17. Kesalahan Yang Manis

Nurma mengerutkan kening, tak percaya apa yang dilihatnya. Melalui temaram cahaya, ia melihat Prabu membopong seseorang masuk ke dalam kamar. Ini memang bukan kali pertama ia mendapati hal serupa. Akan tetapi, ia penasaran sekarang. Benarkah yang dilihatnya dalam gendongan Prabu adalah Tiara?

Terdesak penasaran, kepala pelayan itu menuju kamar baru Tiara, yang letaknya tak jauh dari kamar Sundari. Awalnya ia ingin mengetuk pelan, tapi urung saat menyadari pintu berukir indah itu tak terkunci.

Mengayun langkah tenang dan waspada, Nurma masuk dan mengedarkan pandangan ke seluruh ruang. Tak ada sosok Tiara di dalamnya, pun kamar mandi yang kosong. Sejenak kemudian, Nurma duduk di tepi ranjang, lalu mengusap pelan permukaan nan lembut.

“Jadi benar, tadi itu kamu, Tiara?” gumam Nurma. Mengiring kekecewaan yang tiba-tiba menguar dalam hati, untuk Tiara. Gadis baik yang selama ini ia kagumi.

Mata wanita paruh baya itu berkaca-kaca, tak tahu harus berbuat apa. Sejak awal kehadirannya di rumah ini, Tiara memang memiliki magnet yang kuat menurut Nurma. Ceria, tak kenal lelah, serta gigih memperjuangkan apa yang dianggap benar. Meskipun harus menentang Prabu sekalipun. Akan tetapi, mengapa?

Mengapa Tiara melewati batasannya, dan masuk ke dalam pelukan Prabu? Apakah sang majikan memaksa? Atau bahkan mengancam?

Berbagai tanya menari di benak Nurma. Ini akan sulit baginya, untuk berpura-pura tak tahu apa pun. Sementara, dengan jelas ia mendapati sepasang insan saling berpagut mesra, sebelum menghilang di balik pintu kamar nan kokoh.

“Semoga tidak seperti yang kupikirkan, Tiara.”

Usai berkata pada diri sendiri, Nurma bangkit dan meninggalkan kamar mewah milik Tiara. Sekali lagi ia menoleh ke arah kamar Prabu, sebelum turun menapaki anak tangga menuju lantai satu. Ia hampir saja lupa, bahwa Sundari membutuhkan sesuatu dari dapur.

**

“Mau ke mana?” Prabu menenggelamkan wajah ke ceruk leher Tiara. Gerakan wanita dalam dekapan yang akan beringsut menjauh membuatnya terjaga.

“Saya harus kembali ke kamar, Tuan. Saya takut kalau—“

“Bukankah sudah kubilang, tidak akan ada apa-apa?” Prabu masih menyesap aroma manis dari wanita dalam dekapan.

“Tuan ....” Tiara memutar tubuh, membuat posisi mereka berhadapan di balik selimut. “Tidak seharusnya saya berada di sini, bukan? Ranjang ini, kamar ini, semua terlalu jauh untuk saya lalui. Ada batas yang tidak bisa saya lewati, Tuan. Ada—“

Cup!

“Kamu terlalu banyak bicara. Tidurlah. Besok kupindahkan ke kamarmu, sebelum para pelayan bangun.” Prabu kembali mendekap Tiara, dan mengabaikan pinta sang pelayan.

Tiara menghela napas panjang. Ini memang tak seharusnya terjadi. Namun, entah mengapa nalurinya tak bisa menolak. Pikirannya bahkan tidak mampu lagi menalar dengan baik, perasaan apa yang kini melingkupi dalam dadanya.

Ia mendongak, menatap Prabu di antara temaram lampu tidur. Diulurkannya tangan, demi membelai wajah pria yang sesaat lalu membuatnya mabuk, bak menelan kepayang. Orang yang tak pernah ia sangka akan menjadi yang pertama dalam hidupnya.

‘Apakah mimpiku terlalu indah, apa aku yang tidak tau diri?’ Tiara membatin dalam ragu.

Diusapnya pipi yang kasar karena cambang yang belum dirapikan. Dalam hati terdalam, ia mulai sadar dengan rasa yang tumbuh perlahan. Rasa nyaman berbalut kekaguman, juga rindu. Ia benar-benar telah jatuh cinta, meski dengan cara berlabuh yang salah.

Waktu masih menunjuk angka empat, saat Prabu terjaga. Ia mengerjap beberapa kali, dan merasakan hangat tubuh mungil meringkuk dalam dekapannya. Tiara masih terlelap di balik selimut, dengan wajah damai.

Diusapnya wajah dengan pipi selembut sutera itu perlahan, lalu meninggalkan kecupan lembut di sana. Entah karena terlalu lelah dengan percintaan semalam atau apa, Tiara tak terbangun dan hanya menggeliat pelan. Hal yang membuat Prabu tersenyum, merasakan kedamaian menyusup perlahan dalam hatinya.

Ini terlalu aneh bagi Prabu. Akan tetapi, seminggu belakangan ia merasa hatinya yang beku kembali menghangat. Ada kerinduan di balik hasratnya untuk Tiara. Bukan hanya sekedar sentuhan, tapi lebih dari itu.

Prabu menyingkap selimut perlahan, lalu membawa tubuh Tiara dalam dekapan. Sesuai janjinya semalam, ia membawa gadis itu kembali ke kamarnya, dan meletakkan ke ranjang dengan hati-hati. Tak lupa ia menyalakan alarm dan menyelimuti Tiara, sebelum pergi.

Nyaring alarm membuat Tiara terjaga. Untuk beberapa saat ia meraba sisi meja, berusaha menemukan jam beker. Namun, kemudian ia terlonjak, dan membuka mata selebar-lebarnya.

“Kamarku?” gumamnya sambil mendekap dada.

Ia kembali mengingat semua rangkaian kejadian semalam. Semangkuk mi instan, laku berujung percintaan nan memabukkan. Ingin ia menampik semua itu, dan menganggap hanya mimpi yang lalu. Akan tetapi, melihat tanda cinta di beberapa bagian tubuhnya, Tiara tersadar. Bahwa ia telah jauh terseret ke alam sana, cinta yang tak seharusnya.

Tak ingin berlama-lama terjebak angan, Tiara bangkit menuju kamar mandi. Ia harus lebih dulu siap bekerja, dibandingkan orang lain di rumah ini.

**

Selesai bersiap, Tiara segera menuju kamar Sundari. Ia sedikit terkejut, saat mendapati Prabu ada di sisi ranjang Sundari, bukannya Nurma. Padahal, waktu masih belum menunjukkan angka enam.

“Maaf, saya terlambat, Nyonya.”

Tiara menyapa dengan ramah, lalu menuju jendela. Dibukanya tirai bermotif bunga ungu, membuat seluruh ruangan menjadi lebih terang. Ada bias cahaya di langit, yang menyergap pandangan begitu tirai terbuka sempurna.

“Tidak. Aku sengaja menyuruh Nurma turun, karena ada hal yang ingin kusampaikan pada Prabu. Sudah lama rasanya kami tidak ngobrol berdua.”

“Ah, baiklah. Apa saya harus keluar juga?”

Sundari menggeleng. “Tidak perlu. Siapkan saja air mandiku, aku ingin pagi ini kita jalan-jalan di taman. Aku sudah rindu dengan anggrek-anggrek di sana.” Saat berbicara demikian, wajah Sundari tampak berbinar.

“Baik, Nyonya.” Usai menerima titah, Tiara beranjak ke kamar mandi.

“Kamu mau ke mana?” tanya Sundari, saat Prabu bangkit.

“Selama ini aku lupa, belum memeriksa cara Tiara menyiapkan air mandi untuk Eyang.”

“Sudahlah. Tiara itu lebih baik dari perawat sebelumnya. Dia tau semua yang terbaik untuk eyangmu ini, tanpa terus-terusan diperintah.” Sundari mengangkat bahu.

Biasanya, Prabu memang sedetail itu pada pelayan baru.

“Tetap saja, aku harus memeriksanya kan, Eyang?” Tak mengindahkan kalimat neneknya, Prabu menyusul Tiara ke kamar mandi.

Lelaki itu menutup pintu dengan amat pelan, lalu mengamati gadis yang sibuk di hadapan. Tiara tengah menuang cairan aroma terapi ke air dalam sebuah wadah, sambil bersenandung. Gadis berseragam ungu itu dengan cekatan menyiapkan dua buah handuk, juga peralatan mandi lainnya.

Prabu mendekat perlahan, dan mendekap Tiara tanpa aba-aba. Nyaris saja gadis itu memekik, jika Prabu tidak membungkamnya dengan cepat.

“T—tuan? Apa Tuan susah gila? Bagaimana jika ada yang melihat?” Mata bening itu membulat.

“Kenapa? Kamu tidak rindu padaku?” Prabu menyerang pipi Tiara dengan kecupan kecil.

“Bukan begitu, Tuan. Tapi saya—“

“Jaga dirimu, jaga Eyang. Aku akan pulang sebelum tengah malam.”

Mendengar kalimat Prabu, hati Tiara menghangat. “Apa Tuan baru saja berpamitan? Padaku?”

“Apa ada yang salah?” Prabu melonggarkan dekapan, lalu membingkai kedua pipi Tiara dengan telapak tangan. Ditatapnya wajah ayu yang kian hari kian menggemaskan itu.

“Apa menurut Tuan ini benar? Maksudku, yang kita lakukan?”

Prabu mengecup bibir itu sekali. “Aku pergi dulu. Jaga dirimu.”

Sebelum keluar, Prabu mengecup kening Tiara sekali lagi. Sementara Tiara masih mematung di tempat, sembari mendekap dada. Ia tahu ini keliru. Namun, entah ... hatinya begitu syahdu dengan semua perlakuan Prabu.

“Ini salah, Tuan. Tapi, tidak ada kesalahan yang seindah ini.”

***

Bersambung ....

Terpopuler

Comments

Ai Elis

Ai Elis

ya ya..... Tiara benar.....

2022-04-06

0

nuna

nuna

tiara jg manusia biasa bs khilaf, bisa salah
bukan a g nyadar atas salah a tp kadang hati g pake logika buat bertindak

2021-07-12

0

Lia Dahlia

Lia Dahlia

tiara kmu jgn terlalu jsuh bergarap

2021-04-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!