Pagi ini Lancelot tidak pergi ke kantor karena semalaman menemani Hanifah menjaga putrinya, setelah dari kamar Putrinya kembali melanjutkan tidurnya di kamarnya sendiri, sebelum masuk kamar Lancelot sudah berpesan pada Joyce agar jangan ada yang ganggu karena Lancelot mau tidur sampai jam dua belas siang, Lancelot juga sudah bilang ke sekretaris dan asisten pribadinya akan datang di kantor setelah jam makan siang.
Selesai menyusui nona kecilnya Hanifah menyerahkan pada suster dan dia segera menyantap sarapan paginya, menu setiap hari yang hampir sama seperti pagi ini, sup ikan salmon, serta oseng buncis dan daging serta nasi, serta sebutir telor rebus yang menjadi menu utamanya.
"Selamat pagi, nyonya." Hanifah menyapa nyonya Bisseling yang menghampirinya sarapan di meja makan.
"Pagi, Han, bagaimana cucuku?" tanya nyonya Bisseling.
"Sekarang lagi bermain dengan suster, nyonya, dan sudah tidak demam, tidakrewel lagi," jawab Hanifah "Sarapan nyonya." Hanifah menawari nyonya Bisseling untuk sarapan.
"Ya, aku juga mau sarapan," nyonya Bisseling ikut duduk dan menikmati menu sarapannya menunya juga tidak jauh beda dengan Hanifah, menu sehat sesuai kebutuhan tubuh, nyonya Bisseling sarapan menggunakan oatmeal sebagai menu wajib dipagi hari.
Mereka berdua menikmati sarapan paginya tanpa suara, pagi ini selera makan Hanifah bertambah, Hanifah memiliki kebiasaan yang unik jika malam begadang maka pagi harinya Hanifah memiliki selera makan yang bagus, seluruh menu yang disediakan oleh Klear habis tidak tersisa, dan jangan ditanya semenjak menyusui nona kecilnya berat badan Hanifah melonjak kalau sebelumnya hanya empat puluh tiga kilo gram, hanya dalam satu bulan berat badan Hanifah menjadi empat puluh delapan lebih hampir lima puluh kilo gram, beruntung tinggi Hanifah seratus lima puluh lima centi meter sehingga hanya terlihat lebih segar dan berisi.
"Semalam apa putraku ikut membantumu menjaga cucuku?" tanya nyonya Bisseling usai sarapan.
"Iya nyonya semalaman tuan tidak tidur." jawab Hanifah.
"Sekarang dimana putraku ?" tanya nyonya Bisseling.
"Saya tidak tahu nyonya." jawab Hanifah.
"Tuan sedang tidur nyonya, kata tuan dia tidak mau diganggu, Tuan mau istirahat sampai jam dua belas siang." tiba-tiba Joyce yang berdiri di dekat meja makan menyahut.
"Baiklah, kamu kelihatan capek, kamu istirahat saja Han, biar aku dan suster yang jaga cucuku." perintah nyonya Bisseling.
"Terima kasih nyonya, nanti siang saja, sekarang baru selesai sarapan tidak baik buat kesehatan jika langsung dibawa tidur." ucap Hanifah.
"Han, minimal kamu istirahat dan Jangan lupa minum vitaminnya." nyonya Bisseling mengingatkan Hanifah.
"Baik, Nyonya." sahut Hanifah santai.
Kedua wanita itu selasai sarapan meninggalkan ruang makan Hanifah menuju kamarnya sendiri sedang nyonya Bisseling masuk kamar cucunya, sebenarnya Hanifah Berencana membawa nona kecilnya untuk menghirup udara segar, namun di larang oleh nyonya Bisseling, nyonya Bisseling tetap memaksa Hanifah untuk istirahat, Hanifah malas berdebat dia masuk kamarnya untuk istirahat walau faktanya Hanifah tetap tidak bisa tidur. Karena Hanifah tidak bisa tidur hanifah melakukan video call dengan keluarganya, apalagi sekarang saatnya pesiapan acara empat puluh hari kirim doa untuk anaknya Hanifah yang meninggal beberapa waktu lalu di kampung.
Dari layar monitor terlihat tetangga dan kerabat datang membantu orang tua Hanifah memasak untuk acara kirim doa dalam jumlah besar. Dua ekor kambing jantan besar-besar telah disembelih oleh keluarga Hanifah untuk menjamu para jamaah, dan di bagikan tetangga satu RT.
"Han, ibu boleh tanya?" ibunya Hanifah bertanya penuh keragu-raguan.
"Inggih, Mak ." jawab Hanifah dengan menahan sesak di dada teringat akan Putra sewayangnya.
"Kamu kan masih potongan, kerja juga baru satu bulan, kok kamu bisa kirim uang sebanyak ini, kamu dapat uang dari mana?" ibunya Hanifah bertanya sangat hati-hati dan pelan.
"Dari majikanku Mak, kapan-kapan aku cerita ke Mak, sekarang aku belum sanggup untuk cerita, tapi Mak jangan khawatir itu gaji Han, majikan Han orang kaya raya Mak, dan mereka baik sekali, sekarang saja majikanku menyuruhku untuk istirahat sebab kemarin bayi yang aku jada rewel habis imunisasi jadi semalaman aku tidak bisa tidur Mak." cerita Hanifah.
"Kan ada ibunya to Han, kok kamu semalaman gak tidur?" tanya ibunya Hanifah.
"Entahlah Mak, aku sendiri gak paham, anak itu tidak ada ibunya, sejak pertama kali datang dia sudah di bawah asuhanku Mak, seperti yang pernah aku ceritakan pada Mak, tempo hari." jelas Hanifah pada ibunya di kampung.
"Yang penting kamu hati-hati, jangan memikirkan yang aneh-aneh, jangan lupa banyak-banyak istiqfar Han." nasehat ibunya Hanifah di balik telepon, ibunya Hanifah juga sudah tidak bisa menahan airmatanya karena sedih teringat cucu yang selama di ini rawatnya namun telah pergi untuk selama-lamanya.
"Inshaallah, mak, doakan Han ya Mak, habis kontrak Han akan pulang, jika memungkinkan setelah satu tahun Han mau ambil cuti untuk pulang, Han kepingin ke makam."
Setelah ngobrol selama setengah jam Hanifah memutuskan sambungan video callnya dengan ibunya. Hanifah segera merebahkan tubuhnya di kasur, namun Hanifah tetap tidak bisa tidur sebab kepedihannya teringat akan almarhum Putra balitanya. Sesedih-sedihnya Hanifah kehilangan Putra tunggalnya Hanifah nasih bisa berfikir akan keadaan nona kecilnya, Hanifah ingat jika dia terlalu stress bisa mempengaruhi produksi ASInya.
Dari luar Hanifah dapat mendengar sayup-sayup suara tangis nona kecilnya, Hanifah segera bangkit dia tidak jadi memejamkan matanya, Hanifah segera mencari sumber suara ternyata nyonya Bisseling dan susternya mengajak nona kecil menghirup udara segar di taman yang ada di belakang rumah Lancelot. Hanifah dengan perasaan gusar dia langsung melangkahkan kakinya menuju taman belakang. Hanifah ingat akan nasehat ibunya jika hati orang tua si bayi dalam keadaan kacau maka sang bayi ikut merasakan. Walau Hanifah bukan orang tua kandung nona mudanya namun Hanifah memiliki kedudukan sebagai ibu susunya.
"Nyonya, kenapa nona menangis?" Hanifah sudah berada di dekat nyonya Bisseling yang sedang menggendong cucunya.
"Gak tahu Han, dari tadi dia rewel terus padahal sudah tidak demam dan belum waktunya minum susu, diapersnya juga bersih, dari segi kesehatan suster mengatakan jika cucuku dalam keadaan sehat." jelas nyonya Bisseling panjang lebar.
"Sayang, ayo gendong kakak, ya, jangan nangis kakak ada di sini sayang, ulu ulu sayang, pinter sekali, anak siapa ini sayang cantik sekali ," celoteh Hanifah sambil mengambil alih nona kecilnya dari gendongan nyonya Bisseling. Nyonya Bisseling segera menyerahkannya pada Hanifah hanya dalam waktu sekejap nona kecil sudah kembali tenang.
Lancelot dari kejauhan melihat pemandangan yang sudah tidak asing baginya, Lancelot dapat menangkap ketulusan hati Hanifah dalam menyayangi putrinya, dari awal putrinya tinggal di rumahnya, putrinya sudah selalu minta perhatian dan kasih sayang dari Hanifah. Bukan hanya Lancelot nyonya Bisseling juga menangkap kerulusan hati Hanifah pada cucunya.
"Begitu pentingkah seorang ibu buat seorang anak." gumam Lancelot dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 210 Episodes
Comments
Nova Sari Chaniago
tumben baca novel ne jd boring,,,,
2022-01-06
1
Ulma Yani Sari
yaeyalah lanc,, lu aja butuh mak lu
2022-01-06
3
Teh Ai..
wes rabi na thorr.. 😄
2022-01-05
1