13. Terasa Terhubung

Nilam membuka matanya pelahan, tampak di penglihatannya kini plafon rumah dinas yang kini mereka tempati.

Kepalanya terasa berat.

Nilam memegangi kepalanya sambil berusaha bangun dari posisinya yang tergeletak di atas lantai.

Apa yang terjadi?

Nilam mencoba mengingat kenapa tiba-tiba ia ada di sana.

Hingga kemudian aroma bunga sedap malam tercium olehnya. Lamat-lamat ingatan Nilam pun kembali.

Ya bunga...

Bunga sedap malam yang entah berasal dari mana itu tiba-tiba berada di dalam kamarnya. Seperti sengaja di taburkan seseorang di atas tempat tidur Nilam dan Tomi.

Nilam perlahan bangun dari posisinya.

Rumah masih sepi, Ibu mertuanya dan Bik Surti belum kembali.

Jelas saja, mereka baru saja pergi lima belas menit yang lalu, bagaimana mungkin mereka sudah pulang?

Nilam yang ketakutan akhirnya memilih keluar dari rumah, ia pergi dari sana sambil berusaha menghubungi Tomi dengan ponselnya.

Ah...

Tomi tak juga mengangkat panggilan Nilam.

Tapi Nilam bisa apa? Ia tentu tak bisa menyalahkan suaminya karena di jam seperti ini pasti Tomi sedang sibuk bekerja.

Apalagi ini adalah hari pertama untuknya di kantor baru, dan posisinya juga sudah menjadi Manager kantor cabang.

Dalam kebingungan, untunglah Nilam melihat ada warung yang tak jauh dari rumah yang ia tempati.

Bergegas Nilam berjalan ke sana, dengan tubuh masih terhuyung lemas dan wajah pucat pasi.

"Permisi... Punten..."

Nilam berdiri di depan warung.

Tak lama seorang Ibu muncul dari dalam, melihat Nilam tampak ia keluar dari warungnya.

"Maaf Bu, saya boleh ikut duduk di sini?"

Nilam menunjuk sebuah kursi panjang dari bambu yang ada di depan warung tersebut.

Warung kecil itu menjual sembako dan juga pulsa.

"Oh iya Neng, mangga atuh, tidak apa-apa."

Kata si Ibu ramah.

Nilam tersenyum lega, ia kemudian berjalan ke arah kursi panjang yang terbuat dari bambu di depan warung tersebut.

Nilam duduk di sana.

"Saya bisa beli air mineral Bu? Tapi nanti bayarnya nunggu Bik Surti ya, dompet saya tertinggal di rumah."

Kata Nilam.

Si Ibu pemilik warung tersenyum.

"Tidak usah beli Neng, si eneng teh yang menempati rumah keluarga Tuan Ageng?"

Tanya si Ibu.

Nilam sejenak terdiam.

Tuan Ageng? Siapa Tuan Ageng. Pikir Nilam.

"Yang Bik Surti bekerja bukan?"

Tanya Si Ibu pemilik warung lagi.

Nilam akhirnya mengangguk karena si Ibu menyebut nama Bik Surti.

"Iya Bu, saya tinggal di rumah yang Bik Surti bekerja."

Ujar Nilam akhirnya.

Si Ibu mengangguk dan tersenyum.

"Sebentar Neng, Ibu ambilkan minum."

Kata Si Ibu.

"Terimakasih Bu, maaf merepotkan."

Kata Nilam.

"Ah tidak apa-apa, sebentar ya."

Ibu pemilik warung yang baik itu masuk ke dalam warung yang sekaligus menyambung dengan rumahnya.

Nilam kemudian masih dengan tangan gemetaran mencoba mengirim pesan pada Tomi.

[Aku takut]

Tulis Nilam.

Hanya itu yang bisa ia kirimkan, karena untuk menceritakannya saja ia tak berani.

Ia merasa hantu itu tengah mengawasinya, entah ada di mana ia sekarang, tapi Nilam bisa merasakan ia terus mengawasi Nilam.

Nilam sebetulnya ingin sekali menelfon keluarganya di Jakarta, tapi Nilam khawatir jika nanti kedua orangtuanya malah jadi ikut memikirkan Nilam.

Tak lama si Ibu pemilik warung muncul lagi dengan satu nampan berisi segelas air dan juga sepiring gorengan tahu isi lengkap dengan cabe rawit.

"Kebetulan si Mbak lagi goreng tahu, barangkali Neng..."

Si Ibu menatap Nilam,

"Nilam Bu, nama saya Nilam."

Kata Nilam memperkenalkan diri.

Si Ibu pemilik warung tersenyum sambil mengangguk dan meletakkan nampan berisi air serta gorengan tahu isi di atas kursi plastik yang sengaja ia geser ke depan Nilam.

"Mangga Neng Nilam."

Kata si Ibu pemilik warung.

"Terimakasih Bu."

Kata Nilam.

"Panggil saja saya Bu Harti."

Ujar Ibu pemilik warung yang baik itu.

Nilam tersenyum.

Sungguh lega rasanya Nilam setidaknya ada Bu Harti yang baik sekarang menemaninya, paling tidak ia tak perlu ketakutan sendirian sampai Ibu mertuanya dan Bik Surti pulang.

**---------------**

Tomi dan Pak Irfan akhirnya keluar dari kantor Notaris Ibu Nur Mufidah, SH, M.Kn, yang merupakan Notaris paling terpandang di kota kantor cabang Tomi sekarang bertugas.

Sebagaimana yang telah direncanakan, Pak Irfan mengajak Tomi untuk pergi makan lebih dulu di rumah makan langganannya.

"Ikan bakar di sini sangat enak Pak Tomi, saya sebulan sekali mengajak staf di kantor makan di tempat ini."

Tutur Pak Irfan.

"Kadang menyemangati para bawahan hanya dengan mengajak mereka makan di luar itu juga perlu Pak, selain membuat hubungan kita dengan mereka jadi lebih dekat, juga dengan begitu kita bisa menciptakan hubungan baik di tempat kerja agar menjadi keluarga besar."

Kata Pak Irfan.

Tomi tersenyum sambil mengangguk.

Ya ini juga yang sering Tomi dengar dari sosok Pak Irfan.

Jika Pak Irfan adalah seorang yang loyal dengan bawahan, ia juga sangat komunikatif dengan anggota Koperasi.

Pak Irfan memang seorang leader sejati, dan itu bisa terlihat jelas dari cara dia bersikap dan bicara sepanjang Tomi bersamanya hari ini.

Sampai di rumah makan yang dimaksud, Pak Irfan memberikan buku menu pada Tomi untuk memilih pesanan mereka.

"Pak Tomi yang memutuskan, saya akan ikut."

Kata Pak Irfan.

"Lho kok begitu, tidak apa Pak Irfan saja yang memilih."

Ujar Tomi.

Pak Irfan menggeleng.

"Tidak Pak, sekedar infomasi, semua menu di sini recommended, tapi yang paling sip gurameh bakarnya."

Kata Pak Irfan.

Tomi akhirnya mengangguk.

"Kalau begitu pesan itu saja."

Pak Irfan memanggil pelayan.

Setelah akhirnya memesan beberapa menu, mereka seperti biasa diminta menunggu sebentar pesanan disiapkan.

"Dulunya, konon, pemilik warung ini adalah pendiri padepokan dekat kaki Gunung Ceremai, namanya Ki Gedhe Tirtayasa."

Ujar Pak Irfan.

"Ki Gedhe Tirtayasa?"

Tomi menggumamkan nama tersebut.

Aneh sekali, seolah ia merasa tak asing dengan nama itu, padahal ia jelas-jelas baru mendengar.

"Beliau satu keluarga dibantai, yang tersisa adalah anak bungsunya yang berhasil dilarikan seorang abdi, dan akhirnya mendirikan warung ini."

Pak Irfan bercerita.

Tomi yang mendengarkan terdiam.

Entah kenapa hatinya merasakan ada sesuatu yang aneh manakala mendengar kisah pilu kematian Ki Gedhe Tirtayasa dan keluarganya.

"Dua bulan saya tinggal di sini, saya sempat berkunjung ke padepokan tempat Ki Gedhe Tirtayasa dan keluarganya juga dimakamkan di sana. Rasanya masih bisa merasakan kengerian saat pembantaian berlangsung."

Ujar Pak Irfan.

Pak Irfan baru akan bercerita lagi, saat seorang pelayan datang membawa minuman dan satu bakul nasi serta lalap sambal.

Membuat cerita itu akhirnya berakhir karena akhirnya mereka berlanjut ke acara makan.

Puas sekali dengan makanan di tempat makan yang baru saja dikunjungi membuat Tomi ingin mengajak Nilam makan di sana.

"Hari minggu nanti saya akan ajak isteri makan di sini Pak."

Kata Tomi ketika makan-makan mereka berakhir dengan rasa puas luar biasa.

"Harus itu Pak."

Pak Irfan tersenyum.

Keduanya setelah itu langsung kembali menuju kantor.

Sepanjang perjalanan Tomi dan Pak Irfan membicarakan beberapa nama anggota koperasi yang cukup sering pengajuan dan setoran mereka setiap bulan tidak bermasalah.

Hingga akhirnya Tomi dan Pak Irfan sampai di kantor, Pak Irfan pamit pada Tomi untuk mulai siap-siap meninggalkan kantor hari ini menuju kantor cabang di kota lain di mana ia ditugaskan.

Sementara Tomi sendiri langsung menuju ke ruangannya.

Tomi tampak memeriksa ponselnya sejenak, tampak banyak pesan masuk, diantaranya ada yang dari Iwan adiknya yang memberitahu jika ia akan datang lebih awal untuk menjemput Ibu.

Lalu ada pesan lainnya, termasuk kemudian pesan dari sang isteri.

Tomi baru akan membuka pesan Nilam dan membacanya, tepat saat Tomi masuk ke dalam ruangannya dan mencium aroma bunga.

Aroma bunga yang sebelum ia pergi tidak ada di ruangannya.

Tomi berjalan pelahan menuju mejanya.

Dan...

Bunga apa ini?

Tomi mengerutkan kening menatap seikat bunga di samping laptopnya di atas meja kerjanya.

💦💦💦💦💦💦

Terpopuler

Comments

novita setya

novita setya

lestari gatel ih..suami manusia hidoop loh itu. mbokya sadar diri..km bucin ke damar yg kena getah tomi nilam..hadeeh

2024-06-23

0

Adinda

Adinda

langsung klik favorit mbakayune ... aim gedebug lophe pokoke karo rika .. 😍😍

2022-03-05

1

Ikawati Ikawati

Ikawati Ikawati

noh lestari para reader udah pada gemesss pingin nimpuk berjama'ah jangan ganjen2 atuuuu🤭🤭🤭

2022-03-03

1

lihat semua
Episodes
1 1. Menatap Kalian
2 2. Tak Enak Hati
3 3. Kau Kah??
4 4. Jatuh Hati
5 5. Hantu Bucin
6 6. Cinta Mati
7 7. Terpana
8 8. Terhubung Dengan Masa Lalu
9 9. Lestari??
10 10. Cintaku Masih Sama
11 11. Gadis Pujaan Hati
12 12. Bunga Sedap Malam
13 13. Terasa Terhubung
14 14. Percayalah Ibu
15 15. Aku Harus Bagaimana
16 16. Perempuan Kedua
17 17. Kesaksian Pak Dadang
18 18. Cinta Tak Butuh Alasan
19 19. Amanah Yang Sulit
20 20. Hantu Lestari
21 21. Rencana Pengusiran Lestari
22 22. Teror Lestari
23 23. Kuburan Belanda
24 24. Hubungan Masa Lalu
25 25. Rumah Berdarah
26 26. Kisah Hantu Lestari
27 27. Kenyataan Pahit
28 28. Ayah VS Anak
29 29. Kabur
30 30. Penculikan
31 31. Kala Cinta Menggoda
32 32. Membelot
33 33. Menyusul Samsul
34 34. Tertangkapnya Damar
35 35. Pilihan Buruk
36 36. Akhir Perjalanan Lestari
37 37. Sebuah Catatan Lama
38 38. Kau Dari Masa Lalu
39 39. Masih Samar Untuk Tomi
40 40. Bertemu Kelompok Aneh
41 41. Siapa Pemuda Mirip Tomi
42 42. Ada Sebuah Rahasia
43 43. Makan Malam Keluarga
44 44. Apa Yang Tersembunyi
45 45. Aroma Bunga Sedap Malam
46 46. Kecurigaan Iwan
47 47. Sedikit Demi Sedikit
48 48. Satu Korban Jatuh
49 49. Jegeeeerrr
50 50. Ada Apa Dengan Mereka?
51 51. Laki-laki Berpakaian Hitam
52 52. Tersesat
53 53. Rumah Dan Kuburan
54 54. (Damar) Santoso Raharjo
55 55. Penggalan Peristiwa Masa Lalu
56 56. Pesaing Busuk
57 57. Hutang Maaf
58 58. Hadiah Di Tengah Malapetaka
59 59. Pertemuan
60 60. Kejujuran
61 61. The Ending
Episodes

Updated 61 Episodes

1
1. Menatap Kalian
2
2. Tak Enak Hati
3
3. Kau Kah??
4
4. Jatuh Hati
5
5. Hantu Bucin
6
6. Cinta Mati
7
7. Terpana
8
8. Terhubung Dengan Masa Lalu
9
9. Lestari??
10
10. Cintaku Masih Sama
11
11. Gadis Pujaan Hati
12
12. Bunga Sedap Malam
13
13. Terasa Terhubung
14
14. Percayalah Ibu
15
15. Aku Harus Bagaimana
16
16. Perempuan Kedua
17
17. Kesaksian Pak Dadang
18
18. Cinta Tak Butuh Alasan
19
19. Amanah Yang Sulit
20
20. Hantu Lestari
21
21. Rencana Pengusiran Lestari
22
22. Teror Lestari
23
23. Kuburan Belanda
24
24. Hubungan Masa Lalu
25
25. Rumah Berdarah
26
26. Kisah Hantu Lestari
27
27. Kenyataan Pahit
28
28. Ayah VS Anak
29
29. Kabur
30
30. Penculikan
31
31. Kala Cinta Menggoda
32
32. Membelot
33
33. Menyusul Samsul
34
34. Tertangkapnya Damar
35
35. Pilihan Buruk
36
36. Akhir Perjalanan Lestari
37
37. Sebuah Catatan Lama
38
38. Kau Dari Masa Lalu
39
39. Masih Samar Untuk Tomi
40
40. Bertemu Kelompok Aneh
41
41. Siapa Pemuda Mirip Tomi
42
42. Ada Sebuah Rahasia
43
43. Makan Malam Keluarga
44
44. Apa Yang Tersembunyi
45
45. Aroma Bunga Sedap Malam
46
46. Kecurigaan Iwan
47
47. Sedikit Demi Sedikit
48
48. Satu Korban Jatuh
49
49. Jegeeeerrr
50
50. Ada Apa Dengan Mereka?
51
51. Laki-laki Berpakaian Hitam
52
52. Tersesat
53
53. Rumah Dan Kuburan
54
54. (Damar) Santoso Raharjo
55
55. Penggalan Peristiwa Masa Lalu
56
56. Pesaing Busuk
57
57. Hutang Maaf
58
58. Hadiah Di Tengah Malapetaka
59
59. Pertemuan
60
60. Kejujuran
61
61. The Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!