Tomi menghela nafas.
Gadis cantik berambut pirang, siapa dia? Lestari? Kenapa aku memimpikannya?
Bingung Tomi dan merasa sangat aneh.
Tak sadar ia sesosok gadis berdiri di dekatnya, sambil menatap dengan senyumannya.
Tomi akhirnya memutuskan menutup laptopnya. Hari masih terlalu larut untuk ia bangun.
Tomi meletakkan laptopnya di atas meja dekat tempat tidur, setelah itu ia merebahkan diri di samping Nilam yang masih pulas tertidur.
Tomi kemudian mendekatkan tubuhnya ke tubuh sang isteri, untuk kemudian memeluknya dengan hangat.
Lestari menatap jengkel ke arah Tomi dan Nilam, hantu itu melayang ke arah Nilam.
Jelas ia yang ingin dipeluk Damar.
Sudah lama sekali, sudah berpuluh tahun ia menantikan hari ini.
Lestari mendekati tubuh Nilam, berniat masuk ke dalam tubuh Nilam yang masih tertidur lelap.
Tapi...
Lestari terpental.
Ada sesuatu yang melindunginya.
Lestari menatap pintu kamar.
Bik Surti. Pasti ini ulahnya.
Lestari mendengus.
Ditatapnya Tomi yang kini mulai memejamkan matanya dan meneruskan tidurnya di sisi sang isteri.
Lestari tak bisa mendekatinya karena memeluk Nilam, dan situasi ini sangat menyebalkan untuk Lestari.
Lestari yang kesal dan merasa sangat jengkel akhirnya melayang keluar dari kamar Tomi.
Enggan melihat titisan Damar cintanya itu justeru tidur dengan memeluk perempuan lain.
Lestari berlinang air mata. Dadanya sesak dan terasa begitu sakit seolah tertusuk pisau.
Hantu itu melayang ke atas atap rumah yang ditempati Tomi dan Nilam. Ia duduk di sana. Termangu seorang diri.
Rambutnya yang panjang meriap-riap dibelai air malam yang dingin.
"Kang Damaaaar... Kang Damaaaar..."
Suara Lestari seolah rintihan di tengah malam. Suara yang kemudian di bawa sapuan angin dan bisa di dengar beberapa telinga manusia yang masih terjaga.
Termasuk Bik Surti di kamarnya.
Bik Surti menghela nafas, perempuan itu tengah sibuk membuat sesuatu.
"Lestari... Sampai kapan kau akan menunggu Kang Damar mu? Tak bisakah kau melepasnya saja? Kenapa tak pergi saja dengan tenang? Kenapa memilih menyiksa diri."
Gumam Bik Surti seolah Lestari akan mendengarkannya.
💦💦💦💦💦
Pagi harinya, Tomi tampak sudah rapi dengan kemejanya untuk berangkat ke kantor Koperasi simpan pinjam yang sudah memiliki lebih dari dua ratus lima puluh kantor cabang di pulau Jawa itu.
Nilam yang membantu mengancingkan kemeja Tomi terlihat tersenyum malu manakala Tomi tiba-tiba mencuri ciuman pada bibirnya.
"Sudah lebih baik pagi ini?"
Tanya Tomi.
Nilam mengangguk.
"Mungkin benar kata Ibu, aku terlalu kelelahan."
Kata Nilam.
Tomi mengangguk.
"Ya, kamu terlalu lelah dan juga terlalu stres karena harus pindah jauh dari orangtua saat kita baru menikah."
Ujar Tomi.
"Iya."
"Nanti lama-lama juga semua akan terasa normal lagi, kamu hanya butuh waktu, tapi tetap jangan kecapean, yah."
Tomi merangkul Nilam untuk keluar kamar.
"Kamu akan lembur Bang hari ini?"
Tanya Nilam.
"Jangan lembur dulu, kalian ini masih pengantin baru, kerjalah secukupnya saja, lebih baik kerja di rumah, Ibu sudah ingin punya cucu."
Tiba-tiba Ibunya Tomi muncul dari ruangan dekat kamar Tomi yang akan digunakan sebagai ruang kerja.
Ibunya Tomi dan Bik Surti sedang bebenah di sana.
"Pelan-pelan dong Bu, nanti kalau sudah waktunya kan juga pasti akan dapat."
Sahut Tomi.
"Ya kan usaha itu harus Tomi, kalau kamunya kerja terus, masa Nilam mau hamil sendiri."
Kesal Ibunya Tomi pada putranya yang jadi tertawa.
Nilam sendiri yang semula akan ikut tertawa tiba-tiba terganggu dengan matanya yang tanpa sengaja seperti melihat sekelebat bayangan di luar jendela ruangan yang kini tengah dirapikan Bik Surti.
Ruangan yang pintunya dibuka lebar dan kini Nilam berdiri di depannya membuat Nilam memang leluasa melihat apa yang terjadi di sana, dan posisi jendela kaca besar yang bisa dilihat dengan jelas dari pintu semakin membuat Nilam lebih mudah menangkap gerakan bayangan tadi.
Nilam sejenak mengeratkan pegangan tangannya pada lengan Tomi.
Tomi yang merasakan tangan Nilam menggenggam lengannya lebih erat jadi terkesiap dan menatap Nilam.
"Ada apa sayang?"
Tanya Tomi pada Nilam yang seperti tak bisa melepaskan pandangannya ke arah jendela ruang kerja Tomi.
Bik Surti yang menyadari Nilam seperti melihat sesuatu, akhirnya memilih keluar dan langsung menutup pintunya.
"Saya sudah menyiapkan sarapan, sebaiknya semua sarapan dulu, sambil Tuan Tomi menunggu jemputan mobil kantor."
Kata Bik Surti.
Tomi pun mengangguk setuju, lalu mengajak Nilam menuju ruang makan mengikuti Bik Surti dan Ibunya yang juga langsung setuju dengan Bik Surti untuk sarapan dulu.
Sekitar pukul setengah tujuh pagi, saat akhirnya driver kantor datang dengan mobilnya menjemput Tomi tepat saat mereka sudah menyelesaikan sarapan.
Tomi pamit pada Ibunya.
Nilam mengantar Tomi hingga ke teras depan rumah.
"Mau dibelikan apa nanti?"
Tanya Tomi.
Nilam menggeleng saja.
"Aku cuma ingin kamu pulang tidak terlalu malam."
Kata Nilam.
Tomi pun tersenyum lalu mengangguk.
Diciumnya kening isterinya itu penuh kasih sayang.
"Kalau jenuh, mulailah menulis lagi, kamu sudah lama kan tidak menulis?"
Nilam tampak tersenyum saja.
Daripada menulis, Nilam justeru lebih ingin melukis sekarang.
"Aku berangkat ya."
Kata Tomi.
Nilam mengangguk.
Tomi berjalan menuju mobil yang terparkir tak jauh dari teras rumah, tepat di dekat pohon besar di depan rumah yang ia tempati.
Nilam melambaikan tangannya pada Tomi yang masuk ke dalam mobil.
Mobil bergerak pelahan meninggalkan halaman, Nilam menurunkan tangannya dan berhenti melambai.
Ia tercenung sejenak.
Mengingat lagi bayangan gadis Belanda di jendela ruang kerja Tomi dan juga bayangan yang sepintas tadi berkelebat juga seperti mirip gadis itu.
Ah ada hantu di rumah ini, dan Bik Surti membenarkannya.
Apa dia hantunya?
None Belanda itu?
Siapa dia?
Kenapa dia jadi hantu dan menampakkan diri padaku?
Hati Nilam bertanya-tanya.
Sementara itu, di dalam perjalanan hingga kantor, Tomi terus teringat mimpinya semalam.
Mimpi gadis cantik bernama Lestari.
Entah kenapa ia memimpikan seorang gadis yang bahkan sepanjang hidupnya ia tak pernah mengenalnya.
"Pak Tomi, selamat pagi."
Pak Irfan selaku manager sebelumnya di kantor cabang tersebut menyambut hangat, begitu juga dengan staf yang lain.
Setelah sambutan-sambutan sederhana, dan juga melakukan ritual wajib kantor mereka sebelum kantor dibuka, Tomi akan diajak Pak Irfan untuk mengunjungi beberapa kantor Notaris yang menjadi relasi mereka selama ini.
Selain mengenalkan Tomi selaku manager kantor cabang yang baru, Pak Irfan tentu saja sekalian pamit pada para Notaris yang selama ini membantu banyak proses pencairan di Koperasi mereka.
"Ah tunggu sebentar Pak Tomi, saya ambil sesuatu dulu di atas."
Kata Pak Irfan.
Tomi mengangguk.
Sambil menunggu Pak Irfan kembali, tampak Tomi berdiri di dekat jendela ruangannya di kantor.
Ia menatap keluar kaca jendela.
Tomi melihat hilir mudik kendaraan dan juga manusia yang lewat di sekitar kantornya yang letaknya memang tak jauh dari pusat perbelanjaan dan juga beberapa dealer showroom mobil.
Hingga...
Mata Tomi tanpa sengaja melihat sesosok gadis cantik berambut pirang berdiri di seberang jalan.
Ia seolah menatap ke arah Tomi.
Gadis itu tersenyum.
Cantik.
Cantik sekali.
Tomi terkesiap.
"Lestari..."
💦💦💦💦💦
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Ganuwa Gunawan
mungkin kang Damar nya lgi nge ronda d kampung nyang cuman ada sebelah..
2022-06-01
2
Sisilia Nopita Sari
suka bngt sma sosok visual nya thor,,cucoookkk
2022-04-29
2
KadalKocak
mulustrasi na lestari..meni geulis kitu euy..bisaan si othor neangan gambar na euy..🤣🤣
2022-03-02
0