Nilam membuka matanya pelahan, tampak di penglihatannya kini plafon rumah dinas yang kini mereka tempati.
Kepalanya terasa berat.
Nilam memegangi kepalanya sambil berusaha bangun dari posisinya yang tergeletak di atas lantai.
Apa yang terjadi?
Nilam mencoba mengingat kenapa tiba-tiba ia ada di sana.
Hingga kemudian aroma bunga sedap malam tercium olehnya. Lamat-lamat ingatan Nilam pun kembali.
Ya bunga...
Bunga sedap malam yang entah berasal dari mana itu tiba-tiba berada di dalam kamarnya. Seperti sengaja di taburkan seseorang di atas tempat tidur Nilam dan Tomi.
Nilam perlahan bangun dari posisinya.
Rumah masih sepi, Ibu mertuanya dan Bik Surti belum kembali.
Jelas saja, mereka baru saja pergi lima belas menit yang lalu, bagaimana mungkin mereka sudah pulang?
Nilam yang ketakutan akhirnya memilih keluar dari rumah, ia pergi dari sana sambil berusaha menghubungi Tomi dengan ponselnya.
Ah...
Tomi tak juga mengangkat panggilan Nilam.
Tapi Nilam bisa apa? Ia tentu tak bisa menyalahkan suaminya karena di jam seperti ini pasti Tomi sedang sibuk bekerja.
Apalagi ini adalah hari pertama untuknya di kantor baru, dan posisinya juga sudah menjadi Manager kantor cabang.
Dalam kebingungan, untunglah Nilam melihat ada warung yang tak jauh dari rumah yang ia tempati.
Bergegas Nilam berjalan ke sana, dengan tubuh masih terhuyung lemas dan wajah pucat pasi.
"Permisi... Punten..."
Nilam berdiri di depan warung.
Tak lama seorang Ibu muncul dari dalam, melihat Nilam tampak ia keluar dari warungnya.
"Maaf Bu, saya boleh ikut duduk di sini?"
Nilam menunjuk sebuah kursi panjang dari bambu yang ada di depan warung tersebut.
Warung kecil itu menjual sembako dan juga pulsa.
"Oh iya Neng, mangga atuh, tidak apa-apa."
Kata si Ibu ramah.
Nilam tersenyum lega, ia kemudian berjalan ke arah kursi panjang yang terbuat dari bambu di depan warung tersebut.
Nilam duduk di sana.
"Saya bisa beli air mineral Bu? Tapi nanti bayarnya nunggu Bik Surti ya, dompet saya tertinggal di rumah."
Kata Nilam.
Si Ibu pemilik warung tersenyum.
"Tidak usah beli Neng, si eneng teh yang menempati rumah keluarga Tuan Ageng?"
Tanya si Ibu.
Nilam sejenak terdiam.
Tuan Ageng? Siapa Tuan Ageng. Pikir Nilam.
"Yang Bik Surti bekerja bukan?"
Tanya Si Ibu pemilik warung lagi.
Nilam akhirnya mengangguk karena si Ibu menyebut nama Bik Surti.
"Iya Bu, saya tinggal di rumah yang Bik Surti bekerja."
Ujar Nilam akhirnya.
Si Ibu mengangguk dan tersenyum.
"Sebentar Neng, Ibu ambilkan minum."
Kata Si Ibu.
"Terimakasih Bu, maaf merepotkan."
Kata Nilam.
"Ah tidak apa-apa, sebentar ya."
Ibu pemilik warung yang baik itu masuk ke dalam warung yang sekaligus menyambung dengan rumahnya.
Nilam kemudian masih dengan tangan gemetaran mencoba mengirim pesan pada Tomi.
[Aku takut]
Tulis Nilam.
Hanya itu yang bisa ia kirimkan, karena untuk menceritakannya saja ia tak berani.
Ia merasa hantu itu tengah mengawasinya, entah ada di mana ia sekarang, tapi Nilam bisa merasakan ia terus mengawasi Nilam.
Nilam sebetulnya ingin sekali menelfon keluarganya di Jakarta, tapi Nilam khawatir jika nanti kedua orangtuanya malah jadi ikut memikirkan Nilam.
Tak lama si Ibu pemilik warung muncul lagi dengan satu nampan berisi segelas air dan juga sepiring gorengan tahu isi lengkap dengan cabe rawit.
"Kebetulan si Mbak lagi goreng tahu, barangkali Neng..."
Si Ibu menatap Nilam,
"Nilam Bu, nama saya Nilam."
Kata Nilam memperkenalkan diri.
Si Ibu pemilik warung tersenyum sambil mengangguk dan meletakkan nampan berisi air serta gorengan tahu isi di atas kursi plastik yang sengaja ia geser ke depan Nilam.
"Mangga Neng Nilam."
Kata si Ibu pemilik warung.
"Terimakasih Bu."
Kata Nilam.
"Panggil saja saya Bu Harti."
Ujar Ibu pemilik warung yang baik itu.
Nilam tersenyum.
Sungguh lega rasanya Nilam setidaknya ada Bu Harti yang baik sekarang menemaninya, paling tidak ia tak perlu ketakutan sendirian sampai Ibu mertuanya dan Bik Surti pulang.
**---------------**
Tomi dan Pak Irfan akhirnya keluar dari kantor Notaris Ibu Nur Mufidah, SH, M.Kn, yang merupakan Notaris paling terpandang di kota kantor cabang Tomi sekarang bertugas.
Sebagaimana yang telah direncanakan, Pak Irfan mengajak Tomi untuk pergi makan lebih dulu di rumah makan langganannya.
"Ikan bakar di sini sangat enak Pak Tomi, saya sebulan sekali mengajak staf di kantor makan di tempat ini."
Tutur Pak Irfan.
"Kadang menyemangati para bawahan hanya dengan mengajak mereka makan di luar itu juga perlu Pak, selain membuat hubungan kita dengan mereka jadi lebih dekat, juga dengan begitu kita bisa menciptakan hubungan baik di tempat kerja agar menjadi keluarga besar."
Kata Pak Irfan.
Tomi tersenyum sambil mengangguk.
Ya ini juga yang sering Tomi dengar dari sosok Pak Irfan.
Jika Pak Irfan adalah seorang yang loyal dengan bawahan, ia juga sangat komunikatif dengan anggota Koperasi.
Pak Irfan memang seorang leader sejati, dan itu bisa terlihat jelas dari cara dia bersikap dan bicara sepanjang Tomi bersamanya hari ini.
Sampai di rumah makan yang dimaksud, Pak Irfan memberikan buku menu pada Tomi untuk memilih pesanan mereka.
"Pak Tomi yang memutuskan, saya akan ikut."
Kata Pak Irfan.
"Lho kok begitu, tidak apa Pak Irfan saja yang memilih."
Ujar Tomi.
Pak Irfan menggeleng.
"Tidak Pak, sekedar infomasi, semua menu di sini recommended, tapi yang paling sip gurameh bakarnya."
Kata Pak Irfan.
Tomi akhirnya mengangguk.
"Kalau begitu pesan itu saja."
Pak Irfan memanggil pelayan.
Setelah akhirnya memesan beberapa menu, mereka seperti biasa diminta menunggu sebentar pesanan disiapkan.
"Dulunya, konon, pemilik warung ini adalah pendiri padepokan dekat kaki Gunung Ceremai, namanya Ki Gedhe Tirtayasa."
Ujar Pak Irfan.
"Ki Gedhe Tirtayasa?"
Tomi menggumamkan nama tersebut.
Aneh sekali, seolah ia merasa tak asing dengan nama itu, padahal ia jelas-jelas baru mendengar.
"Beliau satu keluarga dibantai, yang tersisa adalah anak bungsunya yang berhasil dilarikan seorang abdi, dan akhirnya mendirikan warung ini."
Pak Irfan bercerita.
Tomi yang mendengarkan terdiam.
Entah kenapa hatinya merasakan ada sesuatu yang aneh manakala mendengar kisah pilu kematian Ki Gedhe Tirtayasa dan keluarganya.
"Dua bulan saya tinggal di sini, saya sempat berkunjung ke padepokan tempat Ki Gedhe Tirtayasa dan keluarganya juga dimakamkan di sana. Rasanya masih bisa merasakan kengerian saat pembantaian berlangsung."
Ujar Pak Irfan.
Pak Irfan baru akan bercerita lagi, saat seorang pelayan datang membawa minuman dan satu bakul nasi serta lalap sambal.
Membuat cerita itu akhirnya berakhir karena akhirnya mereka berlanjut ke acara makan.
Puas sekali dengan makanan di tempat makan yang baru saja dikunjungi membuat Tomi ingin mengajak Nilam makan di sana.
"Hari minggu nanti saya akan ajak isteri makan di sini Pak."
Kata Tomi ketika makan-makan mereka berakhir dengan rasa puas luar biasa.
"Harus itu Pak."
Pak Irfan tersenyum.
Keduanya setelah itu langsung kembali menuju kantor.
Sepanjang perjalanan Tomi dan Pak Irfan membicarakan beberapa nama anggota koperasi yang cukup sering pengajuan dan setoran mereka setiap bulan tidak bermasalah.
Hingga akhirnya Tomi dan Pak Irfan sampai di kantor, Pak Irfan pamit pada Tomi untuk mulai siap-siap meninggalkan kantor hari ini menuju kantor cabang di kota lain di mana ia ditugaskan.
Sementara Tomi sendiri langsung menuju ke ruangannya.
Tomi tampak memeriksa ponselnya sejenak, tampak banyak pesan masuk, diantaranya ada yang dari Iwan adiknya yang memberitahu jika ia akan datang lebih awal untuk menjemput Ibu.
Lalu ada pesan lainnya, termasuk kemudian pesan dari sang isteri.
Tomi baru akan membuka pesan Nilam dan membacanya, tepat saat Tomi masuk ke dalam ruangannya dan mencium aroma bunga.
Aroma bunga yang sebelum ia pergi tidak ada di ruangannya.
Tomi berjalan pelahan menuju mejanya.
Dan...
Bunga apa ini?
Tomi mengerutkan kening menatap seikat bunga di samping laptopnya di atas meja kerjanya.
💦💦💦💦💦💦
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
novita setya
lestari gatel ih..suami manusia hidoop loh itu. mbokya sadar diri..km bucin ke damar yg kena getah tomi nilam..hadeeh
2024-06-23
0
Adinda
langsung klik favorit mbakayune ... aim gedebug lophe pokoke karo rika .. 😍😍
2022-03-05
1
Ikawati Ikawati
noh lestari para reader udah pada gemesss pingin nimpuk berjama'ah jangan ganjen2 atuuuu🤭🤭🤭
2022-03-03
1