Ghani kembali ke New York setelah menyelesaikan semua urusan dengan kepolisian Republik Indonesia, Scotland Yard dan Interpol. Semua keluarga besar Rain Reeves mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan semua pihak.
Pihak FBI pun mengijinkan Ghani untuk libur sehari di New York sebelum kembali ke Quantico dan Ghani memutuskan untuk ke rumah Rhea.
Sang adik pun bahagia kakaknya menginap di mansion nya karena sang suami sedang terdampar di tempat tidur rumah sakit dan Rhea tidak bisa ke Jakarta karena sedang hamil.
"Mas Ghani berenang dulu ya dik" ucap Ghani ketika sampai di rumah Rhea.
"Suntuk ya mas?" tanya Rhea yang melihat mas nya tampak lelah.
"Mas cuma pengen nyegerin badan" ucap Ghani yang langsung melakukan pemanasan.
"Nyonya Rhea" panggil seorang pelayan.
"Ada apa?" Rhea pun mengikuti pelayan itu.
Tampak Steve datang bersama Alexandra.
"Mbak Alex" seru Rhea.
Alexandra hanya menatap Rhea dan langsung memeluk bumil itu dan menangis.
"Ada apa?" tanya Rhea bingung. "Steve, kamu boleh kembali."
Rhea mengajak Alexandra duduk di sofa ruang tengah dan meminta pelayan untuk membuatkan teh herbal.
"Ada apa?" tanya Rhea lembut.
"Kedua orang tuaku meninggal dunia Rhea. Dua-duanya padahal aku sudah lama tidak bertemu dengan mereka tapi kemarin Grandpa didatangi oleh ... " Alexandra menjeda bicaranya. "Apakah rumahmu aman?"
"Mbak Alexandra apa lupa siapa suamiku dan papa mertuaku?" cengir Rhea.
"Oh gosh, aku lupa siapa Duncan dan Edward Blair."
"Kalau Mbak nggak nyaman, kita bisa berbicara di halaman belakang" ajak Rhea. Biar sekalian tahu mas Ghani disini.
"Iya di belakang saja. Nggak banyak orang lalu lalang."
Rhea dan Alexandra membawa mug teh mereka ke belakang. Rhea melirik ke arah kolam renang melihat mas nya masih berenang namun Alexandra sepertinya tidak terlalu memperhatikan.
"Bagaimana mbak? Grandpa didatangi siapa?" tanya Rhea penasaran.
"Grandpa didatangi oleh agen St Clair yang memberitahu kan bahwa kedua orang tua ku meninggal di perbatasan Korea Utara."
Rhea terkesiap. "Agen St Clair? Siapa itu?"
"Asal kamu tahu Rhea, kedua orangtuaku adalah agen CIA."
"Orangtuamu agen CIA?" suara bariton terdengar di belakang Alexandra.
Sontak gadis itu menoleh ke belakang.
"Ghani?"
***
Kini Alexandra duduk berhadapan dengan dua kakak beradik Giandra. Keduanya menatap gadis cantik itu dengan wajah penasaran.
"Kedua orangtuaku adalah seorang agen CIA yang pekerjaannya menyamar ke seluruh dunia. Dan tugas terakhir adalah membebaskan seorang warga negara Amerika Serikat yang diculik oleh kelompok human trafficking dan dibawa ke Korea Utara."
"Apa nama Alexandra Cabbot itu asli?" tanya Ghani dingin.
"Mas!" desis Rhea.
"Alexandra memang nama asliku tapi nama belakangku sudah diganti dengan nama nenekku. Aku sendiri lupa dengan nama belakang ku yang asli."
"Apa kamu aset CIA?" tanya Ghani lagi.
"Aku tidak tahu tapi aku usia delapan tahun nyaris dibunuh oleh salah satu musuh kedua orang tuaku beruntung mereka segera sigap jadi pada saat diculik, CIA bisa membebaskan aku dan sejak itu aku diasuh oleh Grandpa dan mengganti nama belakangku."
"Apa selama ini kamu diawasi terus?" Rhea tidak habis pikir kenapa kakaknya dingin sekali.
"Ya. Apartemen ku selalu dalam pengawasan. Setiap aku keluar apartemen juga dibawah pengawasan bahkan aku kemari pun juga."
"Berarti kamu aset dan suatu saat kamu akan diminta menjadi umpan CIA." Ghani menatap dalam Alexandra. "Aku sarankan, back down. Mundur dari pengawasan CIA karena mereka akan memanfaatkan dirimu."
"How Ghani. How?" tanya Alexandra bingung.
"Siapa pengawasmu sekarang?"
"Agen St Clair."
"Bilang padanya, aku mau mundur. Karena kamu sudah menghapus semua yang berkaitan dengan kedua orang tuamu. Apalagi kedua orang tuamu KIA jadi mereka tidak bisa memaksamu untuk menggantikan. Kamu bukan agen, Alex! Kamu hanya seorang dokter forensik."
"KIA itu apa mas Ghani?" tanya Rhea.
"Killing in Action" jawab Ghani yang kemudian memegang tangan Alexandra.
"Please Alex, back down. Hidupmu akan berantakan jika kamu terus menerus diawasi CIA. Aku sangat mengkhawatirkan dirimu." Ghani menatap Alex serius.
Alexandra memandang Ghani dengan pandangan sayu. "Apakah kamu sangat mengkhawatirkan diriku, G?"
"Sangat! Hiduplah normal tanpa harus ada ikut campur CIA di dalamnya. Kalau perlu, aku yang akan menghadapi pengawasmu!" ucap Ghani tegas.
Rhea menatap kagum kearah kakaknya. Mas Ghani benar-benar berubah, menjadi pria yang tegas. Hilang sudah kakakku yang sering lebay meledek Daddy dan aku.
"Aku akan menemui agen St Clair meminta agar aku dibebaskan dari pengawasan CIA."
"Lakukan Alex. Jangan khawatir, aku yang akan menggantikan CIA. Aku yang akan mengawasi mu." Ghani menatap serius ke wajah Alexandra yang mulai memerah sedangkan Rhea menutup mulutnya dengan tangan.
"Tapi... kamu kan akan kembali ke Quantico?" bisik Alexandra.
"Apakah kamu lupa aku juga berada di FBI? Don't worry Alex, kamu akan selalu dalam pengawasanku dan Dr Robbins."
Alexandra memeluk Ghani. "Terimakasih, Daniswara."
Ghani membalas pelukan Alexandra. Rhea merasa lega melihat keduanya.
Semoga kalian bisa bersatu.
***
Yuhuuu Up Malam Yaaaa
Jadi kalau di CIA atau badan intelijen lainnya itu ada istilah aset seperti orang biasa yang menjadi agen mata-mata karena CIA tidak bisa masuk ke area atau daerah tertentu sedangkan orang biasa yang suka traveling atau punya bisnis bisa masuk dan mereka bisa ditarik jadi agen demi informasi.
assets are persons within organizations or countries being spied upon who provide information for an outside spy. They are sometimes referred to as agents, and in law enforcement parlance, as confidential informants, or "CIs" for short.
*Sumber Wikipedia*
Thank you for reading and support
Don't forget to like vote n gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
ꍏꋪꀤ_💜❄
😎😎😎😎
2022-02-18
1
Verana Yunita
di cerita ini, serasa belajar bahasa inggris lagi😁😁 semangat thor
2022-01-14
3