Darah Mafia
Setelah merasa puas, Orlando keluar dari kamar sambil menggandeng bahu Meryn. Mereka bergegas menuju atap bangunan untuk menaiki helikopter bersama, sementara Paulo sudah berangkat dahulu menuju Milan untuk menyelesaikan urusan bisnis Orlando.
“Kita berangkat sekarang, Tuan?” tanya si pilot yang melihat kedatangan Orlando bersama Meryn.
“Ya. Kita berangkat bersama Meryn.” Orlando menjawab sambil membantu Meryn beranjak masuk ke dalam helikopter, lalu disusul dirinya.
“Ini pertama kalinya aku naik helikopter,” kata Meryn agak berteriak. Suara mesin helikopter yang bising membuatnya harus berteriak ketika berbicara.
Orlando membantu memakaikan sabuk pengaman di tubuh Meryn. Lalu memasangkan earphone yang sekaligus terhubung dengan microphone. Setelahnya, Orlando memasang sabuk pengaman di tubuhnya sendiri dan menggunakan earphone di telinga.
“Kita gunakan ini untuk mengobrol,” ucap Orlando. Suaranya yang berat dan maskulin terserap di michrophone dan terhubung ke earphone Meryn. Meryn mendengar suaranya lebih jelas.
Meryn membalas ucapan Orlando itu dengan senyuman tipis sebelum pandanganya beralih ke jendela kaca. Helikopter yang ia tumpangi mulai terbang meninggalkan bangunan atap. Ia dibuat takjub oleh pemandangan luar. Pulau pribadi itu, sekaligus terasa sepi dan menyeramkan, tapi indah dilihat dari langit. Ia melihat pantai yang mengelilingi pulau. Benteng tinggi, dan bangunan yang dirancang seperti kastel di abad pertengahan. Juga hutan rimba yang terdapat banyak hewan liar dan primata (berdasarkan ucapan Orlando).
Lalu Meryn mulai penasaran satu hal. Ia menengok ke arah Orlando dan menanyakan sesuatu.
“Apa bisnis yang kamu jalankan, Tuan Orlando Dominic? Senjata ilegal? Kokain? Atau ... organ manusia?” tanya Meryn. Kata-katanya terdengar sinis. Dari yang ia tahu, seorang mafia memperjual belikan sesuatu yang ekstrem dan ilegal.
“Semuanya, kecuali manusia.” Lelaki itu menjawab dengan lugas. Ia menatap wajah Meryn yang melihatnya dengan curiga. Lalu lanjut bercerita tentang bisnisnya. “Aku punya pabrik minuman wine dan tequila. Pabrik yang memproduksi kokain. Jual beli tanah dan properti, satwa liar, dan kasino.”
“Wah.”
Meryn dibuat ternganga olehnya. Pantas saja keluarganya bisa mendirikan pulau pribadi yang sangat rahasia. Kekayaannya pasti sangat melimpah dengan semua bisnis yang dijalankan itu.
“Kenapa tidak sekalian bisnis prostitusi? Kamu tidak suka wanita?” sindir Meryn kemudian.
Tatapan tajam Orlando seketika terlempar ke arah Meryn. “Aku tidak serendah itu, Nyonya Meryn. Aku bisa menjual apa pun, kecuali manusia. Dan aku bisa menyakiti siapa pun, kecuali wanita dan anak-anak.”
“Bullshit. Kamu menyakitiku.” Meryn menyergah.
Kening Orlando mengerut tajam.
“Katakan padaku yang sejujurnya. Kapan aku menyakitimu?” Pertanyaan tajam itu terlontar dari mulur Orlando. “Kamu yang selalu menamparku, meninjuku, meludahi wajahku, bahkan menodongkan pistol di depan wajahku. Jujur saja. Di antara kita berdua, siapa yang lebih banyak menggunakan kekerasan?”
Meryn terdiam. Lelaki itu mengira Meryn akan terintimidasi olehnya. Tapi kenyataannya tidak. Meryn balas menatap tajam Orlando.
“Absolutely you, Mr Dominic.” Meryn dengan tegas menjawab. “Kamu membunuh orang-orang yang aku sayangi tepat di depan mataku. Apa menampar dan meludahi wajahmu lebih kejam dibanding yang kau lakukan padaku itu?” sinisnya.
“Mereka bukan orang baik, Meryn.”
“Aku tidak peduli! Saat kau membunuh mereka, aku masih menyayangi mereka, aku masih mencintai Henry. Dan kau memberi tahuku kebenarannya setelah aku menelan bulat bulat semua luka yang timbul dari kematian mereka.” Meryn berkata dengan tegas.
Giliran Orlando yang terdiam. Ia pernah ada di posisi Meryn. Di mana ia melihat ayahnya dibunuh tepat di depan matanya. Ia tahu luka seperti apa yang Meryn rasakan. Sebab, tidak peduli kalau sekarang Meryn membenci keluarganya, saat menyaksikan kematian itu Meryn masih menyayangi mereka semua.
Orlando terbungkam akan semua yang diucapkan Meryn. Wajahnya melengos. Ia menatap tajam ke arah depan, sementara Meryn di sampingnya masih melihatnya sinis.
Sejenak kemudian, Orlando melirik ke arah Meryn.
“Pengantin mafia tidak boleh lemah. Kau bisa melawan semua luka itu, seperti biasanya kau melawanku,” tegas Orlando.
“Kau benar-benar mafia berdarah dingin. Tidak punya empati, tidak punya perasaan,” sinis Meryn.
“Ini adalah caraku bertahan di dunia yang menyeramkan ini,” kata Orlando. “Kau harus lebih keras pada dirimu, atau dunia akan memperlakukanmu lebih keras lagi.”
*
Sesampainya di Milan, Meryn dibawah ke sebuah hotel bintang lima. Hotel lantai tujuh puluh yang dilengkapi kasino itu merupakan salah satu bisnis milik Orlando Dominic.
Setibanya di lobi hotel, Meryn meminta sesuatu kepada Meryn.
“Berikan aku uang kes, yang banyak!” celetuk Meryn begitu ia melangkah masuk ke dalam lobi hotel.
“Apa yang ingin kamu lakukan?” tanya Orlando curiga.
“Aku ingin beli baju. Aku tidak bisa pergi mengunjungi pamanku dengan pakaian seperti ini. Sama sekali tidak berkelas!” rutuk Meryn memprotes. Ia tidak suka baju-baju yang disiapkan para pelayan di kastel Dominic. Selain tidak modis, semua baju di sana bukan seleranya.
“Okay. Aku antar ke kamarmu nanti.” Orlando menyetujui setelah melirik sekilas ke arah Meryn. Sebenarnya wanita itu tetap menawan mengenakan baju apa pun. Hanya saja gaya pakaian ala Amerika Latin yang disiapkan pelayan kastel rupanya tidak sesuai dengan selera fashion Meryn
“Sama satu hal lagi,” imbuh Meryn.
“Apa?” sahut Orlando pasrah.
“Kasih aku uang kes juga untuk berjudi.”
“What?!” Orlando memekik. Saking kagetnya, langkahnya sampai berhenti. Tetapi Meryn yang terus berjalan ke arah resepsionis itu membuat Orlando mau tidak mau harus mengejarnya. “Kamu gila? Kamu mau berjudi?”
“Kenapa?” Meryn menolehkan kepala. Ia berhenti sambil menyerongkan tubuh kepada Orlando. “Kamu harusnya senang karena aku akan berjudi di kasino yang kamu bangun. Bukannya itu inti dari bisnismu?” celetuk Meryn seperti menantang.
Sambil mengernyitkan keningnya, Orlando bertanya ragu, “Sebelumnya kau pernah berjudi?”
“Tidak.” Meryn spontan menjawab.
“Hah,” desah Orlando heran. “Bagaimana aku memercayakan uangku pada orang yang nggak pernah berjudi?”
“Bukannya uangmu banyak? Kenapa kau pelit sekali?” rutuk Meryn sambil berjalan menjauhi Orlando. Menuju meja resepsionis.
“Bukan masalah uang. Aku hanya tidak mau kamu terlibat dalam masalah, Meryn.” Orlando berusaha menjelaskan.
“Masalah? Justru kau yang telah melibatkanku dalam masalah, Tuan Orlando Dominic.” Meryn masih ngeyel.
“Katakan sejujurnya, apa rencanamu?” tanya Orlando yang mulai curiga akan gerak gesik Meryn.
“Hah, rencana? Aku tidak tau apa yang kamu bicarakan. Sekarang aku hanya seorang wanita gila yang tidak tahu identitasnya sendiri, dan yang telah menyerahkan hidupnya pada seorang mafia. Aku tidak punya apa-apa lagi. Dan aku hanya ingin bersenan-senang. Apa kau pikir aku senang terlibat urusan denganmu? Jadi biarkan aku berjudi untuk melepaskan stres karena ulahmu. Berminggu minggu ada di kastel itu sudah membuatku hampir gila!” Meryn lanjut merutuki.
Lantas ia menoleh ke arah resepsionis. Ia berbicara pada resepsionis wanita itu dengan wajah congak dan suara arogan.
“Saya mau kamar yang paling mahal dan paling berkelas! Harus ada. Kalau sudah penuh, suruh tamunya keluar sekarang juga.” Meryn memberi perintah seperti seorang nyonya besar.
Resepsionis yang tampak ragu itu menoleh sekilas ke arah Orlando, bosnya. Begitu mendapat isyarat anggukan kepala dari Orlando, ia segera menjawab permintaan Meryn.
“Baik, Nyonya.” Lalu ia mengambil kartu akses ke kamar eksklusif yang hanya ada satu di hotel ini, yaitu kamar yang berada di lantai paling atas. “Ini kartu aksesnya, Nyonya.”
Meryn mengambil kartu akses itu dengan kasar. Lalu berjalan cepat meninggalkan resepsionis. Sikapnya yang sedang merajuk itu membuat Orlando kerepotan. Ia berjalan mengikuti Meryn dengan langkah pasrah. Ia tidak pernah menyangka sikap Meryn akan semakin ganas saat berada di Milan.
“Tidak heran. Dia juga memiliki darah dingin seorang mafia.” Orlando menggumam sambil berjalan mengikuti Meryn ke kamar hotel. Benar! Mereka berdua akan menginap di kamar yang sama.
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments