Dea tersentak bangun setelah tanpa sadar ia menyebutkan sebuah kata dalam mimpinya. Tak lama kemudian suara dering ponsel membuatnya semakin terjaga dari tidur yang tadinya cukup nyenyak sebelum dirinya bermimpi aneh.
Dengan rasa malas ia meraih ponsel tersebut di atas nakas, bahkan berdecak kesal ketika ponselnya berhenti tatkala ia hendak menjawab panggilan masuk tersebut.
"Sialan, Mengganggu sajalah," umpatnya di hati.
Ponselnya kembali berbunyi, kali ini dengan nada yang berbeda sebagai tanda pesan masuk di ponsel miliknya.
Dea membuka dan membaca isi pesan yang masuk dari Evan, yang menyuruhnya segera datang ke Agency pukul sepuluh pagi ini. Ia menghembuskan nafasnya secara kasar.
Sebenarnya ia sudah mulai jenuh dengan segala macam jadwal pemotretan, show up ini itu, perjalanan kerja keluar kota. Belum lagi harus menuruti titahnya tante Sonya untuk mengikuti acara temu sapa para Big Boss yang ujung-ujungnya akan berakhir dengan kencan panas yang harus ia turuti.
Muak. Itulah yang ia rasakan sekarang ini. Rasanya tiada hari tanpa harus ketemu dengan mereka berdua. Bunyi nada pesan masuk terdengar lagi.
"Ingat. Jangan terlambat,"
Dea menanggapinya dengan decihan. Lalu dengan berat hati ia terpaksa turun dari ranjangnya dan beranjak ke kamar mandi.
***
Dea memainkan ponselnya sembari mendengarkan music melalui headset nya.
Saat ini ia sedang berada di ruang VVIP restoran bersama Evan dan tante Sonya untuk bertemu dengan pemilik produk kosmetik, yang akan memperbaharui kontrak mereka sebelumnya.
karena Ceo sekarang adalah putra dari Pemilik sebelumnya. jadi mau tak mau Evan harus memperbaharui kontrak dengan Ceo baru.
"Menurutmu berapa umur ceo tampan itu. Karena yang aku dengar dia masih muda dan belum menikah?" tanya Sonya penasaran ke Evan.
"Belum tau pasti tante, nanti aku akan mencari informasi pribadinya" jelas Evan.
"Yah, kau harus mencarinya," ucap Sonya tersenyum menyeringai seraya menatap Dea.
Tak lama kemudian, pintu ruangan tersebut pun terbuka. Evan, sonya dan Dea berdiri untuk menyambut tiga pria yang datang bersama. Hanya saja yang satu berdiri di dekat pintu yang diduga adalah asisten dari CEO yang mereka tunggu, sedangkan yang yang dua lagi menyambut uluran tangan Evan dan Sonya.
Mereka adalah pemilik perusahaan dan seorang notaris yang akan mengurus perpanjangan kontrak tersebut.
Sementara Dea hanya terpaku menatap pada seorang pria tampan yang sebelumnya mereka pernah berjumpa di acara ulang tahun agencynya. Tatkala sonya menyenggol lengan Dea, barulah wanita itu hanya bisa menganggukkan kepalanya, lantaran pria tersebut langsung duduk tanpa memperdulikan Dea yang sedang melamun menatap dirinya.
"Kita langsung saja," ucap pria tersebut.
"Baik, tuan," sahut Evan.
Evan pun menjelaskan isi kontrak kerjasama mereka yang sebelumnya dengan perusahaan tersebut hingga akhir. Sedangkan Dea masih menatap terpaku pada pria yang
Setelah pembahasan mengenai kontrak selesai lalu pria itu mengajukan persyaratan sebelum penandatanganan dimulai.
"Apa persyaratan tersebut tuan Justin?" tanya Evan penasaran.
"Justin, " gumam Dea pelan yang baru saja mengetahui nama pria yang ia amati secara diam-diam tersebut.
"Saya pasti akan memenuhinya," ucap Evan yang berusaha meyakinkan pria yang di kenal dingin tersebut.
"Tentang modelnya. Aku mau diganti dengan model yang lain, yang lebih pantas dari yang sebelumnya," ucap Justin datar.
"Hah, diganti?" pekik Sonya dan Evan kaget bercampur bingung.
Sementara Dea sendiri hanya bisa terdiam saat mendengar ucapan pemilik produk yang selama ini ia bintangi.
"Kenapa, tuan?" tanya Sonya penasaran.
Justin melirik Dea sekilas lalu tersenyum sinis ke wanita yang berpakaian minim itu.
"Ya, aku mau dia diganti dengan jauh yang lebih pantas!. jauhkan image buruk produk ku dari perempuan-perempuan seperti dia!". Mengerti tuan Evan!. tegas Justin dengan sorot matanya yang tajam.
Sontak Dea merasa gugup. Ia takut jika Justin melaporkan kejadian malam itu pada Evan dan Sonya. Bukan apa-apa, Ia pernah di peringati oleh Evan dan Sonya agar tidak bertindak di luar batas dari aturan yang telah ditetapkan oleh keduanya, apa lagi tindakan tersebut bisa berimbas pada agencynya.
"Maaf, tuan Justin, tapi dari sekian model yang kami punya, hanya Dia-lah yang paling berkualitas dan mempesona sekarang ini," ujar Sonya keberatan jika Justin tidak memperpanjang kontraknya Dea.
"Anda mengerti tidak yang saya maksudkan tadi nyonya Sonya?" tanya Justin tegas menatap Sonya tajam.
Melihat pemandangan tersebut, Evan hanya bisa mengurut pelan keningnya lalu dengan terpaksa menyetujui permintaan Justin demi kelangsungan agencynya.
"Baiklah, saya akan mencari model yang lain, yang bersih dan tanpa image buruk," ucap Evan meyakinkan sang Ceo.
"Evan?" desis Sonya menatap heran pada pria yang ia pikir akan mempertahankan Dea.
Evan menanggapinya dengan menggeleng pelan sebagai isyarat agar Sonya tenang. Sedangkan Dea hanya terpaku diam di tempatnya.
"Baik, kita selesaikan urusan kita disini," ujar Justin.
"Pak,"
Ia memanggil sang Notaris dan meminta sebuah Map yang berisi lembaran-lembaran kertas untuk melakukan transaksi kerjasama antara Xander Agency dan Kehl Bio Company.
Kedua pria tersebut saling menandatangani berkas perjanjian kerjasama tersebut dengan lancar, disaksikan oleh seorang notaris yang dipercayakan oleh keduanya.
"Baik, semuanya selesai dengan baik," ucap sang Notaris.
"Terima kasih, pak," ucap keduanya.
Saat keduanya bersalaman sebagai tanda selesai akan transaksi mereka. Tiba-tiba Justin menatap Evan serius.
"Aku harus katakan ini jika kau mau mempertahankan Agensimu," ucap Justin sambil melirik sinis ke arah Dea lalu menatap Evan kembali.
"Sepotong bangkai tidak akan bisa disimpan lama. Bagaimanapun ia akan tetap tercium busuknya, meskipun pun kau menutupinya dengan rapat dan rapi, kecuali dia sampah. Itu pun sampah terbagi dua. Ada yang bisa di daur ulang dan ada yang harus di kubur dalam-dalam ke tanah agar baunya tidak menyengat di hidung orang lain," lanjutnya.
Lalu ia pun berdiri dengan angkuhnya dan pergi meninggalkan Mereka bertiga dengan isi kepala yang penuh dengan tanya.
Sedangkan Dea yang sedari tadi mendengar ucapan Justin yang begitu menusuk hatinya hanya bisa terdiam tanpa mampu membalas apa yang dihinakan untuk dirinya. Bukan hanya itu saja, jawaban Evan kepada Justin telah menjelaskan status dirinya kedepannya.
Tanpa mau menunggu dan mendengar penjelasan tentang hasil kontrak yang sudah pasti mengecewakan dirinya, ia pun berlalu dari situ tanpa permisi.
Evan yang melihat Dea yang pergi tanpa permisi segera memanggilnya.
"Tunggu Dea," panggil Evan seraya mengejarnya.
"Tunggu Dea!" teriak Evan sembari mengejarnya.
Tetapi Dea telah berada di mobilnya dan langsung menancap gas membawa dirinya pergi dan menyetir kemana ia suka.
Sementara Evan mendengus kesal karena terlambat mengejarnya.
"Akh, dasar sial," makinya seraya menatap mobilnya Dea yang lambat laun menghilang di jalanan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
like, vote, rate, favorit dan komennya dong guys.. biar on terus ni buat nge up nya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments