Tomi memperhatikan sosok yang ada di seberang sana dari balik kaca jendela kantornya.
Sosok gadis berambut pirang dengan gaun berenda sepanjang lutut.
Gadis yang cantik.
Sangat cantik.
Dan dia tersenyum pada Tomi, seolah tahu Tomi menatapnya dari kaca.
Lestari?
Nama itu muncul dalam ingatan, bersamaan dengan munculnya ingatan akan mimpinya semalam.
Mimpi seolah berada di masa lalu, dan ia juga melihat gadis yang sangat cantik dengan nama Lestari.
Ya...
Dan gadis itu, yang ada di sana...
"Ayo Pak Tomi."
Tiba-tiba terdengar suara Pak Irfan dari arah pintu ruangan kerja Tomi.
Membuat Tomi terkejut.
"Ah iya Pak."
Sahut Tomi sambil menoleh ke arah Pak Irfan sebentar.
Lalu saat ia kembali menoleh ke arah kaca, gadis itu sudah tak terlihat lagi. Tomi matanya tampak sibuk mencari.
Di mana dia?
Kenapa tiba-tiba menghilang?
Tomi yang penasaran terlihat sampai harus mendekatkan wajahnya ke kaca dan melihat ke sudut jalanan yang lain.
"Ada apa sih Pak Tomi?"
Pak Irfan yang melihat Tomi seperti sedang mencari sesuatu di luar sana jadi penasaran.
Dihampirinya Tomi yang kemudian mengalihkan pandangannya lagi pada Pak Irfan.
"Saya tadi lihat ada orang asing diseberang sana."
"Orang asing?"
Pak Irfan celingak-celinguk di kaca jendela.
"Orang asing bagaimana maksudnya Pak?"
"Orang bule, ah bukan, gadis bule."
Jawab Tomi.
Pak Irfan mengerutkan keningnya.
"Gadis bule? Di kota ini? Masa sih."
Pak Irfan meragukan.
Ya kalau di kota Cirebon bisa jadi ada bule, tapi di sini?
"Mungkin hanya sekilas mirip bule saja Pak Tomi, sekarang kan banyak orang kita suka mewarnai rambut mereka menjadi pirang."
Ujar Pak Irfan sambil menepuk lengan Tomi.
"Ayo Pak Tomi, kita pergi sekarang."
Kata Pak Irfan akhirnya, yang memaksa Tomi beranjak dari dekat kaca jendela.
Tomi mengikuti langkah Pak Irfan keluar dari ruangan kerjanya, dan kemudian turun ke lantai satu untuk kemudian menuju mobil Pak Irfan.
"Pak Tomi kalau mau kredit mobil, ambil mobilnya di dealer depan saja, saya kenal pemiliknya, mobilnya masih bagus meski untuk yang sudah second."
Ujar Pak Irfan.
Tomi mengangguk.
"Nanti saya akan pikirkan Pak, ngobrol dengan isteri dulu, dan terutama biar saya hafal jalan di kota ini dulu."
Kata Tomi.
"Nah iya benar."
Pak Irfan mantuk-mantuk.
"Setelah dari kantor-kantor Notaris nanti saya ajak makan di warung paling enak di sini Pak, pokoknya sebelum besok saya pindah ke Ketanggungan-Brebes, saya akan ajak Pak Tomi lebih kenal kota ini."
Pak Irfan terlihat semangat.
"Masih awal bulan belum ada pencairan, jadi tidak usah buru-buru kerja, bulan kemarin saya sudah melampaui target, Pak Tomi santai saja. Besok baru mulai kejar target."
Tomi yang mendengar wejangan Pak Irfan jadi tersenyum.
Seniornya itu memang terkenal sebagai orang yang paling santai, tapi rengking kerjanya sangat bagus.
Pak Irfan masuk ke dalam mobilnya dan duduk di balik kemudi, sementara Tomi mengikutinya, menyusul masuk mobil dan duduk di sebelahnya.
Saat Pak Irfan menyalakan mesin mobilnya, tiba-tiba Tomi yang sedang melihat ke arah samping dari kaca mobil tak sengaja melihat gadis bule itu lagi, ia terlihat berjalan menuju ke arah Tomi.
Jarak mereka masih cukup jauh, tapi Tomi bisa melihat gadis itu melambai ke arahnya.
Tepat saat Tomi membuka kaca mobilnya, Pak Irfan melajukan mobil yang mereka tumpangi, menjauh dari depan kantor dan membuat Tomi tak bisa lagi melihat sosok gadis bule itu.
Meski Tomi sempat menoleh untuk melihat bayangannya dari kaca belakang mobil, tetap saja ia tak terlalu bisa melihat jelas sosok gadis bule itu.
"Gadis itu, Pak Irfan tadi lihat tidak?"
Tanya Tomi pada Pak Irfan.
"Lihat apa Pak Tomi?"
"Gadis bule, tadi berjalan ke arah kita."
Kata Tomi.
Pak Irfan terlihat menggeleng.
"Tidak ada bule Pak di kota ini. Paling orang ngecat rambutnya."
"Tapi tadi Pak Irfan lihat kan?"
Tanya Tomi yang jadi begitu penasaran.
Bukan apa-apa, Tomi hanya merasa aneh karena gadis itu muncul setelah Tomi semalam bermimpi sosoknya.
Biasanya yang terjadi pada orang kebanyakan adalah bertemu orangnya dulu baru memimpikannya, tapi kali ini yang terjadi pada Tomi adalah sebaliknya.
Jelas itu jadi aneh untuk Tomi.
Tomi duduk di kursi mobil sambil bersandar, wajah tampannya terlihat gusar.
Siapa dia sebetulnya? Batin Tomi.
Sementara itu, di belakang mereka. Di kursi mobil bagian tengah yang terlihat kosong, kini terlihat duduk seorang gadis cantik berambut pirang.
Ia duduk sambil menatap Tomi dari belakang.
Tatapan penuh kerinduan dan cinta.
**---------------**
Flashback,
Ki Gedhe Tirtayasa mempersilahkan para tamu kemudian menyantap jamuan yang ia hidangkan.
Nasi dengan dialasi daun pisang, lauk sambal, petai, ikan goreng, tempe dan lalaban.
"Saya ini ada tambak di padepokan, Tuan Damar rajin sekali mengurus tambak, sekarang ikannya besar-besar, sebagian kami konsumsi dan sebagian lainnya kita jual di pasar."
Ki Ageng Tirtayasa bercerita.
Mang Dayat menganggukkan kepalanya, ikut bangga dengan apa yang dilakukan Tuan Mudanya.
Lestari yang perempuan sendirian dipersilahkan makan di tempat yang berbeda, ia mengikuti Emban bernama Nyi Esih.
Nyi Esih mengajak Lestari makan di dekat dapur, setelah sebelumnya juga menunjukkan kamar yang akan digunakan Lestari nantinya.
"Tuan muda Damar di sini sudah lama ya Nyi?"
Tanya Lestari saat bersiap makan juga dengan Nyi Esih.
"Iya sudah cukup lama, sepertinya sekitar empat tahunan, saat dia empat belas tahun."
Kata Nyi Esih yang memberikan kelapa muda pada Lestari.
"Berarti usia Tuan Muda sekarang delapan belas?"
Tanya Lestari.
Nyi Esih tersenyum penuh arti sambil mengangguk.
"Dia tampan sekali ya? Banyak gadis di kampung ini tergila-gila padanya, tapi dia orangnya sangat kalem, tidak suka macam-macam."
Tutur Nyi Esih.
Lestari terlihat tersenyum.
Hatinya begitu lega dan senang. Desiran halus terasa begitu indah di dalam hatinya.
"Tuan Muda Damar sehari-hari hanya belajar saja di padepokan, ia keluar dari padepokan hanya saat akan ke pasar menjual ikan hasil tambak, atau mencarikan kayu untuk kami para emban memasak."
"Hmm begitu, dia pasti sangat pandai."
Lestari senyum-senyum sambil bergumam.
"Ya, dia sangat pandai, teman dekatnya di sini namanya Samsul, dia adalah abdi padepokan yang usianya hampir sama dengan Tuan Muda."
Tutur Nyi Esih.
"Dari Samsul kami sering dengar kepandaian Tuan Muda Damar, ia hampir pandai dalam semua mata pelajaran, ia juga sangat ingin ikut berjuang memerdekakan Negara ini."
Lestari mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Besok kalian akan mulai sering bertemu karena belajar bersama, nanti juga akan tahu banyak soal Tuan muda, Nona Lestari."
Mendengar apa yang diucapkan Nyi Esih, membuat Lestari hampir tersedak.
Ia malu jika langsung ketahuan menaruh hati pada Damar, sementara sebetulnya mereka baru saja bertemu.
**--------------**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Alexandra Juliana
Hantu Lestari sdh mulai mengganggu Tomi niihhh...
2022-12-19
0
Ganuwa Gunawan
ini s lestari.
kekelayaban bae ya..
bukan diem diem nangkring d pohon
2022-06-01
2
KadalKocak
samsul..sarua jeung ngaran ucing urang thor..🤣🤣🤣
2022-03-02
0