Bab 7: Di Atas Ranjang

WARNING 21+

“Kamu mau membunuhku?” tanya Meryn geram sambil menatap lelaki itu tajam-tajam.

Lelaki itu justru tersenyum menyeringai. Pandangannya jatuh ke bibir Meryn. Sejak saat itu ia sudah menahan diri untuk tidak menyentuh bibir itu. Tapi keberanian Meryn menyusup ke dalam kamarnya malam-malam membuatnya tak bisa menahan diri lagi.

Orlando menjulurkan tangannya ke bawah bantal untuk mengembalikan pistol itu kembali ke tempatnya. Lalu ia mulai membelai wajah cantik Meryn di bawah bayang-bayang tubuh gagahnya, dengan pencahayaan temaram yang makin mendukung suasana untuk bercinta.

“Lebih dari itu, Sayang. Harusnya kamu pikirkan konsekuensinya ketika memutuskan masuk kandang harimau,” lirih Orlando. Bibirnya mendekat ke telinga Meryn dan berbisik sensual, “Kamu akan diterkam terlebih dahulu sebelum dihabisi.”

Meryn masih bergeming saat bibirnya disentuh oleh ujung-ujung jari Orlando yang kekar. Berdusta jika ia mengatakan tidak bernafsu ketika disentuh, dibelai, bahkan ditatap sensual oleh lelaki tampan dan perkasa seperti Orlando. Andai saja ia bisa menghilangkan bayang-bayang ketika lelaki itu membunuh ayah, ibu, juga Henry, mungkin Meryn tidak akan menahan diri lagi. Tapi yang selalu ia ingat di kepalanya adalah ... lelaki ini mafia berdarah dingin, seorang pembunuh yang kejam.

“Kamu mau apa dariku?” tanya lirih Meryn. Tubuhnya makin mendesir melihat otot-otot kekar menonjol dari garis leher menuju lengan Orlando yang kekar. Ahh, lelaki itu sangat seksi. Meryn tak bisa membayangkan seperti apa ia akan menjerit dalam dekapan tubuh yang padat nan kekar itu. Ia harus akui, tubuh lelaki itu lebih seksi dan sensual dibanding Henry.

“Itu yang ingin aku tanyakan, Meryn. Apa yang kamu mau dengan menyusup ke kamarku saat aku lagi tidur?” Orlando balik bertanya. “Kamu ingin membunuhku?”

Meryn terdiam. Ia menahan desir tubuhnya yang makin menjadi. Detak jantungnya menaik seiring ia menatap lekat wajah menawan itu. Tubuhnya terangsang. Ia menginginkan sesuatu yang bergairah. Tapi, ini bukan waktu yang tepat. Dengan si mafia ini?!

“... Atau kamu ingin sesuatu yang lain?” lanjut Orlando bertanya. Senyum liciknya tersimpul. Ia melihat reaksi tubuh Meryn yang mulai dikuasai nafsu.

“Se-sesuatu yang lain apa maksudmu?!” pekik Meryn tergagap-gagap.

Senyum Orlando semakin melekuk. Ia menatap sensual tepat di mata Meryn, melihat wanita itu yang langsung mengalihkan mata. Ia tertawa geli melihat wanita itu ia buat bernafsu.

“Sesuatu yang panas,” sahut Orlando. Ujung jari tengahnya menyingkap belah dada Meryn. “Dan bergairah,” lanjut lelaki itu.

Meryn tak dapat mengelak tubuhnya yang tak berdaya oleh godaan sensual Orlando Dominic. Mendengar suara lelaki itu yang mendesah berat, Meryn merasakan sesuatu mengalir di dalam perutnya. Bagian bawahnya terasa mulai lembab. Meryn menggerak-gerakkan kakinya tidak nyaman.

“Apa aku sudah membuatmu basah, Sayang?” tanya sensual Orlando. Meryn semakin tak berdaya. Ekspresi wajahnya tampak menikmati geliat nafsu yang menjalari tubuhnya.

Namun Meryn masih berusaha menampik reaksi tubuhnya ini. Ia tak ingin bercinta dengan seorang mafia kejam. Tapi kenapa lelaki itu terus menggugah berahinya?

Orlando tersenyum riang melihat semua reaksi tubuh Meryn. Pipinya yang memerah. Kedua matanya yang gelisah dan tak fokus. Serta kakinya yang mengeliat, seperti ada sesuatu yang menggelikan di bawah sana.

Lelaki itu menurunkan wajahnya. Hendak mencium bibir Meryn, tapi wajah Meryn seketika menoleh, menghindari ciuman bibir Orlando. Lelaki itu pun menurunkan wajahnya tepat di ceruk leher Meryn. Menciumi leher dan cuping telinga Meryn.

Tubuh Meryn mengeliat nikmat. Ia menggigit bibir merasakan sensasi panas menjalar ke seluruh tubuhnya saat telinga dan lehernya mendapat ciuman maut. Untuk beberapa saat ia sengaja membiarkan lelaki itu terlena pada tubuhnya. Meryn membiarkan lelaki itu menikmati tubuhnya.

Sambil menciumi leher dan dada Meryn, Orlando melepaskan atasan piamanya. Lalu melepaskan ikatan pada piama tidur Meryn. Dan lanjut mencium bibir Meryn. Setelah tadi menolak, wanita itu pun membiarkan bibirnya dikecup. Ia benar-benar membiarkan Orlando terlena akan kenikmatan dari tubuhnya.

Sembari itu, Meryn menjulurkan tangannya ke bawah bantal Orlando. Mengambil pistol yang disembunyikan di sana. Dan saat lelaki itu sudah benar-benar larut dalam kenikmatan hingga hampir kehilangan akal, barulah Meryn menodongkannya ke kepala Orlando.

Saat senjata itu ia todongkan, Orlando masih sibuk ******* kuncup dadanya yang tegang karena hasrat. Dan seketika itu Orlando sadar. Ia melapaskan kuncup dada Meryn dari bibirnya, merasakan ujung pistol menyentuh pelipisnya.

“Sedikit saja kau bergerak, peluru ini akan menembus kepalamu,” lirih Merun tajam. Di atas tubuhnya, Orlando tak bisa bergerak.

“Meryn, aku harap kamu tenang dulu.” Orlando hanya bisa bergumam lirih sambil menyerah.

Perlahan Meryn mulai bangun dari keadaan terbaring. Keadaan langsung berbalik. Ia yang memegang pistol akhirnya bisa menundukkan Orlando. Lelaki itu tampak waspada dengan ujung pistol yang menyentuh pelipisnya.

Meryn membalik posisi tubuh Mereka. Kini Orlando berbaring di atas ranjang dengan bertelanjang dada. Sementara Meryn duduk di atas tubuh lelaki itu sambil menodongkan pistolnya tepat di kening Orlando.

“Angkat kedua tanganmu,” perintah Meryn sambil menarik pelatuk pada pistol. Hanya dengan satu tarikan saja ia bisa melubangi kepala lelaki yang sedang ia duduki.

Karena sudah menyerah, lelaki itu mengangkat kedua tangannya di atas kepala. Dengan begitu Meryn bisa melihat pergerakan tangannya dan memastikan lelaki itu tidak akan merebut pistol yang ia genggam.

“Aku sudah menyerah,” kata Orlando Ia tidak pernah menyangka Meryn yang dulu menolongnya dari todongan senjata Luca, sekarang malah menodongnya dengan senjata. Ia sudah terlena pada tubuh wanita itu, dan akhirnya ia berada di posisi tidak menguntungkan seperti ini. “Kita bisa bicara baik-baik, Meryn.”

Meryn tersenyum menyeringai. “Bicara baik-baik katamu? Apa kamu bahkan bicara baik-baik denganku sebelum melenyapkan nyawa orang tuaku dan juga Henry?!” teriak Meryn penuh amarah. Luka kehilangan di tubuh Meryn belum sembuh. Tidak peduli siapa dirinya dan apa rahasia keluarganya, Meryn mencintai Henry.

“Kamu masih saja memikirkan lelaki itu?” balas Orlando geram. Ia sudah cukup sakit hati terhadap kenyataan bahwa wanita yang ia cintai mencintai orang lain dan bahkan ingin menikah dengannya. Sekarang orang itu sudah ia bunuh, dan Meryn masih memikirkannya. Itu lebih membuatnya sakit hati dibanding saat ia tahu Meryn akan menikah.

“Tutup mulutmu! Kamu pikir kehilangan orang yang dicintai itu mudah? Setengah mati aku membencimu yang sudah membunuh Henry. Setengah mati aku ingin membunuhmu. Tidak peduli kamu siapa dan apa urusanmu mengurungku di tempat ini, kamu hanyalah mafia gila yang menghabisi semua orang yang aku sayangi.”

Air mata Meryn bercucuran. Rasa sakit akan kehilangan orang yang disayang itu masih belum pergi. Pernikahannya batal. Keluarganya dibantai. Suaminya dibunuh tepat di depan matanya. Ia diculik dan dibawa ke pulau rahasia milik mafia. Dan bahkan kepalanya dijejali teka-teki tentang dirinya sendiri. Ia sungguh muak.

“Kamu masih berpikir kalau lelaki itu memiliki niat baik menikahimu?” sergah Orlando.

“Tutup mulutmu!”

Sambil berteriak Meryn makin menekan kening Orlando dengan pistol yang digenggamnya.

“Baik. Bunuh aku kalau membuatmu merasa lebih baik.”

Dengan wajahnya yang dilinangi air mata, Meryn menyeringai. Ia memajukan wajahnya pada Orlando.

“Aku akan membunuhmu. Tapi tidak dengan sekali tebas seperti kau membunuh orang-orang tersayangku. Aku akan membunuhmu pelan-pelan. Aku ingin membuatmu menderita sampai kamu memohon-mohon untuk aku bunuh saja,” jawab sinis Meryn.

“Kamu hanya tidak tahu orang-orang semenyeramkan apa mereka itu, Meryn!” Orlando menyanggah.

“Benar, aku tidak tahu! Tapi aku tahu kalau kau orang yang sangat kejam, Tuan Orlando Dominic. Sejahat apa pun mereka, kau tak lebih baik darinya!” teriak Meryn.

Meryn mengarahkan tangannya ke atas, melepaskan pelurunya ke arah langit.

DOR!

Lalu ia turun dari tubuh Orlando. Turun dari ranjang. Ia melemparkan pistolnya ke perut lelaki itu. Dan berjalan keluar meninggalkan kamar tidur lelaki itu sambil merapikan piamanya yang acak-acakan.

*

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!