Natasya terbangun di kamar pink sederhananya.
Sejenak berusaha menyesuaikan matanya dengan keadaan sekelilingnya. Hingga kemudian dia menjerit lantas langsung keluar kamarnya.
"Hera, siapa yang bawa aku pulang?" Sebuah ingatan menghantam kepalanya. Terakhir kali ia ingat kalau ia sedang bersama Kai, GM-nya yang baru. Pulang dari kondangan nikahannya Lee Joon. Temannya sang GM baru.
Tapi sekarang tahu-tahu dia sudah ada di kamarnya sendiri.
"Ya, GM kamulah. Siapa lagi? Masak aku? Jelas aku nggak bakal kuat ngangkat badan kamu. Secara kamu kayak tiang listrik gitu" Jelas Hera. Membuat Natasya semakin kelabakan.
"Jadi aku ketiduran di mobilnya. Terus dia yang nganterin aku pulang? Gitu?" Tegas Natasya. Dan Hera mengangguk.
"Alamak! Mati aku" Teriak Natasya. Membuat Hera geleng-geleng kepala.
"Memang kenapa sih? Dia cuma mindahin kamu dari mobilnya ke kamarmu. Itu doang. Dia nggak ngapa-ngapain kamu. Wong aku ngikutin dia terus.
"Bukan itu masalahnya, Ra" Panik Natasya. Hera semakin heran.
"Ini sih bukan ngamuk, Pak. Tapi panik" Batin Hera.
Teringat ucapan Kai yang mengatakan kalau Natasya akan ngamuk waktu bangun besok.
"Ra, kamu tahu semua orang kantor tahunya status aku tu dah nikah. Tapi kalau begini. Dia pasti tahu kalau aku masih single" Panik Natasya.
"Apa salahnya kalau dia tahu kamu masih single. Bukannya bagus.Kalian bisa mulai menjalin hubungan. Pacaran mungkin. Aku lihat dia orang baik. Tidak ingin mengambil kesempatan ketika kamu tidur" Jelas Hera.
"Bukan itu Ra masalahnya" Ucap Natasya.
"Lalu?" Tanya Hera tidak paham.
"Dia kan satu-satunya orang yang tahu kalau aku benar-benar single. Bagaimana jika dia menyebarkannya di kantor. Habis satu orang kantor tahu. Matilah aku. Aku malas melayani laki-laki yang sibuk mengajakku kencan" Jawab Natasya lemas. Lantas mendudukkan dirinya di kursi meja makan.
Hera menarik nafasnya pelan. Dia tahu sahabatnya itu memang tidak suka ada yang mengejar-ngejar dirinya. Hingga dia sengaja membuat rumor kalau dirinya sudah bersuami. Hingga dia bisa bekerja dengan tenang. Tanpa pusing memikirkan acara kencan ataupun pacaran.
"Kamu tidak suka dikejar-kejar para lelaki itu? Atau karena kamu belum mau membuka hatimu untuk yang baru?" Tanya Hera. Membuat Natasya diam seketika.
"Kenapa? Aku benar kan? Sya, dia jelas sudah pergi. Dan tidak mungkin kembali. Dan itu pasti. Jadi sekarang mulailah membuka hatimu. Bukankah dia berpesan kalau kamu harus bahagia walau tanpa dirinya" Ujar Hera. Semakin membuat Natasya terdiam.
Tak berapa lama gadis itu semakin tertunduk. Dan perlahan bahunya mulai bergetar. Hera perlahan memeluk erat tubuh sahabatnya itu.
"Lupakan dia, Sya. Lepaskan dia. Biarkan dia pergi dengan tenang. Kepergiannya bukanlah salahmu. Itu takdir. Jangan terus menyalahkan dirimu. Hargailah hidupmu sendiri. Dua tahun kamu terpuruk. Sudah saatnya kamu memulai hidup baru. Bukalah hatimu untuk seseorang yang baru. Menerima orang baru di hati kita bukan berarti membuang yang sudah ada di hati kita. Kita hanya mengubahnya menjadi sebuah kenangan. Yang hanya perlu dikenang tanpa penyesalan yang menyertainya" Saran Hera.
"Tapi dia pergi karena ingin bertemu denganku. Coba jika aku tidak menemuinya hari itu" Sesal Natasya. Air mata mulai mengalir di pipinya.
"Dengar Sya, itu namanya takdir. Dengan atau tanpa ada dirimu di sana. Kecelakaan itu tetap akan terjadi. Karena apa? Karena pengendaranya yang mabuk menerjang trotoar tempat Alan dan yang lainnya berjalan. Dan sudah takdirnya Alan kalau dia akan pergi seperti itu. So please stop blame yourself about Alan's death" Ucap Hera.
( Jadi berhenti menyalahkan dirimu atas kematian Alan)
"Tapi Ra itu sulit" Keluh Natasya.
"Yang bilang itu gampang juga siapa. Setidaknya kamu berusaha. Ini.. kamu malah semakin terpuruk dengan kematian Alan" Kesal Hera.
"Jadi aku harus bagaimana?" TAnya Natasya.
"Bukalah hatimu untuk orang baru. Mulailah menjalin hubungan dengan seorang pria yang bisa membuatmu nyaman" Saran Hera.
"Siapa? Aku tidak punya kenalan pria di luar sana" Keluh Natasya. Dia pikir akan sulit untuk memulai semua ini.
"Siapa bilang kamu tidak punya teman pria? Apa kabar Alex yang sudah mengejarmu hampir satu tahun ini" Ingat Hera.
"Aku tidak bisa menerima Alex. Selain memang aku tidak punya rasa padanya. Mandy sangat mencintai Alex. Menerima Alex hanya akan merusak pertemananku dengan Mandy" Jelas Natasya.
"Oke, Alex out. Lalu yang terbaru ini bagaimana?" Pancing Hera.
"Yang terbaru siapa?" Tanya Natasya setengah berpikir.
"Ggggrrrrhhh" Hera menggeram. Betapa tidak pekanya sahabatnya yang satu itu.
"Siapa lagi sih Non. Kalau bukan GM-mu yang baru" Ceplos Hera pada akhirnya. Gemas sendiri pada kepolosan sahabatnya itu.
"Ha? Dia?" Natasya ternganga.
"Iya dia. Apa kamu tidak sadar kalau dia pria pertama yang bisa dekat denganmu setelah kepergian Alan" Hera mengingatkan. Kini mereka sudah memulai sesi curhat mereka sambil sarapan.
"Masak sih?" Tanya Natasya heran.
"Dia yang pertama, yang bisa membuatmu satu mobil dengan seorang pria. Kecuali Evan lo. Selama ini kamu begitu ketat pada dirimu sendiri soal pria. Tidak mau satu mobil dengan pria. Tidak mau jalan bareng dengan pria. Tapi GM-mu yang baru. Bisa membuat dirimu melonggarkan semua peraturanmu soal pria. Bahkan Alex pun tidak bisa melakukan hal itu" Jelas Hera.
"Iya juga ya" Ucap Natasya ragu.
Selama berkenalan dengan GM-nya yang baru. Sudah berapa kali mereka satu mobil bersama. Sudah berapa kali mereka jalan bersama. Bahkan Kai, satu-satunya pria yang bisa menemukan tempat persembunyiaannya selama ini. Rooftop kantor. Bahkan Alex yang sering mengatakan mencintainya tidak tahu kalau dirinya punya spot rahasia di kantor.
Tapi Kai, pria itu dengan tiba-tiba bisa muncul di mana saja. Di tempat dirinya berada. Rooftop, pantai. Seolah dia tahu dimana tempat-tempat favoritnya berada. Seakan Kai sudah mengenal lama dirinya.
Natasya tengah duduk di jendela kamar yang menghadap balkon kamarnya. Dia sudah mandi. Sudah berganti pakaian. Sebuah hot pants dan atasan crop top yang menampilkan perut seksinya. Penampilannya pasti akan membuat kaum adam meliriknya tanpa berkedip.
Sebuah airpods seperti biasa terpasang manis ditelinganya. Dia tengah menikmati alunan musik di telinganya. Sambil sesekali dia menggerakkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan. Sedang pikirannya memikirkan semua omongan Hera tadi padi. Dia menarik nafasnya pelan.
"Pertimbangkanlah saranku ini. Bukalah hatimu. Mulailah untuk menjalin sebuah hubungan. Aku tidak memintamu melupakan masa lalumu, Alan. Ataupun janji masa kecilmu, Aditya. Karena mereka adalah hakmu. Untuk saat ini setidaknya GM-mu adalah kandidat terbaik" ucap Hera.
"Kamu pikir ini pemilihan gubernur apa? Kandidat paling tepat" Guman Natasya.
Hingga satu panggilan masuk mengalihkan pikirannya.
"Halo, Nad bagaimana kabarmu?" Ucap Natasya yang ternyata adalah sang adik Nadya.
"Aku baik, Kak. Kakak bagaimana?" Jawab sang adik dari seberang.
"Kakak baik. Jangan khawatir" Jawab Natasya kembali. Dan keduanya akhirnya asyik mengobrol via telepon. Dengan tangan Natasya yang sesekali merapikan tanaman mawar yang tumbuh di balkon kamarnya. Dan ulah Natasya itu membuat seseorang yang tengah duduk di dalam Fortuner hitamnya menggeram kesal.
"Bisa-bisanya dia berpakaian seperti itu. Dan berkeliaran di luar rumah" Geram pria itu. Yang tak lain adalah Kai.
Entah mengapa tiba-tiba pria itu berubah jadi seperti seorang stalker. Pagi-pagi sudah nongkrong di depan rumah Natasya yang baru ia tahu tadi malam.
Jelas dia cukup terkejut dengan style gadis itu sewaktu di rumah. Ternyata dia seksi juga kalau di rumah. Pikirnya. Dia tahu Natasya punya tubuh sempurna. Tapi melihat dengan mata kepala sendiri.
Bagaimana paha dan betis mulus Natasya terekspos dengan sempurna membuat pria itu sedikit berpikiran kotor. Apalagi crop top Natasya cukup memperlihatkan bagaimana mulus dan seksinya perut dan tubuh bagian atasnya. Seketika membuat otak Kai traveling ke mana-mana.
"Astaga" Dia pikir sejak kapan dia terakhir kali bertemu dengan wanita yang mampu membuat otaknya traveling ke mana-mana. Dia pikir itu sudah lama sekali.
Kai pikir dirinya cukup tertarik dengan Natasya akhir-akhir ini. Apalagi sejak ciuman tanpa sengaja mereka terjadi. Mengingat betapa manisnya bibir Natasya kala itu. Membuat Kai semakin penasaran.
Hingga semalam dia mendapat kesempatan untuk mencium kembali bibir gadis itu. Saat Natasya tengah tertidur. Sungguh bukan sikap seorang gentleman sebenarnya. Tapi masa bodoh. Kai benar-benar menikmati bibir Natasya semalam. Membuatnya ingin selalu mencium bibir gadis itu. Manis dan lembut. Sangat menggoda.
Kai pikir baru kali ini dia benar-benar menginginkan seorang wanita. Untuk selalu berada disisinya. Selalu ingin memeluknya. Atau bahkan wanita ini juga yang membuatnya untuk pertama kalinya. Merasakan keinginan untuk menghabiskan malam bersama.
Kai pikir sudah sejauh itukah Natasya masuk ke dalam otak, pikiran dan hatinya. Hingga membuatnya memiliki keinginan normal seperti pria lainnya. Berkencan, berciuman atau bahkan bercin** dengan wanita itu.
"Ah, aku pasti sudah gila" Guman Kai pelan. Mengakhiri fantasi liarnya soal Natasya.
Namun satu hal yang pasti. Kai ingin selalu melihat gadis itu tersenyum. Terlihat sangat cantik. Membuat jantungnya berdebar tidak karuan. Jatuh cintakah ia pada gadis yang bernama Natasya itu.
***
Up lagi readers,
Thank'a sudah mampir,
Happy reading everyone,
Love you all, 😘😘😘😘
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments