Bik Surti berjalan meninggalkan Nilam untuk menuju ke ruang dalam. Terdengar oleh telinga Nilam Ibu mertuanya mengeluh pada Bik Surti soal Nilam yang sejak baru datang jadi aneh-aneh.
"Mungkin efek masih manja dengan orangtuanya, jadi begitu langsung stres dan akhirnya berhalusinasi yang tidak-tidak. Ada hantu di rumah, kamarnya penuh bunga sedap malam tiba-tiba, ah kalau begitu terus bisa-bisa malah mengganggu karir Tomi, padahal Tomi baru saja naik jabatan, harusnya sebagai isteri kan mendukung, menyemangati, supaya suami nantinya karirnya makin bagus, makin naik, yang untung siapa? Ya jelas isterinya, ya kan Bik?"
Ibunya Tomi terus mengomel, suaranya terdengar dari tempat Nilam berada.
Membuat hati Nilam semakin gundah gulana, sakit dan sedih bercampur jadi satu.
"Nanti juga terbiasa Bu, mungkin karena masih baru pindah, setiap rumah kan nyatanya memang ada penunggunya, mungkin hanya ingin kenalan saja dengan Nyonya Nilam, kalau sudah kenal juga semua akan membaik."
Kata Bik Surti.
"Halah, penunggu rumah apa, itu hanya mitos. Dari jaman saya lahir sampai setua ini belum pernah saya lihat yang begitu-begitu. Bahkan yang katanya itu dekat Ancol, ada hantu perempuan cantik yang disebut Si Manis Jembatan Ancol saja, saya jaman dulu masih kerja sering pulang lewat sana aman saja."
Kata Ibunya Tomi.
"Ya memang tidak semua orang punya kepekaan semacam itu Bu, tapi bukan berarti mereka tidak ada. Sama seperti angin kita tidak pernah melihat bentuknya, tapi kan ada."
"Tapi angin semua bisa merasakan Bik Surti."
Ibunya Tomi yang termasuk manusia yang tak terlalu percaya hal-hal mistis tetap tak mau kalah.
Ia masih merasa jika apa yang terjadi pada Nilam hanyalah halusinasi Nilam sendiri.
Akibat kelelahan, stres dan juga karena Nilam menganggap tinggal jauh dari orangtua hanya dengan suami adalah beban.
Nilam yang mendengar suara Bik Surti dan Ibu mertuanya malah jadi debat sendiri akhirnya memilih masuk ke dalam kamarnya.
Sambil menangis ia meraih hp miliknya dari saku roknya. Nilam duduk di tepi tempat tidur, matanya terus berlinang air mata, tangannya gemetaran sambil mencoba mengirim pesan lagi pada Tomi.
Pesan yang sebelumnya hanya dibalas Tomi dengan balasan singkat.
[Takut apa?]
Nilam menatap nanar layar hp nya.
Nafasnya yang tersengal-sengal semakin menambah berat beban di dadanya.
Nilam yang mencoba mengetik pesan pada Tomi untuk menceritakan peristiwa pagi tadi tiba-tiba seolah terngiang kata-kata Ibunya Tomi pada Bik Surti.
"Mungkin efek masih manja dengan orangtuanya, jadi begitu langsung stres dan akhirnya berhalusinasi yang tidak-tidak. Ada hantu di rumah, kamarnya penuh bunga sedap malam tiba-tiba, ah kalau begitu terus bisa-bisa malah mengganggu karir Tomi, padahal Tomi baru saja naik jabatan, harusnya sebagai isteri kan mendukung, menyemangati, supaya suami nantinya karirnya makin bagus, makin naik, yang untung siapa? Ya jelas isterinya, ya kan Bik?"
Nilam akhirnya menghentikan kegiatan jemarinya mengetik pesan untuk Tomi.
Ia memilih merebahkan dirinya di atas tempat tidur saja. Menangis sendirian.
Apa yang bisa ia lakukan untuk meyakinkan Tomi jika yang ia alami pagi tadi adalah nyata, bukan halusinasi karena ia stres dan manja.
**------------**
Nilam yang lelah menangis di kamar akhirnya ketiduran.
Nilam tampak membuka matanya pelahan, manakala merasakan sentuhan hangat di pipinya.
Tampak Tomi duduk di sampingnya, menatapnya dengan teduh.
"Bang."
Nilam senang bukan main melihat Tomi akhirnya pulang.
Nilam bangun dari posisinya berbaring, cepat ia memeluk tubuh Tomi.
"Aku takut sekali Bang, aku takut sekali."
Nilam menangis tersedu-sedu.
Ditenggelamkannya wajahnya yang basah kuyup oleh air mata.
"Tenanglah..."
Sayup suara Tomi yang terdengar lebih berat dari biasanya.
Nilam terus menangis.
"Aku sungguh melihat bunga-bunga itu Bang, pagi tadi bunga-bunga sedap malam berserakan di atas tempat tidur kita, aromanya bahkan aku bisa menciumnya dengan jelas, tapi Ibu Abang tak percaya, ia mengatakan aku hanya berhalusinasi Bang, demi Tuhan aku tidak berhalusinasi Bang, aku melihat dengan mata kepalaku sendiri secara sadar Bang."
Nilam kemudian mengangkat wajahnya, mencoba melihat wajah Tomi.
Namun betapa kaget dan terkejutnya Nilam, manakala tiba-tiba yang kini ia peluk bukan lagi suaminya, namun sesosok laki-laki mirip Tomi yang terbungkus kain kafan.
Nilam menjerit sekeras-kerasnya.
Laki-laki berbungkus kain kafan itu berdiri, tatapannya kosong ke arah Nilam yang melompat naik ke atas tempat tidur sambil ketakutan.
"Tolong... Tolooong..."
Nilam menjerit meminta tolong.
Dalam ketakutan yang luar biasa, dari arah pintu kamar yang pelahan terbuka, tiba-tiba muncul pula sosok lainnya.
Sosok None Belanda...
Perempuan dengan gaun putih berenda yang penuh dengan darah, di perutnya tertancap belati, ia tampak kesakitan, merintih sambil mengulurkan tangannya ke arah Nilam.
"Aaaaaa... Aaaaaaa..."
Nilam menjerit-jerit...
"Nilam... Sayang... Bangun... Nilam..."
Tomi menepuk-nepuk pipi Nilam, mencoba membangunkan Nilam.
Nilam terbangun, matanya terbelalak, Nilam begitu terkejut dan saat melihat Tomi kini duduk di sampingnya tiba-tiba Nilam menjerit lagi, ia melompat menghindar.
"Pergiiii... Pergiiii... Pergiiiiiii..."
Nilam meraih bantal guling dan memukulkannya ke arah Tomi.
"Sayang, ini aku, sadarlah Nilam... Sadarlah."
Tomi naik ke atas tempat tidur dan cepat menarik Nilam untuk memeluknya.
"Kau kenapa? Ada apa?"
Tomi merengkuh Nilam yang masih berusaha menjerit sambil menangis.
Ibunya Tomi tampak berdiri di pintu kamar, sementara Bik Surti datang membawakan satu gelas air putih.
Bik Surti menghampiri Tomi dan Nilam,
"Nyonya, minumlah dulu, lalu sisanya untuk mengusap wajah."
Kata Bik Surti.
Tomi yang mendengar kata-kata Bik Surti segera meraih gelas berisi air tersebut, lalu menyuruh Nilam meminumnya.
Sementara Nilam sedang meminum air dari gelas yang diberikan Bik Surti, tampak Bik Surti menabur seperti garam di tiap sudut ruangan kamar.
Tomi mengusap wajah Nilam yang kini dibasahi peluh, rambutnya tampak acak-acakan.
"Sisanya untuk diusapkan pada wajah sayang."
Tomi membantu mengusapkan sisa air dari gelas minum pada wajah Nilam.
Begitu air sisa dala gelas sudah semuanya di usapkan pada wajah Nilam dan juga lengan Nilam, pelahan Nilam bisa lebih tenang.
Nilam menatap Tomi dengan matanya yang sembab.
"Bang... Ada hantu Bang, ada hantu menggangguku."
Lirih Nilam.
Tomi memeluk Nilam.
"Sudah, Ibu sudah cerita semuanya, kamu benar-benar kelelahan dan kamu sepertinya terlalu jenuh sejak tidak bekerja."
Tomi mengusap kepala Nilam.
"Kenapa Abang tidak percaya? Aku benar-benar takut Bang."
Nilam memeluk Tomi.
"Bunga sedap malam itu tadi benar-benar ada di sini, sungguh."
Kata Nilam berusaha sekuat tenaga meyakinkan Tomi.
"Sayang, kamu lupa kamu sendiri yang memetiknya? Pagi tadi kamu memetik bunga sedap malam kan? Kamu bahkan menitipkannya pada Driver kita untuk diletakkan di meja kantorku."
Ujar Tomi.
Nilam menatap Tomi dengan mata terbelalak tak percaya.
"Bang, aku tidak melakukannya... Sungguh."
💦💦💦💦💦
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Alexandra Juliana
Semoga kamu didatangin hantu Lestari Bu...
2022-12-19
1
Shely_03💜
yg paling menyakitkan itu disaat suami gak percaya omongan istri🤕
2022-07-25
2
Shely_03💜
apakah bang Damar mau jadi pebinor???🤪
2022-07-25
1