...“Kau terlahir dengan gen pejuang....
...Jadilah kuat, hadapi rintangan....
...Harapan keluarga berada pada dirimu.”...
Agustus 2034. Kelas 1 SMA.
Mina dan Nagi telah berada di bangku SMA. Mereka masuk dalam SMA 1 Bunga yang desas-desusnya adalah sekolah terfavorit dan letaknya pun di tengah kota. Oleh sebab itu, tidak heran jika persaingan pun ketat di dalam sekolah ini.
Bagai mendapat durian runtuh, Mina dan Nagi telah terdaftar sebagai murid dari sekolah terfavorit, ditambah lagi masuk ke kelas unggulan. Dan di dalam kelas itu, mereka bertemu orang-orang dengan berbagai macam karakter.
Satu karakter yang sama, ambisius.
...***...
Hari pertama masuk sekolah,
Nagi telah datang dan memilih tempat duduk di belakang. Ia berkenalan dengan teman sebangkunya. Namanya Rafli, yang postur tubuhnya lebih pendek dari Nagi.
Sekedar perkenalan biasa, karena percakapan mereka terputus oleh guru yang telah masuk ke kelas. Kali ini pelajaran pertama adalah kimia.
Mina turun dari motor, kemudian menyalami ibu dan berlari menuju kelas. Ia meninggalkan ibu yang sibuk meletakkan helm yang telah dipakainya.
Kelasnya berada di paling ujung, sehingga letaknya terasa sangat jauh. Dengan nafas yang berderu, akhirnya Mina sampai dan mengetuk pintu kelas.
Ternyata bu guru telah masuk. Membuat Mina panik dan menunduk malu. Kedua netranya melihat gestur guru yang ternyata justru tersenyum kepadanya.
“Silahkan masuk, Nak.”
Nagi melihat Mina dan mencoba mengingat lagi seseorang yang mirip Mina di tempat les. Tak butuh waktu yang lama, akhirnya Nagi mengingatnya dan bergumam dalam hatinya.
Itu dia! Dulu Revan menyukainya. Tapi aku lupa namanya, siapa ya? Dia lumayan cantik. Di kelas unggulan ini banyak yang cantik ya.
Mina mendapat tempat duduk di pojok paling belakang dan dekat dengan jendela luar. Di sampingnya telah duduk seorang perempuan.
Teman perempuan itu memulai perkenalan dengan berbisik pada Mina, karena bu guru melanjutkan penjelasan materi kimia.
“Kenalin, namaku Risa. Kalau kamu?”
“Namaku Mina.”
Obrolan mereka terhenti ketika ada sosok yang masuk ke kelas. Ia telat, namun lebih telat dari Mina.
Kali ini Bu guru menghentikan murid yang telat itu, dan menyuruhnya memperkenalkan diri. Ia mengangguk dan mulai memperkenalkan diri.
“Saya biasa dipanggil Harish.”
“Oke Harish, silahkan duduk,” ujar Bu guru.
“Terima kasih, Bu.”
Mina terkejut bukan main saat melihat sosok yang sangat ia kenali. Murid yang telat itu adalah seseorang yang masih membuat jantung Mina berdegup kencang saat SMP.
Dan saat ini, ia sekelas dengan Mina.
Kali ini aku harus senang ataukah sedih? Aku belum pernah berharap akan sekelas dengannya. Ku kira dirinya akan masuk SMA lain. Tapi ini? Dia di kelas ini, sekelas denganku, batin Mina.
Harish duduk di bangku yang berseberangan dengan bangku Mina.
Ketika Bu guru bertanya kepada para murid dan tidak ada yang mau menjawab. Maka Bu guru menyuruh Harish menjawab, karena tadi ia yang datang terlambat. Itulah alasan beliau supaya ada yang menjawab.
...***...
Pulang sekolah, Mina menunggu ibu menjemput di dekat gerbang sekolah. Tiba-tiba ada yang memanggil namanya, dan suara itu tak asing bagi Mina.
“Mina!” seseorang meneriakkan namanya.
“Ayah? Ayah!” Mina segera berlari dan bertemu Ayah Amin.
“Ayo pulang! Ini helmnya dipakai terlebih dahulu,” titah ayah yang segera dilaksanakan olehnya.
Mina memakai helm, kemudian menaiki motor dan ayah memboncengnya pulang ke rumah.
Nagi dan Rafli berjalan bersama menuju parkiran. Di belakang mereka, Harish memanggil nama mereka dan tersenyum. Mereka kembali larut dalam obrolan sembari berjalan.
Nagi mulai menemukan teman-teman baru. Mereka juga baru tahu kalau Nagi menge-kos di dekat sekolah.
“Kapan-kapan kita mampir ke kosan mu ya, Nag!” ucap Rafli.
“Terus nanti mampir ke rumah ku juga ya. Aku punya PS loh,” sambung Harish.
Nagi mengiyakan dan merangkul teman-temannya itu. Kemudian mereka berpencar ke arah motor masing-masing. Nagi memakai helm dan menaiki motornya.
“Wah, hai Nagi!” panggil seorang perempuan dari belakangnya.
Nagi membalikkan badannya dan tersenyum dibalik helmnya. Ia tidak mengenalnya, dan perempuan tersebut mengenalkan diri.
“Namaku Beby. Aku tahu kamu dari Rafli tadi. Hehe."
Beby menjulurkan tangannya dan Nagi menerimanya, mereka saling bersalaman. Ia memperkenalkan dirinya lagi kepada Beby.
Beby, seorang perempuan yang cantik bak model dan kulitnya putih. naNagi berpamitan pulang padanya dengan tingkah yang masih agak kaku. Sedangkan Beby membalasnya dengan anggukan, ditambah senyum manisnya.
...***...
Sampai di rumah,
Mina bertanya pada ayah tentang pukul berapa tadi beliau sampai di rumah. Ayah menjawab sekitar pukul 1 siang.
Ayah bekerja di luar kota dan seminggu sekali kembali ke rumah. Sebenarnya Mina tidak ingin menjadi beban ayah.
Namun apa daya, kadang dirinya menciptakan masalah seperti laptop yang tiba-tiba error, minta pulsa buat internetan, mengisi tinta printer dan yang lainnya.
Di kosan, Nagi segera merebahkan tubuhnya. Lalu suara telepon masuk dan segera ia mengangkatnya. Telepon tersebut ternyata dari Ibu Nasya.
Beliau menanyakan apakah saat ini Nagi telah di kosan? Nagi mengiyakan dan juga memberitahu kalau ia telah membeli makan siang di warung terdekat.
Ibu mengiyakan dan menasihati Nagi supaya ia menjaga kesehatannya serta menjaga kelakuannya selama bersekolah di kota.
Maksudnya adalah, “Jangan pacaran lagi ya, Nag. Sekolah yang baik dan belajar yang rajin, oke?”
“Oke, Bu! Nagi janji kok.”
Selesai menelpon, Nagi memikirkan Beby. Kali ini ia merasa hatinya menyukai wanita bak superstar itu karena mulai menerangi hatinya yang sempat gelap oleh Lely.
Langit barat merasa malam mulai berjalan bersama dirinya, yaitu malam yang diterangi oleh bintang-bintang dan bulan purnama. Ah, pasti banyak yang menyukai malam hari. Namun perkataan ibu yang melarangnya untuk pacaran membuat pikirannya berlawanan dengan hatinya.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Dhina ♑
184
seharusnya 841
2021-01-27
1
❤️YennyAzzahra🍒
lnjutt
2020-10-01
1
ayyona
like like duyu 😎😍
2020-09-21
1