Sorry kalau pada nggak terlalu suka genre thriller begini.
Eniwaiii thank you for reading and support author
Don't forget to like vote n gift.
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Murti Puji Lestari
suka pake banget mbak, wong cakep begini kok ceritanya😁
2024-08-13
1
mamahe Lana
suka kok kak hanna....banggeett malah😘😘😘
2023-02-01
1
Murni Agani
i like it thor😁
2022-01-14
1