...“Tak apa, jangan pasrah dan menyerah....
...Doamu dulu adalah membuat bahagia semuanya,...
...Apa sudah?”...
Mei 2031. Hari-H wisuda SD.
Mina telah berada di salon sejak jam 5 pagi yang diantar oleh ibu. Ia dirias dengan rambut panjangnya yang diurai ke samping kiri dan diberi bunga sebagai hiasan pada rambutnya. Setelah dari salon, ayah menjemput Mina menuju sekolah dengan motor.
Nagi berdandan ala kadarnya. Dengan kemeja, jas, celana dan dasi. Ditambah menyisir rambutnya yang dibantu oleh ibu, membuatnya menjadi lebih tampan untuk seharian ini.
“Eh, Nag! Ini lipstick-nya pakai dulu ya,” kata Mogi.
“Apa?! Ngga mau!” bentak Nagi yang melarikan diri.
“Mogi! jangan ganggu adikmu. Hm,” kata ibu yang kesal dengan tingkah anak sulungnya.
...***...
Saat acara wisuda,
Mereka berdua adalah kebanggaan kedua orang tuanya. Saat pengumuman rank 1 hingga 3, Nagi memperoleh juara 1 di sekolahnya. Sedangkan nilai ujian sekolah tertinggi didapatkan oleh Mina.
Walaupun dari sekolah yang berbeda, Mina dan Nagi sama-sama mampu membanggakan orang tuanya.
Jika suatu saat nanti mereka bersatu, apakah akan bisa bahagia? Atau bahkan memang tidak bersatu?
...***...
Juni 2031. Saat liburan tiba.
Mina sekeluarga akan pergi berlibur ke rumah nenek di kota Biru. Mereka menaiki bis yang melewati jembatan, untuk menyebrangi lautan.
Mina bisa merasakan bagaimana rasanya melewati jembatan. Menurutnya, biasa saja sih.
Akan tetapi, pemandangan laut dengan pepohonan di atas pulau membuatnya begitu terharu. Biru dan hijau yang menyatu serta senja yang menyilaukan, hal tersebut membuat ia bersyukur pada Tuhan yang telah melukisnya dengan indah.
Mereka telah sampai di terminal kota Hijau. Setelah itu, mereka harus turun dan mencari bis lagi dengan tujuan kota Biru.
Pada pukul 8 malam, Mina dan keluarganya telah sampai di rumah nenek. Di sana telah berkumpul nenek, dan keluarga paman yang merupakan adik dari Ibu Nusa. Dua hari lagi mereka merencanakan akan berjalan-jalan ke kebun teh.
...***...
Esok harinya, pagi di rumah nenek.
“Eh, semuanya! Ada berita gembira nih!” ucap Paman.
Semua menatap paman dan beliau melempar senyum lebar kepada semua yang menatapnya. Paman mengatakan bahwa beliau telah menemukan mobil sewaan yang esok hari bisa digunakan untuk jalan-jalan ke kebun teh. Semua menyambut dengan gembira, termasuk Mina dan adik-adiknya, yakni Dina dan Sasa.
Di sisi lain, Nagi menelpon Lely. Dia mengajak untuk mengisi liburan dengan jalan-jalan. Lely mengiyakan dengan nada ketus melalui telepon.
“Kamu masih marah ya? Maaf ya Lel, aku ngga akan bermain PS lagi deh.”
“Kamu harusnya masih ingat kalau sudah punya aku, Nag. Ngga apa kamu bermain PS, tapi ingat waktu juga, Nag.”
Nagi hanya mengiyakan setiap omelan dan celotehan yang dikeluarkan oleh Lely. Ia bertanya lagi, apakah Lely mau jalan-jalan bersamanya?
Jawaban Lely adalah ya! Ia ingin ke pelabuhan saja. Nagi mengiyakan dan segera bersiap.
...***...
Sore hari, di rumah Lely.
Lely menyambut Nagi Nagi wajah yang berseri-seri. Sedangkan Jafar melihatnya dari atas sampai bawah. Dia berbisik dalam hati, Mengapa ia semakin berisi?
Lely membuyarkan lamunan Nagi dengan mengatakan, “Ayo, Nag!”
Mereka menaiki sepeda masing-masing dan pergi menuju pelabuhan. Sampai di sana, mereka duduk di pinggir pantai sembari mengobrol bersama dari yang penting hingga yang paling ngga masuk akal.
“Gimana ya, nanti rasanya SMP?”
“Hm... aku liat mas Gi. Dia biasa aja sih,” jawab Nagi.
“Nanti kita harus menghadapi ospek ngga sih? Oh tidak!”
“Iya, itu juga sih. Nanti kan berkelompok, supaya lebih mudah dan cepat ngerjain tugasnya. Santai aja,” jelas Nagi.
Mereka mengobrol dengan penuh senyum dan canda tawa, menikmati desiran ombak laut, angin yang mengalun, serta langit oranye dari matahari yang siap untuk tenggelam di ufuk barat.
...***...
Esok hari, pukul enam pagi.
Mina dan keluarganya telah berada di perjalanan menuju kebun teh. Mereka menaiki mobil sewaan selama sehari yang dikendalikan oleh paman. Selama kurang lebih 3 jam perjalanan, sampailah mereka di kebun teh.
Di sana, cuaca sedang mendung karena awan kelabu sedang menyelimuti. Ditambah angin yang begitu dingin, membuat tangan Mina menggigil.
Mereka berkeliling sebentar melewati warung-warung dan toko-toko. Di sana juga terdapat taman disertai air mancur, menjadikannya pemandangan yang indah untuk diabadikan melalui kamera ayah.
Lagi-lagi Lely mengajak Nagi untuk jalan-jalan. Namun, kali ini Lely dijemput oleh Nagi dan tiga temannya, salah satunya adalah Revan.
Nagi memberi alasan bahwa lebih seru jika jalan-jalan bersama daripada hanya berdua saja. Lely memasang senyum terpaksa, dan segera menaiki sepedanya.
Kali ini mereka bersepeda menuju Mercusuar kuno peninggalan penjajah pulau kecil ini. Perjalanan mereka ditempuh selama 45 menit untuk sampai di sana.
...***...
Sampai di mercusuar.
Mereka menaiki satu persatu anak tangga dengan perlahan, karena masih kelelahan setelah bersepeda.
Tanpa rasa menyerah, akhirnya sampailah mereka di puncak mercusuar. Semua merasa senang dan Revan mempersiapkan kameranya.
“Ayo! semua bergaya!”
Lely menggandeng Nagi supaya lebih dekat dengannya. Revan memotret mereka dengan latar belakang langit biru yang menyatu dengan laut biru, ditambah cuaca yang sedang terik, menghasilkan foto begitu indah.
Namun salah satu temannya merasa heran. “Eh, kalian kok dekat banget? Kayak lagi pacaran gitu.”
Nagi melepas tangan Lely, kemudian beralasan bahwa teman dekat memang kadang lepas kendali, dimana ketika merasa senang atau sedih, tiba-tiba saja saling menyentuh untuk mentransfer perasaan yang seperti itu.
Semua temannya mengiyakan hal itu, kecuali Revan dan Lely yang terdiam dan matanya melebar. Mereka terkejut terhadap sikap Nagi yang menyembunyikan hubungan asmaranya.
...***...
Saat sesi foto bersama, ibu dan nenek pergi ke loket untuk membeli tiket kereta yang nantinya akan membawa mereka berkeliling kebun teh.
Setelah itu, mereka semua menaiki kereta dan berkeliling melihat kebun teh yang cukup luas dan menyejukkan mata karena semuanya berwarna hijau muda yang segar, ditambah cuaca mendung yang mendatangkan angin segar.
Selesai berfoto, satu-persatu mereka kembali menuruni anak tangga. Nagi menjadi yang terakhir menuruni anak tangga. Sembari menunggu teman-temannya turun, ia memandang langit biru dan laut biru yang menyatu itu.
Apa ini? Mengapa tadi aku merasa tindakanku itu benar? Aku ngga tahu. Dengan melihat pemandangan ini, rasanya ada sesuatu yang terhubung denganku, pikir Nagi.
Mina hanya melihat pemandangan yang membuat matanya berbinar. Dibalik itu, Mina membayangkan dirinya yang sebentar lagi akan masuk SMP, akan seperti apa SMP itu, dan siapa saja yang akan ia temukan di SMP tersebut.
Selain itu, pemandangan tersebut membuat Mina merasa terhubung dengan entah apa itu.
Turun dari kereta, ayah tetap memotret sana-sini hingga membuat Mina dan lainnya terus tersenyum dan berpose. Mereka menikmati hari ini yang begitu menenangkan dengan menghirup udara segar.
Namun ayah bercerita di sini harus hati-hati terhadap binatang melata, terutama ular dan ulat. Sehingga mereka mempercepat jalan untuk keluar dari perkebunan menuju warung terdekat dan melepas penat.
Begitupun dengan Nagi dan teman-temannya, mereka kembali mengayuh sepeda untuk pulang. Akan tetapi, mereka berhenti di warung untuk makan siang sebentar. Barulah melanjutkan kembali perjalanan pulang.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
ARSY ALFAZZA
besok-besok lagi 😅
maaf merusuh😂
salam sayang selalu ❤️
2021-03-15
2
Dhina ♑
bukan komen yang tidak nyambung, tapi jejak harus di cetak
2021-01-27
1
🆀🅻>> ̷U̷l̷f̷a̷ eff <<🦚♛⃝꙰𓆊
Mercusuar koreakah
2020-12-14
1