Kehilangan Akal Sehat
“Bos, kontainer kokain kita sedang dicekal di pelabuhan.”
Saat mendengarkan laporan itu, Orlando sedang duduk manis di atas kursi kerjanya. Ia melihat laporan keuangan yang baru saja diserahkan manager salah satu pabrik kokain yang ia kelola.
“Apa yang mereka mau?” sahut Orlando. Seolah ia tahu bahwa yang mencekal kokainnya di pelabuhan merupakan oknum yang menginginkan sogokan.
“50.000 euro,” lapor salah satu bawahannya yang sedang berdiri di seberang meja.
“Katakan pada mereka 50.000 euro aku kirim ke pelabuhan. Dan kirimkan anak buahku ke sana setelah mengambil uangnya di bagian pendanaan darurat,” jelas Orlando tanpa mengalihkan pandangannya dari laporan keuangan itu.
“Siap, Bos.”
Setelah bawahan itu pergi, Orlando mengambil gelas berisi espresso dan menyesapnya pelan. Kemudian teleponnya berdering. Ia melihat nama yang menyembul di layar. Itu adalah nama pengawal yang ia tugaskan untuk menjaga Meryn, karena ia tahu Meryn tidak aman berada di sini.
Tanpa pikir panjang Orlando mengangkat telepon itu.
“Halo.”
[Bos, gawat. Kami mendampingi Nyonya Meryn ke salon spa. Tapi Nyonya Meryn tidak kunjung keluar padahal sudah lebih dari tiga jam. Kami tanyakan ke resepsionis, katanya Nyonya Meryn sudah selesai spa sejak satu jam yang lalu.]
Tersentak, Orlando langsung berdiri di tempat.
“Apa katamu? Makanya aku suruh kalian mengawasi Meryn! Bagaimana dia bisa lepas?! Kalau terjadi sesuatu padanya bagaimana?” Orlando berteriak kencang di ruangannya yang sepi.
[Ma ... maaf, Bos.]
“Kalian harus temukan Meryn. Apa pun yang terjadi!” Orlando tambah membentak. Lalu ia mematikan telepon itu dengan tergesa.
Kepanikan tergambar jelas di wajah tampannya. Ia menumpukan kedua tangannya ke atas meja kaca sembari benaknya mulai dikerubuti rasa khawatir. Dari awal ia tahu kalau Meryn tidak akan aman berada di Milan setelah penyerangan yang kelompoknya lakukan pada keluarga Leranzo, yang telah bersekutu sejak lama dengan kelompok mafia yang dipimpin oleh Javer. Tidak salah lagi. Pasti tua bangka itu yang menculik Meryn
“Javer ... aku bunuh kau kalau sampai melukai Meryn sedikit saja.” Ia menggumam pelan sambil membayangkan wajah Javer yang suka menjerat gadis-gadis muda untuk ia jadikan budak prostitusi. “Menjijikkan!”
Meski ia adalah seorang mafia, Orlando selalu mengutuk siapa saja yang memperdagangkan manusia. Ia dan ayahnya bermusuhan dengan kelompok mafia Javer karena alasan tersebut. Javer bermain-main dengan manusia, bahkan perempuan dan anak-anak. Salah satu bisnis gelap yang Javer miliki adalah perdagangan organ manusia untuk para elit kota yang membutuhkan pendonor. Mafia yang satu itu benar-benar seperti sampah. Meski Orlando seorang mafia, tapi ia tak bermain-main dengan hidup manusia. Ia hanya menghukum orang yang pantas dihukum. Bukan menghukum orang tidak berdosa.
Merasa dirinya harus segera menemukan Meryn, Orlando langsung meninggalkan pekerjaannya di kantor. Ia memakai setelan jasnya yang ia gantung di tiang besi. Menyiapkan senjata dan juga peluru. Kemudian ia keluar kantor dan melihat Paulo sedang berjalan ke arahnya.
“Mau ke mana bos? Rapat dengan Perusahaan King akan dimulai sebentar lagi,” sapa Paulo yang melihat bosnya tampak tergesa meninggalkan ruangnya.
“Batalkan rapat itu. Aku harus mencari Meryn. Dia diculik Javer. Hanya dia satu-satunya orang yang memiliki motif menculik Meryn,” jelas singkat Orlando. Ekspresi wajahnya tampak kaku. Rasa khawatir dan juga kegelisahannya memikirkan kelangsungan hidup Meryn membuatnya tampak semakin geram.
“... Kerahkan semua anak buah untuk mencari Meryn sekarang juga. Aku tau tempat persembunyian Javer. Kemungkinan Meryn ada di sana,” imbuh Orlando sambil terus berjalan tergesa menuju lift. Paulo berjalan mengikuti lelaki itu.
“Di mana itu, Bos?”
“Tempat prostitusinya.” Orlando menjawab sambil masuk ke dalam lift.
“Kalau Anda mengerahkan semua pasukan ke tempat itu, bisa jadi peperangan antar dua kubu mafia akan benar terjadi. Jika begitu, akan terjadi pertumpahan darah, seperti dulu yang terjadi di halaman rumah Luca.” Paulo memberikan penilaiannya sebagai penasihat mafia.
“Aku tidak peduli! Yang penting Meryn selamat.” Orlando membentak Paulo yang telah ada di dalam lift bersamanya. Lift sedang membawa mereka turun dari lantai dua puluh menuju lobi.
“Tolong pertimbangkan lagi, Bos. Javer menculik Meryn karena alasan lain, tak sekadar balas dendam karena Anda membunuh Henry Leranzo. Anda tahu, Javer tidak ‘sebaik’ itu untuk membalaskan dendam sekutunya. Pasti dia menginginkan sesuatu dari Anda, Bos. Anda perlu cari tahu lebih lanjut.” Paulo lanjut berargumen. Lelaki itu merasa bosnya saat ini sedang tidak bisa berpikir jernih karena terlalu khawatir akan nasib dari wanita yang amat dicintainya.
Di dalam lift itu Orlando terdiam. Ia mendengarkan penjelasan Paulo yang sepertinya lebih masuk akal dibanding pikirannya yang sedang tidak waras. Mana mungkin ia bisa waras di situasi seperti ini? Meryn adalah wanita yang begitu ingin ia dapatkan sejak tragedi penembakan delapan belas tahun silam. Sejak itu ia terobsesi pada Meryn, tapi selalu terhalang oleh perintah ayahnya yang ingin ia tidak terpaku pada wanita dan belajar menjadi mafia yang tidak terkalahkan.
Tapi, percayalah. Hari-hari ia tidak pernah bebas dari bayang-bayang gadis kecil bermata hijau itu. Ia tidak bisa melupakan Meryn. Dan selalu bermimpi tentang gadis itu. Sampai akhirnya San Dominic, ayahnya, menyetujui usulannya untuk berbisnis dengan keluarga Patrizia (yang telah mengambil Meryn dari Luca). Akhirnya kesepakatan bisnis pun dibuat. Meryn diserahkan kepada Orlando sebagai bagian dari persyaratan bisnis mereka berdua. Tapi siapa sangka, justru karena kesepakatan itu San Dominic terbunuh.
Ayah Orlando mati di tangan keluarga Patrizia yang menginginkan keuntungan lebih dari penawaran bisnis yang keluarga Dominic buat, lebih dari yang mereka sepakati. Ketika permintaan itu tidak disetujui oleh San Dominic, ia pun terbunuh di tangan John Patrizia. Ayah Orlando dihabisi oleh ayah angkat Meryn yang telah memberikan Meryn kepadanya. Karena kecerobohannya tentang wanita, Orlando telah kehilangan ayah. Dan ia telah bersumpah tidak akan menyia-nyiakan kematian ayahnya. Ia harus mendapatkan Meryn apa pun yang terjadi! Sampai akhirnya ia pun rela menyerang pernikahan Meryn, membunuh John Patrizia dan istrinya, bahkan membunuh Henry Leranzo yang hanya ingin memanfaatkan Meryn untuk bisnis.
Mendapatkan Meryn adalah hal tersulit yang Orlando lakukan. Ia telah mengorbankan banyak hal untuk itu. Sehingga, wajar saja kalau saat ini ke kehilangan kewarasan. Saat wanita yang begitu ingin ia dapatkan dan begitu sulit ia taklukkan dibawa oleh musuh besar, ia tidak bisa berpikir jernih.
Paulo melihat bos besarnya yang tampak sedang merenungkan penjelasannya. Ia pun langsung menceletuk, “Saya akan mengirimkan beberapa anak buah untuk Anda. Anda bisa menjemput Nyonya Meryn di tempat Javer. Sisanya, biar saya yang urus, Bos.”
Orlando hanya mengangguk kecil. Lebih dari siapa pun ia tahu Paulo bekerja dengan sangat baik sejak kepemimpinan mafia ada di tangan San Dominic. Paulo adalah consigliere yang amat dipercaya oleh sang ayah (karena kepercayaan itu ia mendapat gelar consigliere).
Tepat setelah itu lift terbuka otomatis setelah sampai di lantai basement. Orlando buru-buru keluar menuju mobilnya yang terparkir di ujung. Ketika ia membuka pintu mobilnya dan hendak masuk, ponselnya berdenting. Ia melihat ada satu pesan gambar masuk dari nomor tak dikenal. Ia membuka gambar itu dan melihat Meryn yang sedang dirantai kedua kaki dan tangannya.
Melihat itu, Orlando semakin geram. Ia masuk ke dalam mobil sambil membanting pintu mobilnya. Hendak menyalakan mesin mobil sebelum panggilan masuk dari nomor tidak dikenal. Ia tahu siapa yang menelepon. Dan segera mengangkat telepon tersebut.
“Jangan menyentuh Meryn-ku, atau tempat prostitusimu akan kuledakkan dengan bom,” sahut Orlando dengan geram begitu telepon tersambung. Kemarahan mengalir di seluruh tubuhnya. Wajah dan telinganya memerah karena marah.
[Harusnya kau yang hati-hati, Tuan Dominic. Kekasihmu ada didepanku sekarang. Kalau kau tidak menjaga kata-katamu, aku tidak akan menahan diri lagi. Kekasihmu nyaris telanjang. Haruskah aku eksekusi sekalian?] Di seberang telepon, Javer justru mengecam.
“Biadab! Katakan maumu!” teriak Orlando geram. Andai Javer ada di hadapannya saat ini, ia akan langsung melubangi kepala lelaki tua itu dengan peluru.
[Kita perlu negosiasi. Kesinilah dalam lima belas menit. Awas. Telat semenit saja aku akan menelanjangi wanita cantikmu ini.]
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
friyana
good n lanjut
2022-01-15
0