#Insiden
Namira masih saja cemberut karena kesal lantaran ditinggal pergi begitu saja setelah insiden es kopi barusan.
"Iss, jadi kotor seragamnya, kan?" omel Namira sembari memperhatikan baju seragam sekolahnya yang kini berwarna coklat sebagiannya
Sekretaris Indra yang mendengar omelannya Namira menghampiri gadis yang masih menggerutu kesal dan melihat seragamnya yang kotor dan basah.
"Udah, jangan ngomel-ngomel, ntar di denger sama tamunya pak Indra, kesannya jadi ga enak lho, lagian pak Indranya kan udah minta maaf sama kamu," tegur Nindy mengingatkan akan posisi Namira di perusahaan ini.
Namira pun terdiam meskipun hatinya masih kesal. Nindy yang tau jika Namira masih kesal akhirnya mengeluarkan dua opsi yang kira-kira bisa meredakan kekesalan gadis itu.
"Gimana kalau saya kasih kamu dua pilihan?" tanya Nindy.
"Pilihan apa?" tanya Namira datar.
"Pilihan pertama, yaitu kamu ke ruang ganti sekarang, dan ganti baju kamu yang kotor itu dengan baju Office girl," ujar Nindy.
Namira tak menyahut tetapi semakin memanyunkan bibir kecilnya. Nindy yang melihat tingkah Namira yang memang wajar seusianya, hanya bisa tersenyum tipis. Ia memang sudah tau bagaimana reaksi remaja seusianya Namira jika di beri pilihan pertama.
Akhirnya ia pun mengeluarkan opsi keduanya
"Yang kedua, kamu saya izinkan pulang cepat untuk hari ini," ujar Nindy seraya tersenyum pada gadis itu.
Mendengar opsi kedua, Langsung saja wajah Namira berubah drastis menjadi ceria kembali. yah namanya juga Anak SMA. yah, sudah pastilah jatuh pada pilihan kedua dari pada pilihan pertama.
"Beneran? Boleh pulang cepat mbak?" tanya Namira memastikan dengan netranya yang berbinar senang.
Nindi yang memang sudah menebak pikiran gadis seusia Namira hanya tersenyum dan mengangguk sambil mempersilahkan Namira untuk pulang sekarang juga.
"Makasih, mbak. Makasih," ucap Namira sumringah seraya mencium tangannya Nindy.
Nindy hanya tersenyum melihat polah tingkah Namira. Ia sudah memaklumi hal tersebut. Bagi anak seusia Namira, insiden kecil seperti tadi adalah sebuah kebahagiaan besar bagi seorang pemagang seperti Namira.
"Iya, hati-hati di jalan," sahut Nindi mengingatkan.
"Sipp, mbak," jawab Namira pecicilan.
Lalu gadis itu pun buru-buru keluar dari ruangan tersebut. Berlari kecil ke ruangan gambar untuk mengambil tas sekolahnya. Ia berpamitan pada yang lainnya setelah menjelaskan alasan ia di beri ijin untuk cepat pulang.
Saking senengnya karena diijinkan pulang cepat dari biasanya. Gadis cantik itu melenggang riang sambil bernyanyi kecil mengikuti alunan musik dari headset yang di selipkan di telinganya.
Tanpa ia sadari jika tindakannya membuat salah satu pengendara yang melintas di jalan itu hampir saja celaka.
Bunyi ban yang disebabkan rem mendadak membuat Justin tersentak dari duduknya yang berada di belakang supir.
"Apa yang terjadi Alan?" tanya Justin cemas.
Pria itu memiliki kecemasan saat mendengar bunyi ban yang bergesekan dengan aspal. Sebenarnya Justin masih menyimpan rasa trauma akan kejadian beberapa tahun lalu yang menyebabkan Nadira meninggal.
Ia sempat melihat Nadira menghantam kaca jendela dan dashboard mobil beberapa kali. Saat itu ia terpaksa menginjak rem secara tiba-tiba lantaran dirinya menghindari seekor hewan ternak yang lepas dari pengawasan dan mendadak lari ke jalan.
Dikarenakan rem mendadak seperti itulah yang menyebabkan kendaraan yang lebih besar tak sengaja menghantam mereka dari belakang.
Sehingga mobil mereka maju beberapa meter dengan posisi horizontal di tengah jalan, lalu dari arah berlawanan ada mobil lain yang belum sempat menginjak rem dan menabrak mereka tanpa sengaja.
Demi menghindari tabrakan beruntun lebih banyak, dengan sisa tenaga yang ada, Justin menekan pedal gas demi menghindari truk yang datang menghampiri mereka, dalam perkiraan Justin saat itu kemungkinan besar akan menghantam mobil mereka lebih dahsyat lagi dari sebelumnya.
Demi menghindari kekacauan lebih parah, Ia pun menancap gas, dan membanting setir ke arah jalan setapak yang hanya bisa di lalui kendaraan roda dua saja. Tanpa ia tau, jika saat itu ada beberapa orang yang bersepeda melintasi jalan tersebut.
"Maaf, pak. Ada yang lewat sembarangan," jawab Alan sambil menunjuk ke arah jalan.
Justin terhenyak dari lamunan akan masa lalunya. Ia melihat ke arah jalan, di mana seorang gadis berseragam sekolah dengan noda seperti tumpahan kopi melintasi jalan di penyeberang jalan tengah menggunakan headset di telinganya seraya bernyanyi kecil.
Bukan hanya Justin yang melihat tingkah gadis itu seraya menggelengkan kepalanya. Bahkan orang-orang di sekitarnya pun turut merasa heran melihat kelakuan ceroboh bocah tersebut. Dikarenakan gadis itu menerobos lampu merah dengan santainya.
Setelah gadis itu menghilang di antara mobil yang berlalu lalang. Justin menyuruh Alan kembali melajukan mobilnya.
Setiba di kantor cabang miliknya. Justin memasuki lift menuju ruangannya dan melewati divisi desain yang akan di pakai sebagai label produk produknya.
Ia melihat sekilas ruangan tersebut dan melihat segerombolan anak sekolahan dengan seragam yang sama seperti gadis sembrono tadi. Tapi ia tak perduli dan langsung berjalan menuju ruang Ceo-nya.
"Mereka kemana semua?" Justin bertanya kepada salah satu sekretaris dari wakilnya.
"Pak Indra keluar sebentar pak. Katanya ke coffee shop yang ada di ujung jalan ini pak. karena tadi ada temannya dari sumatra berkunjung kemari". Sahut Nindy apa adanya.
Sedangkan Alex yang baru tiba kembali menuju ruang wakil ceo bersiul ria melihat gadis pujaan hatinya di depan mata, yang baru keluar dari ruang ceo.
Alex tidak menyadari jika Alan dan Justin memperhatikan tingkah konyol asisten pribadinya Indra yang tengah merayu Nindi agar mau jalan dengannya di weekend ini.
Alan sengaja berdehem untuk menghentikan tingkah konyolnya adik letingnya tersebut. Sementara Justin yang memang berniat keluar menyusul kedua temannya berdiri sejenak di depan pintu.
Alex terkejut dan membungkukkan sedikit badannya tanda minta maaf sekaligus sambutan selamat datang.
Justin tidak perduli dan berlalu pergi diikuti Alan di belakangnya seraya melirik Alex dan menggelengkan kepalanya ke Alex.
sepeninggalnya dua pria dingin itu, Ia langsung menarik nafas lega seraya berkata
"Mati aku,".
Nindi yang mendengar kalimat tersebut hanya bisa tersenyum lucu saat melihat tingkah Alex yang sedikit ciut nyalinya jika sudah berurusan dengan Justin, sang Ceo yang terkenal dengan sikap dingin dan angkuhnya.
Jangan kan sama wanita wanita cantik yang tertarik padanya ia begitu cuek malah tidak perduli sama sekali. apa lagi sesama pria sekelas Alex. Setidaknya itulah dalam pemikiran mereka berdua saat ini.
Makanya hingga kini Ceo-nya itu belum pernah terdengar memiliki pacar apalagi istri.
Berbeda dengan wakil Ceo-nya yang terkenal ramah dan baik hati, santun pada wanita dan menyayangi tulus wanita yang dicintainya. Hal itu bisa terlihat dari raut wajah istrinya pak Indra, yang telah di pacari lama dengan jarak jauh dan langsung diajak menikah setelah sang istri menyelesaikan kuliah profesinya.
...----------------...
jangan lupa like komen dan vote nya dong... biar yang nulis semakin semangka buat nge up nya..
thanks ya yang udah mau baca cerita ku...
maaf kata terucap bila masih banyak kekurangan. maklum ini Novel pertama jadi banyak typo typo...
saran dan kritik ya.... di tunggu ni...
Terima kasih
By Hazhilka ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments