Tomi yang dalam keadaan lelah dan seharusnya ingin istirahat, mendapati suasana rumahnya semrawut jadi pusing tujuh keliling.
Laki-laki muda tampan itu memilih keluar dari rumah, berharap semua kepenatan di dalam kepala dan dadanya bisa menguap.
Tomi tampak mengambil nafas, mencoba menenangkan diri.
Ia lamat-lamat masih mendengar suara Nilam di kamar seperti menjerit histeris.
Tomi mencengkram kepalanya dengan kedua tangannya.
Entah apa yang harus ia lakukan.
Ia sebetulnya hanya ingin Nilam lebih tenang sedikit, tidak terlalu terbawa pikiran dan perasaannya yang tidak-tidak.
Tapi...
Ah sial!
Tomi yang kesal meninju pilar rumahnya, lalu ia tampak terduduk di kursi teras.
Tomi duduk bersandar di sana, dengan posisi wajah menengadah ke atas dan mata terpejam.
Dalam keheningan malam yang semakin merayap, Lestari pelahan melayang ke arah Tomi.
Hantu itu berdiri di samping Tomi, mengulurkan tangannya untuk mengusap wajah Tomi yang saat ini matanya terpejam.
Tampan...
Ia masih setampan dulu.
Lestari tersenyum.
Tatapan hantu itu begitu penuh cinta dan kerinduan.
Tomi yang merasakan wajahnya seperti diusap sesuatu yang dingin dan lembut tampak pelahan membuka matanya.
Kosong.
Sepi.
Tak ada siapa-siapa di sana.
Tomi sama sekali tak melihat Lestari yang berdiri di sampingnya, membungkukkan tubuhnya ke arahnya, dengan wajah yang begitu dekat dengan wajahnya.
Sementara itu, di kamar Nilam yang sudah lelah menjerit terlihat meringkuk di atas tempat tidur.
Menangis sampai rasanya matanya kini kering karena semuanya terasa tumpah seluruhnya.
"Kenapa kau juga tak mempercayaiku Bang? Jika kau tak percaya lalu aku harus bicara pada siapa lagi?"
Rintih Nilam sendirian.
Tok tok tok...
Terdengar suara ketukan di pintu kamar, Nilam yang berharap itu Tomi langsung tampak bangkit.
Tapi Bik Surti ternyata yang ada di sana.
Bik Surti menatap Nilam dengan iba.
Nilam kembali ke posisinya, meringkuk dengan berlinang air mata.
Ia terlihat begitu tertekan, sungguh Bik Surti rasanya tak sampai hati melihatnya.
"Nyonya..."
Bik Surti baru akan masuk ke dalam kamar Nilam, tapi Nilam lebih dulu meminta Bik Surti pergi.
"Tinggalkan aku Bik, aku ingin sendiri."
Kata Nilam.
"Nyonya..."
Bik Surti ingin tetap mendekat, namun Nilam kembali histeris, tampaknya ia sangat tertekan sekarang.
Bik Surti akhirnya memilih mengalah, tepat saat Tomi kembali masuk ke dalam rumah.
"Sudah Bik, biarkan saja, saya yang akan mengurus Nilam. Tolong Bik Surti ke kamar Ibu saja, barangkali Ibu butuh diambilkan sesuatu."
Ujar Tomi.
Bik Surti pun mengangguk.
Tampak Bik Surti kemudian berjalan menjauhi kamar.
Sementara Tomi menutup pintu depan rumah lalu menguncinya.
Tomi melangkah pelan menuju kamarnya lagi, berdiri sejenak di dekat pintu menatap Nilam yang meringkuk di atas tempat tidur.
"Mau seperti ini terus? Kamu sudah bukan lagi gadis kecil Nilam, sadarlah."
Kata Tomi yang kemudian mengambil satu persatu bantal tidur di atas lantai.
Tomi meletakkannya kembali di atas tempat tidurnya.
"Aku mau pulang."
Kata Nilam.
Tomi menghela nafas.
"Sudah Nilam, jangan buat aku marah lagi."
Kata Tomi dengan suara yang berusaha ia tekan serendah mungkin.
Nilam menyeka air mata di wajahnya sambil bangun dari posisinya.
"Buat apa aku di sini, kamu bahkan tidak mendengarkan aku sama sekali. Daripada aku gila sendirian, lebih baik aku pulang saja."
Kata Nilam.
Tomi duduk di tepi tempat tidur.
"Sayang."
Tomi mencoba mengulurkan tangannya untuk meraih Nilam, tapi Nilam segera menampiknya.
"Apa harus sejauh ini Nilam? Rumah tangga kita baru hitungan bulan, masalah yang terjadi ini juga hanya karena kamu lelah saja."
"Aku tidak gila Bang! Aku bisa membedakan kapan aku berhalusinasi dan tidak!! Aku juga tahu aku lelah, tapi aku tak lantas jadi lihat hantu!!"
Nilam benar-benar kesal.
Ia begitu emosi menghadapi situasi ini.
Tomi yang sudah buntu akhirnya meraih hp nya, dicarinya nomor hp mertuanya.
"Kamu mau apa?"
Tanya Nilam.
"Menelfon Ibumu."
Sahut Tomi.
"Buat apa?"
Tanya Nilam.
"Tentu saja agar tahu kamu seperti apa sekarang, betapa kamu sekarang tidak mau mendengarkanku, dan begitu keras kepala!!"
"Itu karena kamu juga tidak mendengarkan aku!!"
"Kamu ribut soal hantu terus, kamu heboh soal bunga sedap malam, yang nyatanya kamu sendiri yang memetiknya."
"Aku tidak melakukannya!!"
"Tapi Pak Dadang melihatmu, siang tadi di kantor aku juga menemukan bunga sedap malam di meja, aku tanya pada staf dan Pak Dadang yang membawanya, dia cerita itu kamu yang kasih, dan Pak satpam koperasi juga lihat Nilam."
Tomi benar-benar tak habis pikir kenapa Nilam jadi senang drama dan juga berbohong.
Demi apa dia melakukannya sebetulnya?
Nilam tangannya meremas sprei tempat tidurnya. Tangannya gemetaran. Ia yakin ia tak melakukannya. Lalu siapa itu?
"Aku telfon Pak Dadang jika kamu terus mengelak."
Ujar Tomi.
Tomi lantas menelfon Pak Dadang, dengan suara panggilan yang sengaja di tinggikan.
Tak lama terdengar Pak Dadang menerima panggilan Tomi.
"Ya Pak."
Suara Pak Dadang di seberang sana terdengar berat.
"Pak Dadang, langsung dan singkat saja, Pak Dadang siang tadi meletakkan bunga sedap malam di atas meja saya dari mana?"
Tanya Tomi.
Tatapannya ke arah Nilam yang duduk di atas tempat tidur.
"Dari Bu Nilam, Pak, beliau ke kantor membawa bunga."
"Bohong!"
Nilam membantah.
"Dia tidak mengaku membawanya Pak."
Kata Tomi.
"Demi Tuhan Pak, bahkan satpam juga lihat, tukang parkir toko di sebelah koperasi juga pasti lihat. Bu Nilam datang naik angkutan."
Nilam gemetaran.
"Tidak mungkin, bagaimana mungkin aku naik angkutan, aku bahkan tidak tahu jalan di sini Bang."
Nilam menatap Tomi, ia sangat berharap Tomi merasakan jika itu terlalu janggal.
"Memang pagi tadi saya lihat Bu Nilam petik bunga sedap malam cukup banyak, malah Bu Nilam sempat menyapa saya di teras. Bukan begitu Bu?"
Suara Pak Dadang.
Nilam menggeleng.
"Tidak, kamu dengar kan Bang, aku bahkan sepanjang pagi tadi menemanimu sarapan, apa kau lupa."
"Saat aku mandi."
Kata Tomi.
Nilam menghela nafas.
"Saya bertemu Bu Nilam saat saya baru sampai menjemput Pak Tomi yang sedang sarapan kata Bik Surti, karena tak lama setelah Bu Nilam masuk, memang Bik Surti keluar."
Tomi begitu mendengar cerita Pak Dadang yang detail akhirnya menatap Nilam.
"Sekarang kau percaya, dia bukan aku, hantu itu menyerupai aku, dia menyerupai aku..."
Nilam ketakutan luar biasa.
Tomi meraih Nilam dan segera memeluknya.
"Baiklah Pak Dadang terimakasih, nanti saya hubungi lagi."
Ujar Tomi yang kemudian mengakhiri panggilannya.
"Sudah kubilang ada hantu... Sudah kubilang ada hantu."
Lirih Nilam dalam pelukan Tomi yang masih sulit mengerti apa sebetulnya yang terjadi.
💦💦💦💦💦
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
novita setya
nek wong urip ngono karuane tak jak gelud..lah iki demit jeeee lawane ampooon dijeee
2024-06-23
0
Shely_03💜
minta di ruqiyah,nih si Lestari🤨
2022-07-25
2
༺❥ⁿᵃᵃꨄ۵᭄
ayoooo lh tomi prcayalh sama istri mu yg di ucpkn istri mu bnr ada nya soal nya aq pun tw jga dri isi cerita yg qu bca saat ini,,,,,
100% istri mu BENAR,,,, PERCAYALAH,,,,😢😢
2022-02-28
1