"Tuan"
Asisten tuan Wira masuk ke ruang kerjanya. Lantas meletakkan sebuah amplol coklat di atas meja. Tuan Wira membuka amplop itu. Sejenak dahinya mengerut.
"Ini.."
"Foto tuan muda dengan Broadcasting Manager. Mereka terlihat dekat akhir-akhir. Bahkan tuan muda membawanya ketika menghadiri pernikahan tuan muda Lee" Jelas asisten tuan Wira yang bernama Rudi.
"Aku pikir ini sudah cukup. Aku akan melakukannya dalam waktu dekat. Masalah keuangan stasiun TV sudah selesai. Dan kepercayaan dewan direksi untuk Kai sepertinya sudah cukup. Apa kau sudah menyelidiki siapa gadis ini" Tanya tuan Wira sambil memperhatikan wajah gadis yang tengah turun dari mobil Kai. Sekilas wajahnya mirip seseorang.Tapi tuan Wira tidak ingat.
"Dia berasal dari panti asuhan tuan. Orang tuanya tidak jelas siapa" Jelas Rudi lagi.
"Hah!! Hanya gadis miskin yang tidak jelas asal usulnya. Berani sekali dia menggoda Kai" Cemooh tuan Wira.
"Tapi dia cukup berprestasi dalam pekerjaannya. Banyak program yang sukses berasal dari tangannya" Tambah Rudi.
"Itu saja tidak cukup untuk bisa membuatnya masuk ke keluarga Hadiwinata. Bukankah sudah jelas tujuan kita sejak mengambil Kai dari panti asuhan 20 tahun lalu" Kenang tuan Wira.
" Penilaian tuan Wira benar-benar tepat waktu itu. Dari sekian banyak anak panti asuhan, Tuan akhirnya memilih tuan muda Kai. Dia benar-benar bisa menjadi pewaris keluarga Hadiwinata" Sahut Rudi.
"Itu bisa terjadi jika dia menikah dengan Fanny. Satu-satunya cucu sah keluarga Hadiwinata. Dengan begitu posisi Kai tidak akan tergoyahkan lagi" Ucap tuan Wira.
Tanpa mereka sadari. Bu Sarah mendengar semua rencana tuan Wira. Membuatnya geram.
Ketika Rudi dilihatnya keluar dari ruang kerja tuan Wira. Bu Sarah langsung menyelinap masuk ke ruang kerja ayah mertuanya.
"Apa Fanny saja tidak cukup Ayah?" Tanya bu Sarah to the poin. Sejenak tuan Wira tertegun lantas tersenyum.
"Oo kau sudah mendengarnya. Baguslah jadi aku tidak perlu menjelaskan lagi padamu. Aku akan mengurusnya sebentar lagi" Ucap tuan Wira santai.
"Ayah kenapa harus dia? Apa Fanny saja tidak cukup untuk Ayah?" Tanya bu Sarah.
Mendengar ucapan bu Sarah membuat emosi tuan Wira naik.
"Ini juga salahmu. Aku sudah memberimu jalan. Tapi kau sama saja dengan wanita itu. Memberikan cucu perempuan yang tidak berguna!" Bentak tuan Wira.
"Ayah bilang Fanny tidak berguna? Ayah sadar dengan yang Ayah katakan?" bu Sarah ikut emosi mendengar anaknya dianggap tidak berguna.
"Ya tidak berguna. Aku tanya apa yang bisa Fanny kerjakan? Selain menggambar tidak jelas. Apalagi yang bisa dia kerjakan. Semua Kai yang mengurus!" Benntak tuan Wira lagi membuat bu Sarah menangis.
"Jadi ini sebenarnya tujuan Ayah mengambil anak adopsi itu. Mencari pendamping untuk Fanny agar bisa menjadi penerus keluarga ini" Ujar bu Sarah dengan bibir gemetar.
Dia pikir dia sudah berusaha mengambil hati ayah mertuanya. Tapi ternyata hasilnya tetap tidak sesuai dengan keinginannya.
"Ya, agar Fanny memiliki pendamping yang kompeten. Yang bisa diandalkan untuk mengurusi bisnis keluarga kita. Dan kau lihat kan aku sama sekali tidak salah pilih. Kai benar-benar membuatku bangga" Ucap tuan Wira dengan wajah bangganya.
"Apa Ayah tidak pernah memikirkan perasaan Fanny. Apa yang akan dia pikirkan jika dia tahu kalau dia hanyalah pion dalam rencana untuk mencari pewaris bagi keluarga ini" Tanya bu Sarah masih dengan bibir gemetar menahan marah.
"Hah!! Persetan dengan perasaan Fanny. Lagipula bukankah dia menyukai Kai sejak dia tahu kalau Kai bukan kakak kandungnya. Ini pasti akan membuatnya bahagia. Sudahlah karena kau sudah tahu semuanya. Jadi tugasmu adalah memberitahu Fanny tentang hal ini" Pinta tuan Wira setengah memerintah bu Sarah.
"Ayah keterlaluan. Memanfaatkan perasaan Fanny untuk memperoleh apa yang Ayah inginkan" Kecam bu Sarah.
"Keterlaluan? Bagaimana dengan kau? Menangis kepadaku agar diberi kesempatan untuk bisa masuk ke keluarga ini dengan janji akan memberikan pewaris kepada keluarga ini. Tapi apa? Kaupun sama dengan dia. Itu bukan hanya keterlaluan tapi kejam. Jangan berpikir aku tidak tahu. Kaulah yang menabrak wanita itu lalu meninggalkannya begitu saja di pinggir jalan. Hingga dia tewas" Skak mat.
Ucapan tuan Wira bagai petir di siang bolong bagi bu Sarah. Kejadian itu sudah 20 tahun berlalu. Dia pikir tidak ada yang tahu. Tapi nyatanya Ayah mertuanya tahu.
"Ba...bagaimana Ayah bisa tahu?" Tanya bu Sarah ketakutan.
"Kau pikir aku bodoh. Jadi kau turuti saja perintahku. Masing-masing dari kita punya tujuan yang sama. Jadi lebih baik kita bekerja sama" Ucap tuan Wira dengan wajah devilnya.
Bu Sarah tentu saja kalang kabut. Ayah mertuanya tahu kejadian 20 tahun yang lalu. Sekilas bayangan perempuan berlumuran darah meminta tolong padanya. Memohon agar dia dibawa ke rumah sakit. Karena kedua putrinya sedang menunggunya di panti asuhan. Darah nampak mengalir deras dari luka di kepalanya.
"Sarah tolong aku. Tolong aku. Putriku sedang menungguku di panti asuhan Aku berjanji akan menjemput mereka hari ini. Sarah tolong...."
"Tidaaakkkkkk!" Teriak Sarah di kamarnya.
"Kau sudah mati. Kau tidak mungkin hidup lagi. Lagipula Ayah juga tidak peduli dengan putrimu. Pasti mereka pun juga sudah mati!" bu Sarah meyakinkan diri jika wanita itu dan putrinya tidak akan kembali. Mereka tidak akan mendapatkan apapun. Karena bagaimanapun Ayah mertuanya pasti lebih memilih Fanny.
***
Natasya tengah berjalan menuju ke ruang kerja Alex. Sambil membawa paper bag berisi sepatu yang membuatnya harus menjadi partner kondangan Kai yang berakhir dengan Kai yang tahu status singlenya.
"Sasha, apa bosmu ada?" Tanya Natasya pada asisten Alex.
"Oh ada Bu. Silahkan masuk saja" Jawab Sasha.
Dan Natasya langsung mengetuk pintu. Begitu ada jawaban boleh masuk. Dia pun melangkah masuk. Dilihatnya pria itu tengah sibuk dengan beberapa berkas di mejanya. Dengan kacamata baca bertengger di hidungnya.
"Apa aku menganggu?" Tanya Natasya saat akan masuk.
Alex langsung mengalihkan pandangannya ke arah suara yang begitu ia rindukan. Sejenak dia melupakan rasa cemburu yang beberapa hari ini memenuhi hatinya.
"Tidak, masuklah. Rindu padaku?" Tanya Alex sambil menaikkan alisnya. Membuat Natasya memutar matanya jengah.
Berhadapan dengan Alex harus extra sabar.
"Tidak. Aku tidak rindu padamu. Memikirkanmu pun tidak" Jawab Natasya.
Alex masih bisa menekan emosinya.
"Lalu kesini? Aku pikir semua proyek kita berjalan lancar. Tidak ada kendala yang serius. Setelah GM-mu itu bisa mendapatkan investasi yang sangat besar" Ucap Alex ketus saat menyebut GM-mu.
"GM-mu, maksudmu apa?" Natasya tidak paham kenapa Alex menyebut Kai dengan GM-mu.
"Iyalah. Kalian sering bertemu kan? Sering keluar bersama kan?" Kali ini Alex tidak bisa menyembunyikan rasa cemburunya.
"Kamu cemburu? Astaga Alex tidak ada apa-apa diantara kita. Dan kamu cemburu dengannya. Astaga Alex" Ujar Natasya tidak percaya.
Alex terdiam. Dipandanginya wajah Natasya.
"Aku ke sini ingin memberikan ini. Jadi hutangku lunas, oke. Jangan menggangguku lagi" Ucap Natasya lagi.
Alex menerima paper bag dari Natasya. Sedikit terkejut Natasya bisa mendapatkan sepatu itu dalam waktu yang lumayan cepat. Biasanya dia perlu memesan dulu.
"Bagaimana bisa kamu mendapatkan ini secepat ini" Heran Alex.
"Aku pergi ke outletnya dan kebetulan ada yang membatalkan pesanan sepatu ini. Kebetulan juga ukuran kalian sama" Jeas Natasya.
"Kamu bohong kan? Siapa yang sudah membelikan ini untukmu?" Tanya Alex meradang. Pasalnya ada temannya pernah memberitahu padanya. Melihat Natasya masuk ke outlet Louis Vuitton bersama seorang pria. Dan teman Alex tidak mengenal pria itu.
"Kamu ini, maksud kamu apa? Tidak masalah aku mendapatkannya dari mana. Yang penting hutangku sudah lunas. Urusan kita selesai" Ucap Natasya sambil berlalu keluar dari ruang kerja Alex.
"Tunggu dulu. Apa dia yang membelikannya untukmu. Agar kamu bisa terbebas dariku?" Tanya Alex.
"Dia? Dia siapa?" Tanya Natasya heran.
"Dia Kaizo Aditya. GM yang baru. Apa kamu punya hubungan istimewa dengannya?" Alex mulai emosi.
"Aku dan GM baru? Tidak. Kami hanya berhubungan sebatas hubungan kerja" Jawab Natasya.
"Bohong! Kamu pikir aku tidak tahu. Kalian pergi makan siang bersama. Sering keluar bersama. Benar?" Kepo Alex.
"Terserah jika kamu tidak percaya. Tidak ada hubungan spesial di antara kami. Aku pergi" Jawab Natasya.
"Kamu tidak bisa pergi begitu saja. Natasya!" Teriak Alex.
Lantas mengejar Natasya. Menarik paksa tangannya. Membuat gadis itu langsung berbalik arah. Ketika tubuh Natasya sudah berbalik. Dengan cepat Alex meraih tengkuk Natasya. Dan detik berikutnya pria itu sudah menautkan bibirnya di bibir Natasya. Sejenak Natasya terkejut. Matanya membulat tidak percaya dengan ulah Alex. Alex baru akan mulai ******* bibir Natasya ketika dengan cepat, Natasya melepas tautan bibir Alex.
Dan "plakkk" satu tamparan keras mendarat di pipi Alex. Membuat Alex tertegun. Ketika itu ia sadar. Gadis didepannya itu sudah berurai air mata.
"Beraninya kau melakukan itu padaku!" Ucap Natasya marah.
"Sya....aku tidak bermaksud untuk..."
"Aku sungguh kecewa padamu!" Teriak Natasya. Lantas dengan cepat, melesat keluar dari ruang kerja Alex. Meninggalkan Alex yang dengan cepat memukul sandaran sofa di depannya. Meraup wajahnya kasar. Merutuki tindakan bodohnya.
Dia baru saja ingin mengejar. Ketika ponselnya berbunyi.
"Ya"
"..."
"Aku akan segera ke sana" Ucap Alex sambil mengumpat marah. Lantas ikut melesat keluar dari ruangannya.
Sementara itu, Natasya tanpa peduli dengan pandangan orang. Terus berlari keluar kantor HD TV. Menghentikan sebuah taksi. Masuk ke dalamnya. Lantas menyuruh pak supir melaju dari sana.
Tanpa sadar Kai yang tengah berdiri di jendela ruangannya. Melihat semua itu. Sejenak dia mengerutkan dahinya.
"Dia kenapa?" Gumannya pelan.
"Tuan, kata Lisa dia tidak ada ditempat" Info Leo yang tiba-tiba saja sudah berada di belakangnya.
"Aku tahu. Dia baru saja keluar. Mintakan aku nomor ponselnya" Perintah Kai.
Dan tak lama. Ponsel di kantong jasnya bergetar. Sebuah notifikasi masuk. Menyimpan nomer Natasya. Lantas langsung menghubungi nomor teesebut.
"Ya, kamu dimana?" Tanya Kai cukup penasaran melihat Natasya yang berlari keluar HD TV.
"...."
"Tunggu dulu. Kamu menangis? Katakan padaku kamu dimana? Aku akan menjemputmu. Halo, halo,halo, Sya halo...." Panggil Kai terus. Namun tidak ada sahutan. Kai langsung menatap ke arah Leo.
"Aku akan keluar sekejap" Ucapnya. Langsung melesat keluar dari ruang kerjanya. Dan tak lama. Toyota Vios milik Kai terlihat keluar dari basement HD TV.
*
Up lagi readers,
Thank's sudah mampir,
Happy reading everyone,
Love you all 😘😘😘
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments