Begitu Kai masuk ke studio 3, dia bisa melihat Natasya yang tengah disandera oleh fans Mandy. Mengikut hati, Kai bisa saja langsung menghajar pria gila itu. Dia menguasai beberapa ilmu beladiri. Taekwondo, judo, karate,krav manga. Dia pernah belajar semua itu.
Tapi mengingat pria gila itu membawa bom, diurungkanlah niatnya itu.
"Siapa kau?" Tanya pria itu.
"Aku GM disini. Apa yang kau inginkan?" Tanya Kai. Sedang dilihatnya kecemasan sudah nampak diwajah Natasya.
"Panggil Mandy kemari. Aku ingin bertemu dia" Pinta pria itu.
"Bukankah kamu fans berat Mandy? Jadi tentu kamu tahu schedule-nya hari ini kan?" Jawab Kai.
"Ah iya. Aku lupa dia ada shooting Paragon Corp" Ucap pria itu seperti bicara pada diri sendiri.
"Fix, orang ini punya gangguan mental" Batin Kai.
"Jadi karena dia tidak ada di sini. Bisa kau lepaskan dia?" Tanya Kai melirik ke arah Natasya. Beberapa kru yang masih berada disitu, hanya melihat bagaimana GM mereka yang baru berusaha membujuk pria gila itu.
"Aahh tidak bisa. Dia akan disini terus bersamaku sampai Mandy datang. Lihat aku sudah membawa hadiah kejutan untuknya. Dia pasti suka dengan hadiah yang aku bawa" Ujar pria itu sambil menunjukkan rangkaian bom yang menempel ditubuhnya.
Hal itu membuat mata Natasya membulat seketika.
"Itu akan berbahaya jika meledak" Batin Natasya.
Ada sekitar 7 orang di ruangan itu termasuk Kai dan dirinya.
"Bukankah kamu tahu jika schedule Mandy penuh sampai malam. Jadi tidak ada gunanya kamu menunggu di sini" Ucap Kai.
"Dia pasti akan datang. Kami sudah berjanji akan bertemu di sini. Jadi dia pasti datang" Jawab pria itu.
"Kalau dia tidak datang. Akan aku ledakkan tempat ini. Pasti dia akan datang" Pria itu berucap lagi.
"Pak, kita tidak bisa menunggu lagi. Bom itu sudah dihidupkan waktunya" Info seorang kru dari belakang Kai.
Kai sejenak melihat ke tubuh pria itu. Dan benar saja. Waktu tersisa 5 menit. Sebelum bom itu meledak.
"Apakah kita bisa bicara diluar? Disini panas tidak nyaman bukan" Bujuk Kai sambil berjalan mendekat ke arah pria itu.
Membuat Natasya menggelengkan kepalanya. Berusaha mencegah Kai untuk mendekat. Namun Kai memberi kode agar dia tenang saja.
"Tidak mau. Disini nyaman. Dingin dan tidak panas. Hey kenapa kamu mendekat ke sini. Tetaplah disana" Ucap pria itu.
Namun Kai yang melihat waktu tinggal 2 menit. Tidak bisa mundur lagi.
"Pergi! Pergi! Jangan mendekat atau aku akan melukai wanita ini" Dan sebilah pisau belati langsung menempel di leher jenjang Natasya. Membuat gadis itu memejamkan mata. Menahan ketakutan yang melanda.
Namun Kai dengan cepat melesatkan tendangan ke arah kaki pria itu. Membuatnya terhuyung kebelakang bersama dengan Natasya yang juga ikut terhuyung ke belakang.
"Kurang ajar!" Teriak pria itu. Dan dalam hitungan detik bom itu sudah berpindah ke tubuh Natasya. Membuat semua orang yang ada ditempat itu panik seketika.
"Ha, ha, ha kita akan meledak bersama..." Teriak pria itu kembali. Yang sejurus kemudian pria itu tidak sadarkan diri. Karena Kai langsung memukul tengkuk pria itu.
"Keluar dari sini, sekarang!" Teriak Kai. Membuat semua orang berhamburan keluar dari studio 3.
"Tinggalkan saja aku!" Ucap Natasya. Saat Kai malah mencoba melepaskan ikatan bom itu dari tubuhnya.
"Diamlah sebentar" Pinta Kai.
Sementara semua orang menunggu dengan cemas di luar studio 3. Mengamati dari layar monitor CCTV milik karyawan IT.
"Ya Tuhan, selamatkan mereka" Guman beberapa karyawan. Bahkan Leo terlihat panik bukan main.
"Tinggalkan aku! Tinggalkan aku! Waktunya tidak akan cukup!" Pinta Natasya. Airmata sudah mengalir di pipinya.
"Aku tidak akan pernah meninggalkanmu!" Sebaris kalimat yang diucapkan Kai membuat Natasya tertegun.
"Jangan khawatir, aku tidak akan pernah meninggalkanmu"
"Alan" Bisik Natasya.
"Got it!" Ucap Kai. Begitu berhasil membuka ikatan bom itu dari tubuh Natasya.
Lantas melempar bom itu sejauh mungkin dari mereka. Lantas berbalik arah dan membawa tubuh Natasya ke dalam pelukannya. Detik berikutnya bom itu meledak dengan suara yang cukup memekakkan telinga.
"Duuuaaaaarrrr" Dan asap langsung menguar di ruang studio itu.
Bersamaan dengan tubuh Natasya dan Kai yang terjatuh di lantai studio. Dan teriakan orang-orang yang menyaksikan kejadian itu dari luar pintu studio.
"Aahhhh" Ringis keduanya.
Sesaat hening seketika. Hingga asap mulai memudar. Dan terdengar pintu dibuka. Beberapa petugas keamanan dan polisi masuk dan langsung mengamankan TKP.
Leo yang ikut masuk langsung menghampiri atasannya yang masih terbaring di lantai dengan Natasya berada di bawahnya.
"Tuan, Anda tidak apa-apa?" Mendengar suara Leo. Perlahan Kai bangkit. Sesaat dia terdiam. Detik berikutnya dia langsung meraih tubuh Natasya. Gadis itu tampak shock.
"Hei, hei kamu tidak apa-apa?" Tanya Kai kepada Natasya yang tampak diam tak bergeming. Terduduk di lantai studio 3. Yang sebagian masih di penuhi asap.
"Bu, Bu, Bu Natasya Anda tidak apa-apa" Kali ini Leo yang bertanya.
Melihat tuannya yang terlihat baik-baik saja. Membuat Leo lega. Namun melihat Natasya yang sejak tadi hanya diam tidak bergeming. Membuat kedua pria sedikit panik. Hingga Lisa menyeruak diantara kedua pria itu.
"Bu, Ibu, Anda tidak apa-apa?" Tanya Lisa panik.
Baru ketika mendengar suara Lisa, Natasya langsung menoleh ke arah sumber suara.
"Aku..aku...tidak apa-apa" Jawabnya pelan. Membuat semua orang yang berada disitu merasa lega.
Natasya mencoba berdiri. Dan dengan sigap Kai membantunya.
"Terima kasih" Ucapnya pelan. Sejenak kedua mata mereka saling bersirobok.
Namun dengan cepat Natasya mengalihkan pandangannya ke orang-orang yang yang tengah membereskan kekacauan di tempat itu. Berbeda dengan Kai yang terus memandang wajah Natasya tanpa henti.
"Alan? Sepertinya aku mendengar dia membisikkan nama Alan. Alan, Alan yang mana? Mungkinkah Alan yang itu" Batin Kai.
"Aarrgghh ssshhh" terdengar ringisan lirih dari bibir tipis Natasya.
Membuat Kai dan yang lainnya panik. Apalagi ketika Natasya mencoba berjalan dia merasakan pusing di kepalanya. Tubuh Natasya beberapa kali terhuyung ke belakang. Namun Kai dengan sigap selalu menahan tubuh Natasya agar tidak ambruk.
"Anda tidak apa-apa. Apa Anda terluka?" Tanya Kai cemas.
Natasya menggelengkan kepalanya.
"Bu, leher dan dahi Anda terluka" ucap Lisa tiba-tiba. Semua orang lantas melihat ke arah leher Natasya dan dahinya. Darah tampak mengalir di sana.
Beberapa saat kemudian,
Kai nampak sedang memberikan keterangan kepada polisi yang datang menyelidiki. Sedang pria gila itu sudah dibawa pergi ke kantor polisi.
Sedang Natasya sudah kembali ke ruangannya. Mencari tempat yang nyaman untuk beristirahat.
"Pelan-pelan Lisa" Ucap Natasya ketika Lisa tengah membersihkan luka di leher Natasya. Sambil memejamkan mata dan menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa di ruang kerjanya. Natasya sudah melepas blazer hitamnya. Menyisakan blus berwarna navi di tubuhnya.
"Biarkan aku yang melakukannya" Pinta Kai pada Lisa yang langsung terkejut mendapati GM mereka sudah berada di belakangnya.
"Eh, Pak GM tapi..tapi.." Ucap Lisa ragu. Pun dengan Natasya yang langsung membuka matanya. Mendapati Kai telah berdiri dihadapannya. Menatapnya tak berkedip.
"Buatkan saja kami teh" Perintah Kai tanpa ingin dibantah. Lisa pun tidak bisa menolak. Langsung berlalu menuju pantry. Membuatkan apa yang GM barunya inginkan.
"Aku bisa melakukannya sendiri" Ucap Natasya kemudian meraih kapas dan alkohol. Berusaha membersihkan lehernya.
"Biar aku saja. Bersandarlah" Ucap Kai sambil merebut kapas dan alkohol dari tangan Natasya. Sesaat keduanya saling bertatapan. Lantas dengan perlahan Kai memajukan tubuhnya, membuat Natasya reflek memundurkan tubuhnya.
"Good girl" Ucap Kai sambil mulai membasahi kapas dengan alkohol.
"Kamu mengerjaiku" Maki Natasya. Namun detik berikutnya dia kembali meringis. "Aaagghhhh" ringisnya ketika pusing kembali melandanya.
"Maka dari itu diamlah" Ucap Kai mulai membersihkan leher jenjang Natasya. Yang membuat Kai harus menelan salivanya berkali-kali. Leher jenjang itu tampak begitu menggoda.
Pisau menggores leher Natasya cukup dalam.
"Tidak ingin pergi ke rumah sakit?" Tanya Kai sambil melihat ekspresi menahan sakit di wajah Natasya.
"Tidak mau" Jawab gadis itu singkat.
Tiba-tiba ponsel Natasya berbunyi.
"Ya halo, Mandy"
"..."
"Ah itu. Hanya luka kecil. Kakak tidak apa-apa" Jawab Natasya.
Sedang Kai masih membersihkan luka di leher Natasya. Tanpa mereka sadari sepasang mata memandang mereka dengan mata memerah menahan amarah dan cemburu yang bergejolak di dalam dadanya.
"Ah tidak perlu. Kakak tidak apa-apa. Tidak perlu meminta maaf" Ucap Natasya lagi.
"...."
"Tidak usah. Teruskan saja pekerjaanmu. Jaga dirimu. Bye" Pamit Natasya mengakhiri panggilan teleponnya. Bersamaan dengan Kai yang selesai menempelken plester di lehernya.
"Kemarikan dahimu" Pinta Kai. Dan perlahan Natasya memajukan tubuhnya. Membuat jarak keduanya semakin dekat. Perlahan Kai menyingkirkan anak rambut di dahi Natasya.
"Bicaralah jika terasa sakit" Ucap Kai sambil mulai membersihkan luka di dahi Natasya. Aroma mint segar langsung menyeruak memenuhi hidung mancung Natasya. Sejenak fokusnya terpaku pada bibir Kai yang begitu dekat dengan wajahnya.
"Seksinya" Batin Natasya.
Namun detik berikutnya ia langsung geleng-geleng kepala.
"Aah, ahhh pelan-pelan" Rengek Natasya. Membuat Kai mengulum senyum.
"Makanya jangan bergerak terus" Ucap Kai.
Dan pemandangan itu semakin membuat sepasang mata yang sejak tadi mengamati mereka berdua bertambah marah. Dia dengan cepat berlalu dari tempat itu. Dengan cemburu yang meluap-luap di dadanya.
"Masih sakitkah?" Tanya Kai.
"Pusing" jawab Natasya.
"Istirahatlah dulu" Ucap Kai yang telah selesai menempel plester di dahi Natasya. Lantas merapikan rambut Natasya. Membuat poni lempar Natasya sedikit menutupi plester Natasya.
Sentuhan jemari Kai di dahinya menimbulkan kembali desiran aneh di dada Natasya. Ia yang belum pernah disentuh pria manapun, tentunya sangat penasaran dengan apa yang tengah dia rasakan. Ditambah dengan dadanya yang tiba-tiba berdebar kencang.
"Ada apa dengan diriku" Tanyanya pada dirinya sendiri.
"Selesai" Ucap Kai. Sambil menegakkan posisi duduknya.
Bersamaan dengan Lisa yang datang bersama teh mereka. Yang langsung di minum oleh keduanya.
"Lisa bisa kamu menghandle semuanya. Aku ingin pulang. Pusing" Ucap Natasya yang membuat Kai terkejut.
"Tidak masalah Bu" Jawab Lisa.
"Kamu ingin pulang? Akan aku antar" Tanya Kai.
"Tidak usah. Seseorang akan menjemputku" Jawab Natasya.
"Seseorang? Suaminyakah?" Batin Kai.
Kai ingin bertanya, ketika ponselnya berbunyi.
"Ya, Leo" Ucap Kai.
"..."
"Benarkah? Aku akan naik dalam 10 menit" Ucapnya lagi.
"Dewan direksi ingin tahu kejadiannya" Kai berucap singkat.
"Apa aku perlu ikut?" Tanya Natasya.
"Tidak perlu. Pulang dan istirahatlah jika kamu merasa pusing. Tapi maaf aku tidak bisa mengantarmu" Ujar Kai.
"Ah tidak apa-apa. Evan akan menjemputku" Jawab Natasya membuat Kai mengerutkan dahinya.
"Evan? Jadi suaminya namanya Evan" Batin Kai.
Kai baru saja akan masuk ke dalam lift. Ketika dia melihat dari jendela kaca di samping lift. Seorang pria tengah membukakan pintu mobil untuk Natasya. Sedang seorang wanita tampak membantu Natasya masuk ke dalam mobil.
Diiringi lambaian tangan Lisa. Sekilas Kai melihat wajah pria itu meski tidak terlalu jelas. Pria itu nampak memakai setelan resmi dengan jas berwarna hitam dan kemeja berwarna biru.
"Itukah suami Natasya" Batin Kai sambil masuk ke dalam lift.
Rasa penasaran jelas berkecamuk di dada Kai. Jika benar Natasya sudah menikah alamat dia sudah tertarik dengan istri orang. Tapi siapa juga yang tidak akan tertarik dengan wanita semenarik Natasya.
Pikir Kai sambil memijat pelan pelipisnya. Ditambah wangi lembut vanila milik Natasya yang masih terasa begitu nyata di indera penciumannya.
"Aku pasti sudah gila menyukai istri orang" Batin Kai.
*
Hai, up lagi.
Thank you buat yang sudah mampir. Jangan lupa like, vote, gift dan komemnya,
Happy reading, salam sayang dari author, muah 😘😘😘😘
**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments