Flashback pagi hari,
Pak Dadang baru sampai di depan rumah yang ditempati Tomi.
Laki-laki yang sudah menjadi Driver di Koperasi selama hampir sepuluh tahun itu terlihat bergegas turun dari mobil.
Ia baru akan menginjakkan kaki di atas teras, manakala seorang perempuan terlihat muncul dari samping rumah membawa bunga sedap malam.
Perempuan yang Pak Dadang kenal sebagai istri manager baru Koperasi nya itu tampak tersenyum ke arah Pak Dadang.
Hanya tersenyum saja, lalu masuk ke dalam rumah tanpa sepatah katapun.
Pak Dadang sempat merasa heran, meski terlihat seperti Bu Nilam, tapi entah kenapa cara tersenyumnya membuat Pak Dadang sedikit merinding.
Enggan memikirkan yang tidak-tidak, Pak Dadang meneruskan langkahnya untuk masuk ke dalam rumah, namun belum lagi sampai pintu, Bik Surti keluar dari dalam membawa sapu.
"Oh Pak Dadang sudah datang?"
Tanya Bik Surti.
Pak Dadang mengangguk.
"Saya sampaikan pada Tuan Tomi."
Ujar Bik Surti.
"Terimakasih Bik, saya tunggu di mobil."
Kata Pak Dadang.
"Mau dibuatkan kopi Pak?"
Bik Surti menawarkan kopi pada Pak Dadang.
Pak Dadang cepat menggeleng.
"Saya sudah sarapan Bik, tadi di warkop dekat kontrakan."
Ujar Pak Dadang.
Bik Surti mengangguk.
"Baiklah."
Bik Surti lantas masuk kembali ke dalam rumah untuk menyampaikan pada Tomi bahwa Pak Dadang supir kantor telah menjemputnya di depan.
Tomi yang sudah selesai sarapan dengan Nilam dan Ibunya segera beranjak dari ruang makan.
Nilam mengantar Tomi hingga ke teras.
Pak Dadang yang duduk di balik kemudi sempat melihat Tomi dan Nilam berbincang di depan teras rumah.
Istri Managernya itu terlihat sudah berganti pakaian dan rambutnya tak lagi tergerai seperti tadi pertama bertemu Pak Dadang di depan rumah.
Pak Dadang sebetulnya agak heran juga, kenapa pagi-pagi istri managernya memetik bunga sedap malam. Kenapa bukan mawar atau lainnya?
Tomi tampak berjalan mendekati mobil, naik ke atas mobil dan itu membuat Pak Dadang berhenti bertanya-tanya tentang keanehan yang terjadi pada isteri Tomi.
Siangnya, saat Tomi dan Pak Irfan meninggalkan kantor, Pak Dadang duduk di depan kantor koperasi bersama satpam.
Pak Irfan jika bepergian memang lebih senang menggunakan mobilnya sendiri dan jarang mau merepotkan Pak Dadang.
Maka Pak Dadang memilih duduk di depan kantor bersama Satpam.
Hingga kemudian sebuah angkutan berhenti di depan kantor koperasi, lalu turun seorang perempuan membawa bunga sedap malam.
Ia berjalan ke arah Pak Dadang yang langsung berdiri dan membungkuk memberi salam.
"Titip untuk diletakkan di atas meja."
Kata Perempuan yang menurut penglihatan Pak Dadang adalah Nilam isteri managernya.
"Oh ya Bu, siap. Untuk meja kerja Pak Tomi ya?"
Perempuan dengan penampakan Nilam itu mengangguk.
Setelah itu pergi begitu saja tanpa bicara apa-apa lagi.
"Siapa Pak Dadang?"
Tanya satpam Koperasi.
"Isteri Pak Manager."
Jawab Pak Dadang.
"Oh isteri Pak Tomi, cantik tapi kok serem ya kelihatannya."
Kata satpam sambil menatap Nilam yang menjauh.
"Hus, sembarangan, tidak enak nanti jika didengar Pak Tomi."
Ujar Pak Bambang.
Pak Bambang kemudian masuk membawa bunga sedap malam yang dibawakan Nilam untuk Tomi.
Sesuai pesan, Pak Dadang meletakkannya di atas meja kerja ruangan Tomi, di sebelah laptop.
Setelah meletakkannya, Pak Dadang keluar dari sana, dan kemudian kembali ke depan untuk duduk bersama satpam lagi.
Flashback berakhir.
**------------**
Tomi mengusap kepala Nilam.
"Kenapa Abang tidak percaya? Aku benar-benar takut Bang."
Nilam memeluk Tomi.
"Bunga sedap malam itu tadi benar-benar ada di sini, sungguh."
Kata Nilam berusaha sekuat tenaga meyakinkan Tomi.
"Sayang, kamu lupa kamu sendiri yang memetiknya? Pagi tadi kamu memetik bunga sedap malam kan? Kamu bahkan menitipkannya pada Driver kita untuk diletakkan di meja kantorku."
Ujar Tomi.
Nilam menatap Tomi dengan mata terbelalak tak percaya.
"Bang, aku tidak melakukannya... Sungguh."
Tomi menghela nafas.
"Sudahlah Nilam, aku lelah hari ini, kamu lebih baik mandi dengan air hangat agar tubuhmu relax, setelah itu makan dan kembali istirahat."
Ujar Tomi yang sudah lelah dan tak tak ada energi untuk menanggapi semua ocehan Nilam.
"Bang... Aku tidak mau tinggal di sini lagi Bang, aku takut."
Rengek Nilam.
"Nilam, ayolah, kita baru saja pindah, dan ini satu karunia kita bisa menempati rumah cuma-cuma, bahkan ada Bik Surti juga yang mengurus rumah. Kurang apa Nilam? Kenapa harus pindah?"
"Bang, rumah ini berhantu."
Nilam mengguncang lengan Tomi.
Terdengar Ibunya Tomi dari arah pintu kemudian mendengus.
Tampaknya ia mulai kesal dengan kelakuan Nilam yang terus saja aneh-aneh.
"Aku bener-bener takut Bang, aku mohon."
Nilam dadanya terasa begitu sesak.
"Kita belum punya cukup uang untuk beli rumah sendiri Nilam."
"Tidak usah beli, mengontrak juga tidak apa, satu kamar pun tak masalah, yang penting tidak di sini."
Kata Nilam.
"Bagaimana mungkin seorang manager hidup di kontrakan kamar satu pintu Nilam? Ingat reputasi suamimu?"
Kesal Ibunya Tomi.
Nilam yang merasa Ibunya Tomi sejak pagi terus mengintimidasi jadi kesal.
"Ibu bisa diam tidak, jangan terus memojokkan Nilam!"
Kata Nilam yang jadi emosi.
Mendengar Nilam berani bicara begitu pada Ibunya, tentu saja membuat Tomi meradang.
Tomi mendorong tubuh Nilam dengan kasar.
Nilam menatap Tomi.
"Abang."
Tomi turun dari tempat tidur dan berdiri membalas tatapan Nilam dengan marah.
"Berani sekali kamu bentak Ibu!!"
Marah Tomi.
Ibunya Tomi terlihat keluar dari kamar.
Ia merasa begitu sakit sampai dibentak menantunya.
"Bang, Nilam bukan bermaksud begitu, semua karena sejak pagi Ibu selalu mengintimidasi aku."
Kata Nilam.
"Tadi hantu, sekarang Ibu, kenapa semua seolah jadi sasaran Nilam? Ibu itu mengatakan kamu itu berhalusinasi karena kelelahan dan memintamu istirahat serta mengurangi stres itu karena ibu sayang padamu! Kamu menantunya, tapi dia sayang padamu seperti anaknya sendiri!!"
Tomi naik pitam.
"Bang, kenapa kamu malah marah-marah sekarang?"
Nilam memegangi dadanya yang sesak.
"Bagaimana aku tidak marah? Isteriku membentak Ibuku di depanku!"
Tomi yang benar-benar meradang keluar dari kamar sambil membanting pintunya dengan keras.
Brak!!
Nilam menjerit saking setresnya.
Ia menangis lagi, putus asa.
Di lempar-lemparkannya semua bantal di atas tempat tidurnya.
Sementara itu, di luar rumah, di depan kamar Nilam, tampak Lestari terlihat tersenyum.
Ia menciumi bunga sedap malam di tangannya.
"Bang Damar itu hanya milik Lestari, hanya milik Lestari, hanya milik Lestari."
Kata Lestari dari luar kamar.
Ia tak bisa masuk karena Bik Surti menaburi entah apa di kamar Tomi dan Nilam. Tapi Lestari bisa mendengar dan melihat apa yang terjadi di dalam sana.
Hmm... Kasihan kamu perempuan kedua.
Kata Lestari lagi.
💦💦💦💦💦
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Alexandra Juliana
Zizi kamu dimana...tolongin Nilam dong Zi...
2022-12-19
0
Asty Mamane Ata
lh kok gemes aku sma lestari ..
pengen jitak palanya😡
2022-03-28
1
Anggrek Salju
stop baca smpe sini, maaf thorr 🙏,, aq paling benci sama tipe2 kayak lestari.
2022-03-04
1