Nilam sudah tertidur pulas dan lebih tenang. Tomi menutupi sebagian tubuh Nilam dengan selimut, dan mengusap rambut kepalanya dengan lembut.
Sungguh hati Tomi sebetulnya sangat mencintai dan menyayangi istrinya, namun melihat ia terus bicara aneh-aneh membuat Tomi merasa begitu stres.
Tomi kemudian dengan langkah pelahan keluar dari kamar meninggalkan Nilam istirahat.
Ia menuju kamar Ibunya, untuk melihat kondisinya yang tadi juga pasti terguncang dibentak Nilam.
Ibunya Tomi terlihat duduk selonjor di atas tempat tidur, kakinya dipijat Bik Surti.
Tok tok tok... Tomi mengetuk pintu kamar sang Ibu yang sebetulnya telah terbuka.
Namun untuk sopan santun Tomi tetap mengetuk pintu tersebut.
Ibunya Tomi dan Bik Surti terlihat menoleh, melihat ke arah Tomi yang berjalan menghampiri tempat tidur Ibunya.
"Bu."
Tomi terlihat tak enak hati atas apa yang baru saja terjadi.
"Istrimu bagaimana? Sudah baikan?"
Tanya Ibunya Tomi.
Tomi mengangguk pelan.
Laki-laki muda itu kemudian duduk di tepi tempat tidur, ia terlihat gusar.
Bik Surti yang merasa Ibu dan anak itu hendak bicara serius, maka memilih untuk permisi, namun...
"Tetap di sini saja Bik."
Pinta Tomi.
Bik Surti yang sudah berdiri terlihat memandang ke arah Ibunya Tomi.
Tampak Ibunya Tomi mengangguk tanda ia setuju dengan permintaan anaknya.
Bik Surti pun akhirnya menurut.
Ia tetap berdiri di sana, menunggu Tuannya akan mengatakan apa padanya.
"Bu, sebelumnya Tomi ingin mewakili Nilam meminta maaf, Ibu pasti tahu sebetulnya Nilam sangat menghormati Ibu bukan? Kami sudah lama pacaran dan Ibu tahu betul bagaimana sifatnya selama ini."
Kata Tomi.
Ibunya Tomi terlihat menghela nafas, lalu...
"Ya Ibu sudah memaafkan sebelum kamu memintakan maaf, Ibu hanya menyayangkan Istrimu begitu menuruti perasaannya."
Kata Ibu.
Tomi mengangguk.
Tomi kemudian menoleh pada Bik Surti.
"Bik."
Panggil Tomi.
Bik Surti mengangguk.
"Ya Tuan."
"Hari ini saya juga mendapat kiriman bunga sedap malam di kantor, Pak Dadang bilang itu dari Nilam, tapi Nilam tidak mungkin melakukannya, dia tidak tahu rute ke kantor, dan dia seharian ada di rumah bukan?"
"Pagi tadi Ibu dan Bik Surti ke pasar, mungkin dia pergi sebentar ke kantormu."
Ujar Ibunya Tomi menyela.
Tomi segera menggeleng.
"Tidak Bu, Nilam tidak tahu kota ini, kita baru saja sampai kemarin."
"Dia bisa tanya pada orang Tomi, dia bahkan sudah akrab dengan pemilik warung depan."
Ujar Ibunya Tomi lagi.
"Tapi pagi tadi Pak Dadang bertemu perempuan seperti Nilam di depan rumah, saat Tomi dan Ibu sarapan dengan Nilam. Pak Dadang bertemu perempuan itu di teras, perempuan yang membawa bunga sedap malam."
Ibunya Tomi tampak terkesiap.
"Jangan bercanda Tom."
Kata Ibunya Tomi.
Tiba-tiba bulu kuduknya merinding.
Bik Surti menghela nafas.
"Mungkin itu Lestari."
Kata Bik Surti akhirnya tak tahan lagi menyimpan sosok Lestari sebagai rahasia di rumah itu.
Mendengar nama Lestari, tentu saja Tomi terkejut luar biasa.
"Bik Surti... Siapa Bik?"
Tomi meminta Bik Surti mengulang menyebut nama Lestari.
"Lestari Tuan."
Tubuh Tomi seketika gemetar.
Ingatannya tentang mimpinya semalam, dan juga perempuan yang ia lihat di depan kantornya.
Tomi menatap Bik Surti.
"Siapa dia Bik? Siapa dia..."
Tomi nyaris berteriak, Ibunya Tomi jadi terpaksa bangun dari posisinya untuk menenangkan sang putra.
"Tomi, kau kenapa? Tenanglah."
Kata Ibunya Tomi.
Tomi menatap Ibunya...
"Bagaimana Tomi bisa tenang Bu, Lestari, aku bermimpi seorang perempuan berwajah Indo-Belanda bernama Lestari, pagi tadi aku tiba-tiba melihatnya di seberang kantor, lalu bunga sedap malam itu..."
Tomi mengalihkan pandangan matanya lagi pada Bik Surti.
"Jelaskan padaku Bik, jelaskan!!"
Tomi sungguh mulai kesal.
Bik Surti mengangguk.
"Maaf sebelumnya Tuan, bukan saya tidak mau memberitahu saat Tuan dan Nyonya baru sampai, saya hanya khawatir dikira menakut-nakuti."
Ibunya Tomi menatap nanar Bik Surti.
"Apa sebetulnya Bik?"
Tanya Ibunya Tomi yang jadi ikut penasaran setelah mendengar cerita anaknya.
Bik Surti menundukkan kepalanya, lalu...
"Lestari dulunya sempat tinggal di rumah ini Tuan. Dia tinggal bersama kekasihnya."
Bik Surti mengawali kisahnya.
"Jauh sebelum saya lahir, sekitar tiga puluh tahun sebelum saya lahir."
Ujar Bik Surti.
"Lama sekali."
Gumam Ibunya Tomi.
Bik Surti mengangguk.
"Apa yang terjadi? Kenapa ia mendatangiku?"
Tanya Tomi.
"Dulu, saat rumah masih dipelihara Orangtua saya, pernah Lestari diusir dari sini, tapi entah kenapa dia kembali lagi sekarang."
Ujar Bik Surti.
"Saya tidak tahu sejarah pastinya, simpang siur cerita dari mulut ke mulut warga sekitar membuat kisah Lestari menjadi tidak jelas, tapi jika menurut cerita orangtua saya, Lestari dulunya akan menikah dengan Tuan Ageng Parta Prawira, pemilik pertama rumah ini saat ditinggalkan Belanda, tapi Lestari justeru menjalin kasih dengan anak laki-laki Tuan Ageng sendiri."
"Selingkuh?"
Tanya Ibunya Tomi.
Bik Surti menggeleng.
"Tidak Bu, kata Bapak saya, Lestari dari awal tidak tahu dia akan dipinang Tuan Ageng. Jadi dia bukan selingkuh."
Ibunya Tomi mantuk-mantuk.
"Lalu dia mati dibunuh Tuan Ageng?"
Tanya Tomi.
"Kematian Lestari sampai sekarang masih menjadi misteri. Ada yang mengatakan ia bunuh diri, ada yang mengatakan ia dibunuh pasukan Jepang, ada yang mengatakan ia dibunuh suruhan Tuan Ageng."
"Anak Tuan Ageng bagaimana? Apa dia juga terbunuh?"
Bik Surti menggeleng.
"Tuan Damar menikah dengan seorang perempuan Jawa dan pindah ke Semarang sejak peristiwa menghilangnya Lestari."
"Jadi, Lestari tidak mati di sini tapi menghilang?"
Tanya Tomi lagi mencecar.
Bik Surti mengangguk.
"Ya, tak ada yang tahu ia sebetulnya di mana, karena semua tahunya Tuan Damar kembali ke rumah Ayahnya lalu menikah dengan perempuan lain. Ayahnya kemudian sakit dan meninggal. Rumah induknya dijual lalu sekarang dibangun menjadi sebuah tempat penginapan milik seorang pengusaha dari Balikpapan."
Tomi terdiam.
Jadi Lestari tak jelas nasibnya. Pantas dia gentayangan.
"Orangtua saya juga tidak mengenal Lestari saat masih hidup, yang mengenal Lestari adalah saudara jauh kakek saya. Dulunya rumah ini diberikan oleh Tuan Ageng Parta Prawira kepada saudara jauh kakek saya itu."
"Apa dia selalu menghantui semua orang yang menghuni di sini?" Tanya Tomi.
"Biasanya dia hanya sesekali menampakkan diri saja Tuan, tapi tidak sampai ekstrem mendatangi tempat kerja penghuni rumah. Manager sebelum Pak Irfan sempat tinggal di sini selama satu tahun juga sepertinya malah tidak diganggu. Beliau pindah karena dia ingin tempat yang lebih dekat dengan kantor."
Ujar Bik Surti.
"Ah Pak Emil?"
Tanya Tomi.
Bik Surti mengangguk.
Tomi menghela nafas.
Lalu kenapa sekarang pada dirinya dan pada Nilam seolah ingin sekali mengganggu terus? Salah apa kami? Batin Tomi.
"Jika Tuan bersedia, saya ada kenalan orang pinter, mungkin bisa dimintai tolong mengusir Lestari. Kebetulan, saya hanya bisa menjaga sudut kamar saja, itupun tak akan berlangsung lama. Hanya satu malam saja, dan besok semua akan kembali lagi."
Lirih Bik Surti.
Tomi memandang ke arah Ibunya seolah meminta pertimbangan.
Ibunya Tomi yang semula tak ingin percaya soal hantu-hantuan akhirnya mengangguk menyetujui tawaran Bik Surti.
**------------**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Shely_03💜
sebenarnya kamu sadar gak sih Lestari,kalau kamu itu HANTU😬
2022-07-25
1
༺❥ⁿᵃᵃꨄ۵᭄
Nah itu bru 👍👍👍 jdi kn nilam gk trsudutkn,,,
dri pd dirahasiakn tp bikin Onar lbih baik di ceritakn jd bsa was pada sewktu" hntu nya dtng bikin onar
2022-02-28
2
Ina Marlina
coba kalo ngomong dari awal...
2022-02-20
2