Lancelot dan nyonya Bisseling mengajak Hanifah untuk masuk di dalam ruang kerja Lancelot, di ruang kerja nyonya Bisseling dan Lancelot menjelaskan tentang gajinya, Lancelot menggaji Hanifah jauh lebih besar dari gaji yang tertera di dalam kontrak kerja, bahkan gajinya lebih besar dari pada Joyce.
"Han, apa perlu kamu mengirim uang untuk keluargamu?" tanya nyonya Bisseling.
"Iya nyonya," jawab Hanifah jujur, sebenarnya Hanifah juga pingin liburan seperti teman-teman lainnya namun Hanifah urungkan karena ada nyawa yang harus di jaga.
"Biar, nanti di transfer oleh Dandruff, berikan rekening keluargamu." pinta Lancelot.
"Selain transfer uang ke rekening keluarga saya, saya juga pingin transfer ke rekening saya sendiri Tuan."
"Serahkan senua pada Dandruff," ucap Lancelot lagi.
"Terima kasih tuan,"
Hanifah langsung memberikan beberapa nomor rekening, satu nomor rekening orang tuanya, nomor rekening dirinya sendiri, dan nomor rekening panti asuhan. Lancelot menerima dengan sedikit mengernyitkan dahinya pasalnya ada empat nomor rekening yang di sodorkan oleh Hanifah dengan jumlah uang yang berbeda.
Hanifah tidak pernah menyangka jika dia bakal mendapat gaji sepuluh kali lipat dari gaji yang tertera di dalam kontrak. Saking kagetnya dengan jumlah yang dia dapat Hanifah sampai bingung mau di apakan uangnya itu, Hanifah mengirim seluruh gaji pokoknya seperti yang ada di kontrak pada orang tuanya.
Di saat menerima gaji yang begitu besar Hanifah hanya bisa menitikan air mata Hanifah teringat akan anaknya yang meninggal beberapa hari yang lalu, ankanyq meninggal karena tidak ada biaya untuk pengobatan, dan sekarang di saat anaknya sudah meninggal dia malah mendapat uang yang ber lebih bahkan sangat cukup untuk biaya pengobatan anaknya.
"Kenapa Han?" tanya nyonya Bisseling.
"Seandainya, dulu saya memiliki banyak uang seperti sekarang mungkin anka saya masih bisa terselamatkan." ungkap Hanifah di balik isak tangisnya.
"Han, takdir." hanya itu yang keluar dari mulut nyonya Bisseling.
"Maaf Tuan, maaf Nyonya."
"Kamu boleh cerita pada kami," bujuk nyonya Bisseling.
"Iya Han, ceritalah." pinta Lancelot.
"Sejak kapan anakmu sakit?" nyonya Bisseling memulai pertanyaannya.
"Anak saya sakit sejak lahir nyonya, dan sejak lahir anak saya juga sudah di tinggal oleh almarhum suami, dan perekomian keluarga saya juga tidak bagus, tadinya saya ngajar di salah satu sekolahan menengah swasta namun sejak anak saya lahir dan mengalami down syndrome saya keluar dari sekolah, sehari-hari saya buka les privat di rumah, namun semakin hari kebutuhan semakin menibgkat, dan biaya pengobatan anak saya juga semakin mahal, tadinya dengan saya merantau ke luar negeri bisa mengumpulkan uang dan bisa mebiayai pengobatan anak saya namun ternyata Tuhan berkehendak lain, belum sampai saya mendapatkan uang yang banyak anak saya sudah pergi untuk selama-lamanya." Hanifah mengakhiri ceritanya dengan isak tangis yang sudah tidak bisa di bendungnya.
Nyonya Bisseling mendengar cerita dari Hanifah ikut menitikan airmata, Lancelot yang tadinya tidak begitu tertarik dengan cerita dari Hanifah ikut merasa terharu.
"Maaf." sekali lagi Hanifah mengucapkan maaf.
"Tidak ada yang perlu di maafkan, Han, semua orang memiliki jalan hidup masing-masing, sekarang istirahatlah."
Hanifah pamit dan meninggalkan ruangan Lancelot. Nyonya Bisseling dan Lancelot tidak pernah menyangka jika Hanifah memiliki kusah yang sangat tragis dan menyayat hati.
"Lanc, apa kamu tahu sebelumya?" tanya nyonya Bisseling pada Lancelot.
"Tentu aku tidak tahu jika anaknya sakit, yang aku tahu dari datanya dia orang tua tunggal yang di tinggal meninggal oleh suaminya." jawab Lancelot apa adanya.
"Apa kamu benar-benar tidak mau menikah Lanc?"
"Ma, aku sudah bahagia dengan hidupku sekarang, menikah atau tidak, tidak masalah dalam hidupku, aku sudah memiliki seorang Putri." jawab Lancelot enteng.
"Apa kamu masih sakit hati pada mantanmu?"
"Ma, Lanc benar-benar sudah nyaman dengan hidup Lanc, seperti ini, Lanc tidak ingin menjalin cinta dengan wanita manapun, sebab Lanc tidak ingin membuat orang lain terluka." tegas Lancelot.
"Lanc, jangan kamu siksa dirimu sendiri seperti ini, mama hanya mengingatkan, namun semua keputusan ada ditanganmu."
"Mama, tahu sendiri kebanyakan wanita yang mendekatiku hanya karena ingin hidup nyaman, Bukan berarti Lanc pelit terhadap pasangan, Lanc tidak suka wanita yang bisanya hanya foya-foya, wanita yang tidak bisa menyayangi keluarga, dan selama ini Lanc belum pernah menemukan orang yang sesuai dengan hati Lanc, jadi sudahlah Ma tidak usah dibahas untuk saat ini Lanc hanya ingin fokus pada putriku dan memajukan perusahaan kita." pungkas Lancelot dengan senyum yang sumringah.
"Ya, sudah nanti jadi ada biksu yang datang ke rumah ini?" tanya nyonya Bisseling.
"Jadi Ma, siang jam dua sang biksu datang."
"Apa semua sudah kamu kasih tahu?"
"Sudah Ma."
"Baiklah."
Tepat jam dua siang seperti yang Lancelot katakan seorang biksu dan dua muridya datang, upacara sembahyangan langsung di mulai dengan di pimpin oleh biksu tua, selesai sembahyangan biksu tua menempelkan beberapa kertas di beberapa titik ruangan yang ada di rumah Lancelot dan tidak lupa biksu menaruh sejenis biji-bijian berwana kuning di dalam mangkuk yang di tutup oleh kain warna kuning di taruh di dekat tempat tidur nona kecil, upacara sembahyangan berlangsung selama satu jam, selesai upacara sembahyangan biksu dan dua muridnya pulang. Hanifah yang tidak paham tentang apa yang terjadi hanya diam, dan Hanifah juga merasa bingung dengan biji-bijian kuning itu.
"Kak, Joyce, ini buat apa kok Di taruh di sini apa di suruh buat bubur." tanya Hanifah dengan wajah bloonnya.
"Jangan kamu pindah Han, itu untuk menangkal setan." jelas Joyce.
Mendengar penjelasan dari Joyce Hanifah hanya manggut-manggut saja.
"Han, ini taruh di bawah bantal cucuku ya, jangan di pindah." ucap nyonya Bisseling sambil menaruh bungkusan kecil warna merah di bawah bantal nona kecil.
Hanifah hanya menjawab ya, Hanifah masih belum paham maksud dan tujuannya di pasang banyak jumat di dalam rumah Lancelot.
"Kak Joyce, sebenarnya ada apa kok banyak sekali dipasang jimat di rumah ini?" tanya Hanifah penasaran setelah nyonya Bisseling pergi dari kamar nona kecil.
"Saat ini selama satu bulan ada perayaan hari setan, dan sekarang banyak setan gentayangan sedang mencari mangsa, dan yang jadi targed utama itu bayi yang baru lahir atau balita." jelas Joyce.
"Oh begitu, pantas." jawab Hanifah.
"Biasanya bulan-bulan seperti ini banyak yang datang ke makam keluarga untuk berdoa di sana." Joyce menjelaskan lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 210 Episodes
Comments
Chia Rachman
adat istiadat Tionghoa....
2022-01-05
2
Teh Ai..
aya aya wae akh othor mah, lanjut thor
2022-01-05
1