The Detective And The Doctor
New York, Amerika Serikat
Seorang dokter cantik berjalan terburu-buru menuju bagian belakang rumah sakit. Wajahnya terlihat tegang meskipun tidak mengurangi kecantikannya.
"Aku sudah datang!"
Seorang dokter tua berusia sekitar 60 tahunan menoleh. "Lakukan autopsi secara detail Alex. Karena korban kecelakaan ini bukan orang sembarangan."
"Siapa dia grandpa?" tanya gadis yang dipanggil Alex itu sembari memakai baju operasi untuk menutupi sweaternya.
"Stanley Miller, anak Joseph Miller."
Alex mengangguk.
Top priority case berarti ini!
Alex memakai topi operasi, sarung tangan media dan mempersiapkan bisturi atau pisau bedah. Sebelumnya dia hendak melakukan pemeriksaan luar sebelum korban dibersihkan.
Alex memfoto kondisi korban sebagai arsip yang disimpan dan juga alat bukti jika dibutuhkan di ruang sidang. Setelah lengkap membuat foto seluruh tubuh dengan dibantu sang kakek.
"Kecelakaan dimana dia grandpa?" tanya Alex sambil masih memeriksa tubuh Stanley Miller.
"Broadway."
Alex meraba leher Stanley dan merasakan tulangnya patah. "Fraktur cervical."
Dr Robbins, pria tua itu hanya mengangguk sambil menulis. "Wajar tulang lehernya patah. Dia ngebut dengan Ferrari nya."
"Siapa korban tabrakannya?"
Dr Robbins membaca laporan polisi yang dikirimkan oleh Tyson Smith, petugas yang disana.
"Sopir bernama Sam Denver dan penumpangnya seorang pianis berkebangsaan Indonesia, namanya Rhea Giandra."
Scalpel yang dipegang Alex terjatuh. "Giandra?"
"Apa maksudmu Rhea Giandra itu saudaranya detektif Ghani Giandra?" tanya Dr Robbins.
"Setahuku Rhea adalah adiknya Ghani. Oh my God! Bagaimana keadaannya?"
"Grandpa belum tahu. Alex, konsentrasi dulu. Ambil darah Stanley, kalau grandpa rasa dia minum alkohol banyak karena badannya saja bau minuman keras."
Alex memeriksa wajah Stanley yang rusak sebagian. "Tidak hanya alkohol, Grandpa. Ini aku menemukan bubuk kokain di hidungnya."
"This is getting better and better, Lex" komentar Dr Robbins.
Alex dan Dr Robbins lalu mulai membersihkan tubuh Stanley sebelum dibedah untuk memeriksa organ dalamnya.
***
Ghani mondar mandir di rumah sakit menunggu Rhea selesai di operasi sedangkan Duncan hanya terdiam seperti tidak bernyawa. Hatinya benar-benar remuk redam mengetahui sang tunangan harus mengalami kecelakaan mengerikan sehari sebelum mereka melakukan lamaran secara resmi.
James Park dan Tyson Smith menemui Ghani setelah pria itu meminta ijin pada Abi dan Dara untuk memeriksa kasus kecelakaan.
Dan semua pihak pun sepakat untuk tidak menuntut Joseph Miller karena dia sendiri mengalami kejadian yang lebih parah dari Sam Denver dan Rhea. Dia harus kehilangan anak.
***
Sidang Sam Denver
Ghani masuk ke ruang sidang bersama Daddy dan keluarga Duncan. Dalam hatinya, dia cukup terkejut melihat bagaimana Oom Edward saling mengobrol dengan para mafia di New York yang notabene beberapa orang menjadi incaran para petugas NYPD yang menyelidiki kasus perjudian dan minuman keras. Namun Ghani tidak mau ambil pusing karena dirinya masuk ke tim detektif pembunuhan bukan kasus mafia.
Abi menepuk tangan Ghani ketika Stephen Blair memanggil Dokter Alexandra Cabbot masuk ke dalam ruang sidang sebagai saksi ahli yang mengautopsi Stanley Miller agar diketahui kondisi akhir pria itu apakah sebagai tersangka atau korban.
Dia cantik lho G! Abi menuliskan kalimat itu di kertas karena mereka harus tenang di ruang persidangan.
Ghani hanya melirik judes ke Daddynya yang sepertinya ketularan Oom Edward berusaha menjodohkan dia dengan dokter yang mulutnya sepedas cabe Jalapeno.
"Anakku bukan pecandu!" teriak Joseph Miller.
Hakim Rachel Wood sampai harus menegur Joseph Miller di ruang persidangan.
"Alkohol dan kokain lah yang membuat korban Mr Stanley Miller seharusnya tidak duduk di belakang kemudi karena efeknya akan fatal." Alexandra Cabbot menatap dingin ke arah Joseph Miller. "Anak anda adalah pecandu narkoba dan alkoholik. Hasil pemeriksaan saya bisa dipertanggungjawabkan, Mr. Miller" ucap Alexandra Cabbot dengan sorot mata dan wajah dingin.
Untuk pertama kalinya, Ghani terpana melihat keberanian dokter jalapeno di depannya.
Dia keren sekali!
Alexandra Cabbot kemudian turun dari kursi saksi dan hendak berjalan diantara kursi para penonton sidang.
Ghani melirik ke arah Joseph Miller yang tampak begitu marah hingga matanya memerah ingin menghajar Alexandra. Tanpa sengaja mata elang Ghani melihat Joseph memakai knuckle di tangannya.
Bagaimana itu bisa lolos metal detektor?
Joseph pun berdiri dan hanya berjarak dua orang dari posisi Alexandra hendak keluar. Tiba-tiba dia hendak meninju Alexandra. Ghani yang duduk di kursi paling pinggir dan dekat dengan lorong jalan, langsung meraih tubuh Alexandra. Akibatnya pukulan Joseph Miller mengenai bagian belakang kepala Ghani dan membuat pria itu kehilangan kesadarannya lalu keduanya ambruk dengan posisi Ghani diatas tubuh Alexandra.
Abi yang kaget melihat anaknya ambruk langsung meraih tubuh Ghani dan betapa terkejutnya melihat belakang kepala anaknya berdarah.
Joseph Miller langsung ditahan oleh Raymond Ruiz dan James Park yang melihat kejadian itu.
"G! G! Bangun son!" teriak Abi.
"Saya tahan pendarahannya dulu Mr Giandra" ucap Alexandra yang sudah hilang shocknya. Gadis itu mengambil saputangannya dan menahan sisi kepala Ghani yang sobek akibat pukulan knuckle.
Petugas paramedis pun datang dan Alexandra memberitahukan apa yang terjadi lalu dia ikut ke dalam ambulans.
"Kami ke Bellevue" ucap Alexandra kepada Abi memberitahukan rumah sakit yang dituju.
Abi, Edward dan Duncan lalu mengikuti mobil ambulance yang membawa Ghani. Abian, Joshua, Stephen dan Neil Blair lalu melanjutkan sidang meskipun sang penuntut harus ditahan oleh pihak kepolisian karena penyerangan kepada saksi ahli dan anggota kepolisian NYPD.
***
Kini di ruang rawat Ghani, sudah berkumpul Abi, Duncan dan Dr Alexandra Cabbot untuk makan malam berupa pizza dan camilan kentang goreng.
Usai makan pizza, Alexandra pun berpamitan. Abi dan Duncan menawarkan untuk mengantarkan dokter cantik itu namun ditolak.
"Saya membawa mobil sendiri kok Mr Giandra, Mr Blair. Don't worry, sudah terbiasa." Alexandra mulai membereskan bawaannya.
"Are you sure Dokter C?" tanya Ghani dengan nada mengejek.
"Biasanya juga saya ke kamar mayat berangkat sendiri juga. Siapa yang suka kirim mayat korban pembunuhan malam-malam?" pelotot Alexandra.
"Hei, bukan aku yang kirim ke kamar mayat ya! Salahkan itu para pembunuh kenapa harus bunuh orang malam-malam! Emang enak baru saja tidur langsung dapat panggilan ke TKP?" balas Ghani.
Abi dan Duncan hanya menyaksikan pertengkaran mereka berdua sambil ngemil kentang goreng.
"Bilang sama calon pembunuh, suruh siang saja kalau mau ambil nyawa orang!"
"Kalau aku tahu siapa calon pembunuh, dunia aman sejahtera! Tahu nggak!" omel Ghani.
Kedua orang itu saling memandang dengan sengit lalu saling membuang muka.
Abi dan Duncan melongo melihat sikap kedua orang itu.
"Kalian kapan pacarannya?" tanya Duncan usil.
"Haaaahhhh?" seru Ghani dan Alexandra.
***
Yuhuuu Up perdana Yaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote n gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Dewi Kasinji
ijin baca kak
2024-10-16
1
Murti Puji Lestari
mas Abi aku sambil ngopi ini liat mereka berdua ribut😅
2024-08-13
1
R@tna
baca ulang.......
2024-01-22
1