Malam harinya, Tomi menikmati makan malam bersama keluarganya di ruang makan.
Mereka menyantap makan malam sederhana yang disajikan Bik Surti.
Hanya nasi anget, tahu tempe goreng tanpa tepung, tumis kacang panjang dan ayam goreng bumbu kunyit biasa. Selebihnya, Bik Surti hanya menggorengkan kerupuk udang yang dimasukkan ke dalam toples bening dan untuk cuci mulut ia siapkan juga buah melon potong.
"Setelah ini kalian istirahatlah, biar nanti merapihkan ruangan kerjamu besok saja Ibu yang urus dengan Bik Surti."
Kata Ibunya Tomi perhatian.
Melihat wajah Nilam yang pucat rasanya Ibunya Tomi juga jadi khawatir jika nanti menantunya itu kenapa-kenapa.
Ya, tentu saja untuk Ibunya Tomi, harapannya tak lama lagi Nilam bisa mengandung anak Tomi agar ia bisa segera mendapat cucu.
Karena Mona, kakak sulung Tomi sudah sepuluh tahun menikah hingga sekarang belum juga mendapat keturunan.
Padahal semua adik-adik Ibunya Tomi sudah menimang cucu, rasanya Ibunya Tomi juga ingin sekali bisa segera merasakannya.
Tapi...
Melihat kondisi Nilam sejak tadi seperti tak sehat, tentu saja membuat Ibunya Tomi jadi khawatir.
Nilam meletakkan sendok nya di atas piring dalam posisi tengkurap, menandakan ia sudah tak akan meneruskan makannya.
"Masih separuh lagi sayang, kenapa tidak dihabiskan?"
Tanya Tomi pada Nilam yang sebelumnya tak pernah melakukan hal demikian.
Nilam termasuk orang yang pantang sekali membuang makanan, setidak suka apapun ia pada makanan, ia tak akan pernah membuangnya, dan Nilam selalu menghabiskan makannya.
Namun hari ini...
Nilam tampak menggeleng.
"Kepalaku sakit sekali Bang, nanti sisa makanannya bilang pada Bik Surti untuk diberikan pada ayam jika ada tetangga yang memelihara."
Kata Nilam.
Lalu Nilam tampak bangun dari duduknya,
"Ibu, saya permisi ke kamar lebih dulu ya Bu."
Kata Nilam.
Ibunya Tomi mengangguk.
"Istirahatlah, jangan main hp, langsung tidur."
Kata Ibunya Tomi pada sang menantu.
Nilam mengangguk.
Tomi yang ingin segera menyusul sang isteri akhirnya terlihat terburu-buru makannya agar bisa segera habis.
Nilam berjalan menuju kamarnya, rasa tak enak itu muncul kembali saat melewati pintu ruangan yang akan menjadi kamar kerja Tomi di rumah.
Mengingat peristiwa sebelumnya di sana, sungguh membuat Nilam begitu tak nyaman.
"Nyonya."
Tiba-tiba Bik Surti mengagetkan Nilam.
Nilam menoleh pada Bik Surti yang tiba-tiba saja berada di belakangnya.
Bik Surti memberikan buntelan kain putih berukuran kecil kepada Nilam.
"Apa ini Bik?"
"Ditaruh di bawah bantal ya Nyonya."
Kata Bik Surti.
Nilam menatap Bik Surti, lalu kemudian menatap buntelan kain putih yang mengeluarkan aroma minyak misik.
"Ini untuk apa?"
Nilam yang sebelumnya tidak pernah tahu yang begitu-begitu terpaksa bertanya lagi.
"Biar Nyonya tidak diganggu, letakkan saja."
Kata Bik Surti.
"Bik, sebetulnya ada hantu kan di rumah ini? Iya kan Bik? Hantu none Belanda itu, aku melihatnya tadi, dia kan?"
Nilam mencecar Bik Surti.
Bik Surti menatap Nilam dengan iba.
Ia ingin mengatakan yang sebenarnya, tapi ia tak mau Nilam nanti semakin ketakutan.
"Tidak usah takut Nyonya, ada Bibik, pokoknya Nyonya ikuti saja yang Bibik katakan, letakkan itu di bawah bantal."
Nilam menghela nafas.
Jadi benar rumah ini berhantu, lalu bagaimana sekarang? Merengek pada Tomi agar pindah rumah saja atau bagaimana?
Ah...
Rasanya terlalu manja.
"Jika dia terus mengganggu bagaimana Bik?"
Nilam rasanya takut setengah mati.
Bik Surti baru akan bicara lagi, saat terdengar suara langkah dari gesekan sandal di lantai mendekat, Bik Surti akhirnya segera pamit.
"Jangan ada yang tahu."
Kata Bik Surti.
Nilam menganggukkan kepalanya.
Cepat ia memasukkan bungkusan kain itu ke dalam saku baju tidurnya.
Tampak Tomi muncul dari balik gordin pintu tengah rumah, yang memisahkan ruangan utama di mana ada dua kamar dan ruang tamu, dan ruangan belakang yang ada ruang makan, ruang TV, dua kamar yang salah satunya ditempati Ibunya Tomi, lalu kamar satunya kosong, ada dapur, kamar mandi dan satu kamar kecil lain untuk Bik Surti.
Bagian paling belakang rumah ada halaman yang atapnya terbuka untuk meletakkan mesin cuci, lalu untuk menjemur, ada satu set kursi kayu untuk duduk dekat kolam ikan di bawah pohon Jambu air.
"Katanya pusing, malah ngobrol sama Bik Surti."
Kata Tomi menghampiri Nilam.
Bik Surti sudah masuk ke ruang belakang.
Nilam memaksakan senyuman.
Tomi merangkul isterinya, membawanya ke kamar.
"Tidurlah, aku akan menjagamu sampai kamu lelap."
Kata Tomi sambil mendekati tas kerjanya dan mengeluarkan laptop.
Nilam naik ke tempat tidur, menata bantal, lalu menuruti Bik Surti meletakkan bungkusan kain di bawah bantal yang akan ia gunakan untuk tidur.
Ah, entahlah...
Entah apa maksud buntelan kain itu bisa menjaganya agar tak diganggu hantu saat tidur, tapi Nilam hanya berusaha menurut pada orangtua.
Ya, meskipun Bik Surti hanya asisten rumah tangga, tapi ia usianya hampir sebaya dengan Ibunya Nilam, jadi ia juga bisa dianggap orang tua, atau orang yang lebih tua, dan sudah semestinya kita orang yang lebih muda mendengar apa yang dituturkan orang yang lebih tua.
Selama itu nasehat yang baik, saran yang baik, masukan yang baik, dengarkan dan lakukan. Jika tak baik cukup diam saja dan tak usah mengajak debat.
Begitulah Nilam diajarkan orangtuanya sejak kecil.
Nilam tampak sudah berbaring di tempat tidur, saat kemudian Tomi menyusulnya sambil membawa laptop.
"Abang mau kerja? Tidak istirahat?"
Tanya Nilam.
Tomi tampak meletakkan laptopnya di atas kasur, lalu menarik selimut untuk menutupi sebagian tubuh sang isteri.
Mengusap wajahnya sebentar, lalu mencium pipi dan keningnya.
"Tidurlah, kalau kamu sudah tidur nanti aku akan tidur, aku hanya akan membaca beberapa email masuk saja."
Kata Tomi.
Nilam mengangguk, tangannya meraih tangan Tomi lalu menciumnya lembut.
"I love u."
Kata Nilam.
Tomi tersenyum.
"Me too."
Ucap Tomi.
Nilam menghela nafas, lalu memejamkan matanya pelahan.
Tomi duduk bersandar pada kepala dipan, selonjor memangku laptop yang mulai dibukanya.
Nilam tidur di sampingnya dalam posisi tidur miring menghadap ke arahnya.
Tomi mulai membuka laptop, menyalakannya, dan membuka beberapa email masuk yang belum sempat ia baca.
Sementara itu, di luar hujan telah lama berhenti, hanya tinggal sisa-sisa air hujan saja yang masih sesekali menetes dari ujung-ujung daun dan juga tepian genting.
Udara malam masih terasa lembab, angin yang bertiup sepoi-sepoi terasa begitu sejuk.
Sosok dengan gaun berenda melayang dari arah pohon besar di depan rumah Tomi dan Nilam tinggal.
Melayang lalu menembus ke dalam dinding kamar Tomi yang kini sedang serius memeriksa emailnya.
Lestari melihat Nilam yang kini tertidur pulas di samping titisan Damar.
Lestari cemberut, kesal rasanya mendapati mereka satu tempat tidur.
Lestari mendekati Tomi yang untuk Lestari dia tentu bukanlah Tomi, tapi titisan Damar, laki-laki yang membuatnya jatuh cinta secinta-cintanya hingga mati.
💦💦💦💦💦💦
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Alexandra Juliana
Semoga Tomi g terpengaruh atau bahkan terbuai sama hantu Lestari..Soalnya pasti Lestari melakukan segala cara utk mengganggu Nilam demi mendapatkan Tomi yg dia kira titisan Damar...
2022-12-19
0
Kiki Cahya
aunty adekmu nakalll ,😁
2022-01-07
2
Susan
jangan nackhal Lestari...
2022-01-07
2