"Awas kakak..... " Nia berteriak sekuat tenaga
Nalen Kaget dan langsung menginjak pedal rem mobilnya.
Keduanya serentak membuka pintu mobil dan keluar berlari menuju seorang pejalan kaki yang melintas di depan mobil yang mereka tumpangi. Untung tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan semua aman terkendali tidak ada satu korbanpun yang jatuh.
Nalen mengelus dada dan mengucapkan syukur karena tidak terjadi masalah dan tidak ada korban yang jatuh akibat kelalaianya yang banyak fikiran.
"Alhamdulillah, untung tidak ada korban" Nalen berucap dalam hati
Orang yang berada di sana mencaci maki Nalen seenaknya dengan mengeluarkan kata-katanya yang tidak pantas diucapkan. Untung ibu-ibu yang akan melintas orangnya sangat baik dan meminta semua warga di sekitar untuk segera membubarkan diri. Semua warga pergi meninggalkan lokasi kejadian, ketika melewati Nalen dan Nia ada yang berucap
"Kalau baru belajar nyetir jangan langsung di jalan raya dong kasihan pengguna lain"
"Lain kali matanya tolong dipake ya mas...."
"Dasar anak muda jaman sekarang selalu saja membuat onar dan ugal-ugalan"
Dan masih banyak lagi kata-kata yang tidak enak untuk didengar, semua dianggap angin lalu bagi Nalen dan mengucapkan maaf, karena memang kesalahan murni ada pada dirinya.
Tiba-tiba kening Nalen mengernyit dan memperhatikan seseorang yang berada di dekatnya saat ini, dengan berhati-hati dia mulai menyapanya...
"Tante Rahman....?!"
"Iya, saya Rahma, kamu kenal dengan saya?"
"Nalen , Tante" Sambil menjabat tangan dan mencium punggung tangan Tante Rahma Nalen menyebutkan namanya
"Nalen, anak sulung Dewa dan Ryasmi?" Rahma mengingat nama teman karibnya dulu
"Iya tante"
Nalen menyenggol Nia dan memintanya untuk menjabat tangan Tante Rahma. Mereka memutuskan untuk mengantar Tante Rahma sesuai dengan tujuannya.
Di dalam mobil mereka banyak bercerita dan mengenang masa lalu ketika mereka masih tinggal berdekatan dan keluarga Nia memutuskan untuk pindah rumah.
Nalen dan Nia tidak habis pikir, semalam mereka mimpi apa sampai hari ini mereka dipertemukan dengan satu keluarga di waktu dan tempat yang berbeda.
"Sore-sore gini tante mau pergi kemana?" Tanya Nia ramah
"Mau ke mall beli kebutuhan rumah"
"Kok nggak minta dianter sama Om atau Rasya?" Nalen penasaran
"Om sekarang sedang sibuk, pulang ke rumah saja jarang, harus tante yang nyamperin ke tempat kerja, sedang Rasya biasa anak muda, kalo sudah ketemu teman kadang lupa waktu" Jawab tante Rahma panjang lebar
"Tadi kami juga ketemu sama Om Pras di restoran ayam cepat saji dan juga ketemu Rasya di mall bareng teman-temannya mungkin saat ini juga belum pulang" Nalen menjelaskan
Karena rasa kantuk dan juga tubuhnya merasa lelah, Nia tertidur di kursi penumpang dengan lelap dan melupakan jika saat ini ada Tante Rahma bersama mereka. Tante Rahma hanya bisa tersenyum melihat gadis cantik yang tertidur di sampingnya
*****
Di meja kafe yang berada di sebuah mall duduklah tiga remaja yang sedang menikmati makanan dan minuman yang mereka pesan sambil ngobrol dan kadang membicarakan sesuatu yang bisa dibilang tidak penting.
Dalam benak Dani dan Vicky penasaran mengapa Lucky sahabat mereka yang sudah dikenal selama hampir dua tahun di luar sekolah terkenal dengan panggilan Rasya. Dani mulai mengorek informasi untuk menghilangkan rasa penasarannya
"Luck, sudah ada dua orang yang manggil kamu dengan sebutan Rasya memangnya mereka siapa, mengapa kami sahabat lo sampai tidak tahu kalau kamu biasa dipanggil dengan nama itu?" Todong Dani to the point
"Bukan apa-apa juga kali, emang itu juga nama gue, emang nggak boleh mereka manggil gue dengan sebutan itu?" Lucky melontarkan pertanyaan balik dengan nada sewot
Vicky juga menimpali percakapan keduanya "Tapi ya Luck, kenapa reaksi lo berbeda ketika dipanggil sama teman cewek yang duduk di meja sana dengan cowok yang baru saja pergi dari meja ini?"
"Karena gue maleh ngeladeni tuh cewek, kalo teman gue yang laki-laki tadi adalah..... " Lucky menggantungkan jawabannya
"Hayo siapa lo....?" pertanyaan Dani dan Vicky serentak
"Sudahlah nggak usah dibahas lagi, tuh makanan sudah dingin, minta segera disantap" Lucky malas membahas teman-temannya dulu
Ketiganya melanjutkan acara makannya yang sudah ditinggalkan untuk ngobrol yang tidak penting dan sangat terlihat di wajah Lucky kalau dia tidak ingin mengungkit masalah teman-temannya
Di depan pintu mall seorang perempuan setengah baya berjalan sendirian sambil mengamati keadaan mall yang ia kunjungi, matanya beberapa kali menyapu isi mall yang ada di hadapannya dengan mengambil nafas panjang mulai melenggang memasuki mall yang cukup ramai pengunjung, belum juga sempat mengambil sebuah troli, beliau dikagetkan dengan tepukan lembut dan panggilan dari seseorang.
"Bunda, Bunda sendirian? Mengapa nggak bilang sama Lucky kalau bunda mau belanja?"
" Nggak masalah, lagian kamu juga perlu bermain dengan teman-temanmu."Jawab Bunda Rahma yang tidak ingin membuat sang putra merasa nggak enak hati sambil mengusap pipinya dengan lembut
"Ya sudah, sekarang Lucky temenin masuk ya...?"
Dengan mengangukkan kepala tanda sang bunda setuju untuk ditemani untuk membeli semua kebutuhan dapur dan juga kebutuhan rumah lainnya.
Keduanya menyusuru rak-rak yang tertata rapi yang menampilkan berbagai macam produk yang dijual dengan tatanan yang sangat rapi, sehingga memudahkan para pelanggan untuk mencari kebutuhan yang mereka perlukan.
Hampir satu jam berjalan dan memilih barang-barang apa saja yang mereka butuhkan dengan Lucky yang mengekor bundanya sambil mendorong troli yang sudah hampir penuh dengan belanjaan sang Bunda.
Selesai mengisi penuh troli dengan sigap Lucky mendorongnya menuju meja kasir, antrian di meja kasir sangat panjang, ibu dan anak itu mengantri sambil berbincang-bincang
"Bunda tadi ke sini naik apa?" Tanya Lucky
"Sebenarnya bunda tadi mau naik taksi tapi di tengah jalan ketemu sama Nalen anaknya Om Dewa, terus dianterin sama dia."Bundanya menjelaskan dengan sedikit penekanan pada nama sahabat anaknya itu
"Nalen bolak-balik ke sini dong Bun?"
"Mau gimana lagi, dia maksa Bunda agar mau dia anterin"
"Besok-besok bunda tidak boleh pergi sendirian, tungguin Lucky kan bisa"
"Bukannya kalian tadi juga ketemu ya?" Sang Bunda mulai muncul jiwa detektifnya
"Kok Bunda tahu?"
"Tadi Nalen yang ngomong, bahkan mereka juga ketemu Papamu."
"Berarti Bunda ketemu dong sama Rasya?"
"Rasya" adalah nama panggilan Nia dan Lucky sewaktu mereka masih tinggal satu kampung semenjak keduanya pindah, mereka tidak mau dipanggil dengan nama itu, meskipun keluarga mereka. Kecuali teman-teman bermain mereka masih memanggik dengan sebutan Rasya baik kepada Lucky maupun kepada Nia.
"Iya, mereka sekarang sudah besar-besar, apalagi Rasya tumbuh menjadi gadis yang cantik dan manis ingin rasanya Bunda mencubitnya karena gemas, memangnya kamu nggak ketemu sama di Luck?"
"Enggak"
"Memang kalian nggak pernah berjodoh ya..... "
"Bunda.... " Lucky memandang Bundanya dengan sayu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 184 Episodes
Comments