Hujan masih turun deras, Tomi masuk ke dalam ruangan yang ada di sebelah kamarnya. Rencananya, ia akan menjadikan ruangan itu untuk ia lembur jika banyak pekerjaan di kantor dan harus ia bawa pulang.
Banyak yang bilang, kantor kacang di kota di mana Tomi saat ini ditempatkan termasuk salah satu kantor cabang yang paling maju dan paling banyak anggotanya.
Hampir dalam satu hari mereka ada lima hingga sepuluh pencairan, pasti akan sangat menyita waktu dan pikiran, maka Tomi tentu saja harus menyiapkan diri sebaik mungkin untuk tetap menjaga performa kantor cabang yang ia pimpin.
"Bang."
Nilam tiba-tiba masuk ke dalam ruangan menyusul Tomi yang tengah sibuk menggeser beberapa box berisi buku-buku agar lebih ke tengah ruangan.
Nilam berjalan menghampiri sang suami.
"Ah hp nya, aku malah lupa."
Tomi memasukkan tangannya ke saku celana, meraih hp milik Nilam lalu mengulurkannya pada sang isteri.
Nilam yang sudah berada di dekat Tomi tampak mengambil hp miliknya dari tangan Tomi.
"Tadi di bawah kursi mobil, mungkin kamu tidak merasakannya waktu hp mu jatuh."
Kata Tomi.
Nilam mengangguk.
"Ya, sepertinya aku terlalu mengantuk tadi di dalam mobil."
Kata Nilam.
Tomi menghela nafas, ditatapnya Nilam dengan penuh kasih.
Nilam, perempuan yang ia pacari sejak kelas satu SMA, yang kemudian hingga kuliah dan akhirnya mereka kini menikah.
Lebih dari tujuh tahun mereka bersama sebelum mengarungi biduk rumah tangga, tentu saja mereka sudah cukup mengenal satu sama lain.
Dan ekspresi Nilam itu...
Tomi tahu sekali jika Nilam tengah ada yang disembunyikan.
Tomi menghampiri Nilam lalu meraihnya ke dalam pelukan.
"Semua akan baik-baik saja, apapun yang membuatmu khawatir saat ini, jangan terlalu dipikirkan, ingat kamu selalu punya aku."
Bisik Tomi lembut.
Nilam melingkarkan kedua tangannya di tubuh Tomi, rasanya nyaman sekali sekarang, seolah apa yang membuatnya merasa terbeban sejak tiba di rumah ini seolah menguap begitu saja.
Tomi merenggangkan pelukannya, meraih wajah sang isteri yang cantik rupawan, diciumnya bibir isterinya dengan lembut dan penuh kasih, membantunya agar lebih tenang, memastikan jika ada Tomi di sisinya, pria yang begitu mencintainya.
Hujan di luar sana terlihat turun dengan derasnya, guyuran airnya yang seolah tumpah dari langit terlihat dari balik kaca jendela ruangan di mana kini Tomi dan Nilam berada.
Hingga...
Saat Nilam tanpa sengaja membuka kedua matanya yang terpejam karena menikmati ciuman Tomi, tiba-tiba mata Nilam menangkap sebuah bayangan di kaca jendela.
Nilam yang terkejut terlonjak dan menjerit, Nilam melepas ciuman sang suami dan langsung memeluk Tomi, menyembunyikan wajahnya di dada bidang Tomi.
"Bang, ada perempuan di jendela."
Suara Nilam bergetar hebat, membuat Tomi menoleh ke arah jendela namun ia tak melihat apapun di sana.
Jeritan Nilam yang cukup keras rupanya didengar Ibu mertuanya dan juga Bik Surti, dua wanita itu tampak tergopoh-gopoh menuju ruangan Nilam dan Tomi.
"Ada apa Tom? Apa yang terjadi?"
Tanya Ibunya Tomi.
"Ada perempuan Bu, ada perempuan seperti perempuan Belanda di balik kaca jendela."
Nilam tampak menangis karena takut.
Ibunya Tomi menatap Tomi dan Bik Surti.
"Perempuan Belanda bagaimana, hari hujan begini, dan lagi mana ada orang Belanda di sini Nilam."
"Dia mendelik pada Nilam Bu, sungguh. Bang, percayalah pada Nilam, Bang, sungguh Nilam tak bohong."
Ujar Nilam.
Ibunya Tomi menghela nafas.
"Isterimu ini sepertinya terlalu lelah Tomi, jangan suruh dia bebenah dulu."
Kata Ibunya Tomi mengira menantunya diminta bebenah oleh putranya.
"Lho, Nilam bukan sedang bebenah Bu, tadi itu..."
Ah bagaimana menjelaskannya, jelas saja memalukan Tomi bicara apa yang mereka lakukan barusan.
Ibunya Tomi menabok lengan Tomi lalu merangkul Nilam.
"Sudah kita ke kamar saja, Ibu kan sudah bilang, kamu ini harus banyak istirahat, supaya nanti cepat ada momongan."
Kata Ibunya Tomi.
Nilam menatap Tomi, seolah ia ingin Tomi berkata ia percaya jika Nilam baru saja melihat sosok perempuan bule di jendela rumah, dan Nilam yakin dia bukan manusia, jelas dia bukan manusia karena hari sedang hujan deras begini, dan ia juga bisa menghilang begitu saja saat Tomi menoleh.
Bik Surti terlihat melangkah mendekati jendela, lalu menutup tirainya rapat-rapat.
"Sebaiknya anda jangan meninggalkan isteri anda Tuan, sepertinya ia terlalu sensitif, dan itu keadaan yang sangat lemah serta rawan."
Ujar Bik Surti.
"Rawan? Rawan bagaimana maksudnya Bik?"
Tanya Tomi.
Bik Surti tampak membungkuk, memilih tak menjelaskan lebih jauh.
Asisten rumah itu berlalu meninggalkan ruangan di mana kini Tomi terbengong-bengong.
Apa maksudnya?
Ada apa?
Tomi tiba-tiba jadi tak tenang.
**--------------**
"Kang Damar, masih ingatkah kau jika kau bilang akan menemuiku lagi? Ingatkah kau jika bilang bahwa aku adalah satu-satunya perempuan yang kau cintai?"
Lestari melayang-layang di tengah rinai hujan.
Hatinya begitu bahagia karena ia merasa kini akhirnya sosok titisan Damar telah dikirim semesta untuk menjemputnya, tapi kenapa Damar justeru datang bersama perempuan lain?
Kenapa?
Lestari melayang menuju rumah dinas Tomi, ia melayang mengitari rumah itu mencoba mencari keberadaan Tomi sekaligus menghindari Bik Surti.
Pengurus rumah itu sangat cerewet dan galak.
Sejak dulu ia selalu menyuruh Lestari untuk tidak ikut tinggal di dalam rumah manusia.
Padahal, Lestari tinggal di sana hampir seusia Indonesia merdeka.
Ah Lestari melayang-layang, melongok dari satu jendela ke jendela yang lain.
Saat akhirnya, ia sampai di jendela kaca besar di sebuah ruangan.
Ia melihat Tomi berada di sana.
Laki-laki tampan itu tengah sibuk menggeser-geser box, manakala isterinya datang.
Mereka bicara sesuatu lalu berakhir dengan Tomi memeluknya dan kemudian menciumnya.
Lestari yang melihatnya begitu panas seolah terbakar api cemburu yang luar biasa besar.
Lestari menggebrak kaca jendela, menjadikan kedua mata Nilam melihat ke arahnya seolah dipaksa melihat.
Dan...
Nilam terlonjak sambil menjerit.
Lestari terlihat tersenyum puas, ia senang mereka tak meneruskan yang mereka lakukan hingga hubungan suami isteri di ruangan itu.
Ah tidak!!
Tidak boleh!!
Tidak dan tidak boleh!!
Lestari jelas tak akan membiarkannya.
Lestari tak mau membagi titisan Damar dengan siapapun.
Laki-laki tampan itu adalah milikku, hanya milikku. Batin Lestari sambil melayang ke atas atap rumah, lalu menuju pohon besar di depan rumah.
"Malam nanti, aku akan menemaninya tidur, setiap malam aku akan menemaninya. Ya, aku harus menemaninya."
Kata Lestari seraya tersenyum.
Terbayang lagi saat Tomi mencium Nilam, seolah Lestari melihat dahulu Damar juga melakukannya padanya.
Di dekat kali saat ia pulang mencuci baju.
Lestari tanpa sadar memegangi kedua pipinya yang bersemu merah.
**------------**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Alexandra Juliana
Untung di sini ga ada Zizi atau Aunty Maria klo ada udh ditabok kamu Lestari krn sdh mengganggu ketentraman sepasang suami istri..
2022-12-19
0
Alexandra Juliana
Kantor Cabang Thor...bukan kantor kacang 😁😁
2022-12-19
0
penyemangat🥰🥰
dasar hantu ganjen
2022-11-10
0