Nia yang ditarik oleh Danny malah jatuh ke pelukan Lucky uang membuat keduanya terbengong cukup lama dan menjadi tontonan gratis bagi Danny dan Vicky. Dengan menampilkan wajah yang tidak bersalah Vicky malah menggoda mereka berdua dan lagi-lagi membuat mereka salah tingkah.
"Maaf, Kak... " Nia membuka mulut ketika sudah cukup lama berada dalam pelukan Lucky
Lucky yang kaget langsung melepaskan pelukannnya dan berlalu meninggalkan mereka pergi untuk memesan makanan.
Nia merasa tidak enak karena kejadian tersebut, namun Danny hanya bisa berkata "Tenang saja, dia nggak bakalan naksir lo, karena sampai saat ini hanya teman kecilnya yang ada di hatinya"
"Maksud Kak Danny apa?" Tanya Nia penasaran
"Iya, dihati Lucky hanya ada satu nama cewek, yang sampai detik ini belum juga bertemu lagi, mereka berdua sudah lama tidak bertemu" Cerita Danny panjang lebar
"Tapi kan nggak enak juga kak"
Ditengah asiknya mereka ngobrol Lucky masuk ke ruangan itu diikuti oleh pramusaji yang membawakan pesanannya. Ada berbagai macam makanan yang dipesan antara lain, 2 porsi kepiting asem manis, dua porsi cumi tepung, satu milkshake rasa strawberry dan juga 3 gelas cappuccino, serta masih ada beberapa cemilan lagi, kesemuanya adalah makanan kesukaan Nia.
Mata Nia memperhatikan setiap makanan yang dituturkan oleh pramusaji itu dengan air liur yang hampir menetes dan mata yang terbuka lebar.
"Wah, makanan kesukaan ku semua, dari mana Kak Lucky tahu semua ini, bahkan aku belum pernah bilang pada siapapun makanan favoritku" batin Nia curiga namun sangat senang
"Loh Kak, kok pesanannya banyak banget?" Protes Nia
"Nggak apa-apa, lagian gue juga yang bayar." Jawab Lucky
"Tenang saja, kalau ada bos di sini, kita nggak akan keluar uang sepeserpun, betul nggak Vick" Danny menimpali
"Betul banget, sudah kenyang nggak keluar uang lagi" Ucap Vicky senang
"Dasar kalian, sukanya gratisan dan nggak bermodal" gerutu Lucky
"Nggak bermodal gimana, kita kan juga modal" Kata Danny yang tidak Terima dikatain tidak bermodal
"emang lo Modal apaan?"
"Modal tubuh yang sehat dan juga perut yang lapar ha....haa....haa" Seloroh Danny sambil tertawa ngakak
Semua yang ada di sana imut tertawa mendengar perkataan Danny barusan.
"Ya udah ayo makan, sebelum cacing di perut Danny demo" Ajak Lucky
Nia langsung mengambil salah satu cappucino yang ada di meja dan ingin langsung meneguknya, namun belum juga sampai di mulutnya sudah direbut oleh Lucky. Nia terbelalak kaget dengan kejadian yang baru saja menimpa dirinya.
Yang merebut minuman itu malah terlihat santai dan tak memghiraukan teman-temannya dan mengganti minuman yang diambilnya tadi dengan milkshake strawberry lalu meletakkannya di depan Nia tanpa mengeluarkan sepatah katapun.
"Gue nggak mau minum ini, saat ini gue pingin minum kopi" Nia terlihat sangat marah, karena selalu saja dilarang minum kopi baik itu orang tuanya dan juga kakaknya bahkan saat ini ada orang lain lagi yang ikut-ikutan melarangnya.
"Diam, minum ini atau tidak boleh makan kepiting" Perintah Lucky dengan pandangan penuh intimidasi
Lucky tahu bahwasannya Nia tidak bisa mengkonsumsi kopi, apabila dia meminumnya maka perutnya akan terasa melilit dan kesakitan. Dulu Lucky pernah mendapati Nia minum kopi dan langsung dilarikan ke rumah sakit oleh orang tuanya.
Namun, Nia masih juga tidak menghiraukannya, dia tetap minum kopi yang tadi diambil paksa oleh Lucky. Lucky tidak ingin memancing keributan di sana, jadi terpaksa dia membiarkan Nia meminumnya dan Lucky memesan satu capuchino lagi kepada pramusaji.
****
Di rumah Nia, Nalen baru saja pulang dari kuliah dan membuka pintu utama langsung disambut oleh kedua orang tuanya yang tengah duduk di sofa menikmati sore hari ditemani secangkir teh dan beberapa biskuit.
Nalen menghampiri keduanya dan langsung mencium tangan mereka, kemudian berlalu menuju anak tangga yang akan mengantarkannya ke kamar tidurnya untuk membersihkan diri setelah beraktifitas seharian.
Dari lantai satu sang mama memanggilnya untuk turun karena mendapatkan telepon dari seseorang.
"Nalen, Ini ada telepon nyariin kamu.... " Teriak mama Nia
"Iya Ma, emang siapa sih ma, kok nggak langsung ke handphone Nalen saja"
"Nggak tahu, cepetan sudah ditungguin sejak tadi tuh... "
"Ok, makasih Ma.... "
Setelah selesai melakukan panggilan telepon, Nalen langsung berlari ke kamarnya mencari kunci mobil yang belum lama ia letakkan dan langsung menuju ke garasi memacu mobilnya dengan cukup kencang menuju ke suatu tempat yang telah diketahui lokasinya.
Tak perlu waktu lama Nalen untuk sampai ke restoran itu, setelah markirkan mobilnya dia menuju ruang VIP dimana Lucky, Nia dan teman-temannya berada di sana dengannya wajah panik melihat keadaan Nia yang merasa kesakitan.
Dibukanya pintu dan didapatinya sang adik terkulai lemah menahan sakit di perutnya. Diangkatnya Nia dan meminta Lucky untuk segera membuka pintu mobil dan membawa Nia ke klinik terdekat dengan Lucky yang mengemudikan mobilnya diikuti oleh Danny dan juga Vicky.
"Kenapa sampai seperti ini sih Sya?" Tanya Nalen ke Lucky
"Maaf Len, tadi sudah gue cegah, tapi dia tetap ngeyel"
"Minum kopi?" Tanya Nalen singkat, karena dia sudah hafal betul keadaan adiknya
"Iya"
Sampai di klinik, Nia diperiksa dan diberikan beberapa obat sera diminta untuk menjaga pola makannya, karena tubuhnya tidak bisa bersahabat dengan kopi.
Setelah merasa baikan, Nia langsung merengek minta pulang pada kakaknya, namun Nalen belum mengabulkan permintaan adiknya itu karena dia tidak ingin orang tuanya khawatir melihat keadaan anak gadisnya seperti itu, mereka memutuskan untuk menunggu setengah jam lagi sampai terlihat stabil.
Di luar klinik, Danny dan Vicky mohon diri untuk pulang terlebih dahulu karena hari sudah hampir senja, namun, tidak dengan Lucky yang masih setia menunggu perkembangan Nia yang masih tertidur di atas brangkar klinik dan di pantau oleh Nalen dari luar kamar bersama Lucky.
"Sya, lebih baik lo pulang dulu saja, takut nyokap lo nyariin" Perintah Nalen karena dia tidak enak kalau meminta Lucky untuk tetap di sana menemani dirinya
"Nanti saja, lagian gue juga sudah ngabarin nyokap" Jawab Lucky. Dirinya tidak tega meninggalkan Nia yang tergeletak lemas karena menurutnya itu adalah kesalahannya.
Mereka enggan berdebat lagi dan memilih fokus pada ponsel masing-masing, entah apa yang mereka lihat di ponselnya itu. Ditengah kesibukan mereka seorang perawat klinik mengagetkan mereka.
"Keluarga Rasya Nathania Putri"
"Iya, saya" Jawab mereka bersama-sama
Sang perawat bingung karena mereka berdua mengaku keluarga pasien yang di dalam, padahal terlihat dari perawakan mereka terlihat seusia.
"Saya mbak, saya kakaknya" Akhirnya Nalen angkat bicara untuk menghilangkan rasa bingung perawat itu.
"Silakan masuk mas, sudah ditunggu dokter di ruangannya"
"Terima kasih Sus"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 184 Episodes
Comments