Segera setelah acara pemotretan itu selesai. Dea mengikuti sosok tersebut hingga di depan lift menuju suite room. Dea berdiri sejenak lalu melanjutkan langkahnya berdiri bersisian di samping pria tampan tersebut.
Mereka memasuki lift berdua. Pria tersebut menekan tombol lift. Sedangkan Dea hanya melihat angka yang di pencet si pria tersebut.
Hingga akhirnya lift pun menuju roof top. Di Saat pintu lift terbuka, tiba-tiba pria tersebut menarik kasar lengan Dea dan menyeretnya keluar dari lift secara kasar pula. Lalu langsung saja menghimpit tubuh rampingnya Dea ke dinding dengan tubuhnya.
"Katakan siapa yang menyuruhmu, hah" tanya pria tersebut dengan penekanan serta tatapan netranya yang tajam.
Sontak pertanyaan tersebut membuat Dea menggeleng keras, seiring jantungnya yang tiba-tiba berdegup kencang bersamaan tubuhnya yang sedikit gemetar dikarenakan syok.
Ia tak menyangka akan mendapatkan serangan seperti ini secara tiba-tiba. Tadinya ia pikir bahwa pria tersebut tak akan menghiraukan keberadaannya jika pun pria ini tak menyukainya. Tapi nyatanya semua di luar expectasinya.
"Cih. Kau pikir aku percaya dengan ****** sepertimu, hah. Di bayar murah untuk melakukan sesuatu yang murahan juga, cih," kata pria itu kasar.
Lalu meludahi Dea dengan jijiknya.
Dea membasahi kerongkongannya yang tercekat. Ia begitu takut melihat reaksi pria tersebut. Mungkin tak seharusnya ia mengikuti pria ini. Tapi jiwa penasarannya lebih besar dibandingkan dari rasa takutnya saat ini.
Sedari awal acara, Dea melihat sosok pria ini begitu memasuki gedung hotel. Ia belum pernah melihat wajah setampan dan semuda itu diantara para pria-pria tua yang selama ini selalu berkeliaran di agency hanya mencari kenikmatan sementara yang berkedok kontrak exclusive.
Jika para Big Boss mencari dirinya hanya untuk kencan satu malam. Dea selalu mencari celah untuk bisa lolos dari kencan laknat tersebut. Jikalau pun dalam keadaan terpaksa, maka mau tak mau ia harus mengeluarkan senjatanya agar kencan laknat tersebut berakhir tanpa harus melayani mereka.
Besok paginya Dea mengirimi pesan palsu dan foto palsu tanda mereka telah berkencan panas. dengan begitu para Big Boss percaya dan mereka tetap melanjutkan kontrak exclusive dengan pihak agency dan Sonya tetap kebanjiran uang.
Akan tetapi saat ini Dea telah salah menilai seseorang. Ia beranggapan Jika pria ini akan sama dengan yang lain, tergila gila padanya dan melakukan apapun demi bisa berkencan dengannya.
Baru kali ini Dea merasa di rendahkan oleh seorang pria. Karena selama dalam ingatannya belum pernah dia mendengar kata-kata hinaan dari pria pencari kenikmatan darinya. jikapun Dea menolak maka mereka akan berusaha lebih keras lagi demi mendapatkan dirinya.
"Ternyata aku salah sasaran," pikirnya.
"Katakan j*l**g!" teriak pria tersebut tepat di wajah Dea.
Pria itu semakin keras menghimpit Dea dan mengangkat kedua lengan Dea lalu di cekalnya ke dinding.
Dea meringis sakit. tetapi pria ini tidak perduli, karena ia memang begitu anti pada perempuan nakal. Entah itu berkedok sebagai model atau pun artis.
Ponsel pria tersebut berdering. Tangan besarnya masih mencekal kedua lengan Dea dan yang satunya mengambil ponselnya dari saku celana dan menyentuh warna hijau di ponselnya, ia mendengarkan sejenak lawan bicaranya seraya menatap Dea tajam.
"Okey. I'll go right now, " jawab pria tersebut.
Lalu ia menghempaskan lengan Dea secara kasar, dan pergi meninggalkan Dea yang masih mematung di roof top. Sesaat ia melirik Dea sebelum memasuki lift yang di tahannya tadi.
Setelah lift bergerak turun barulah Dea bernafas lega. Angin malam berhembus dingin menyentuh kulitnya.
Setitik demi setitik air langit jatuh mengenai kulit Dea yang memang saat ini dress yang dikenakan Dea jauh dari kata layak dalam kondisi seperti ini. Ia pun memeluk tubuhnya sendiri yang mulai menggigil karena terlalu lama berada di luar ruangan.
Jika saja ponsel pria itu tidak berdering tadinya. Kemungkinan Dea akan membeku di atas sini. Saat tombol lift yang di tekan Dea tidak menunjukkan tanda-tanda akan naik ke atas sini, akhirnya ia pun berinisiatif mengambil jalan lain, yaitu ke pintu darurat di sebelahnya.
Seraya berjalan masuk ke arah tangga darurat ia mencoba menghangatkan dirinya sendiri dengan cara menghembuskan telapak tangannya melalui udara hangat yang keluar dari tenggorokannya.
Saat ia mulai kesulitan menuruni tangga dengan high heelsnya. Dea berhenti sejenak lalu melepas dan menenteng high heelsnya lalu melanjutkan perjalanannya menuju lantai tengah serta Merta mencari lift yang kosong dan memasukinya segera.
Lift bergerak turun hingga ke lantai dasar. Dea langsung menuju ruang ganti untuk mengambil tasnya. Sambil berlalu ia pun menyelipkan tubuhnya pada mantel berbulu yang hanya satu itu tersedia di ruang ganti.
Dea berjalan menuju pintu keluar dari gedung mewah itu menuju halaman parkir. Segera ia memasuki mobilnya dan meninggalkan hotel tersebut. Mengendarai mobilnya sendiri di tengah hujan yang kini mulai turun dengan derasnya.
Petir mengggelar dengan suara guntur yang memekakkan telinga bagi setiap insan yang mendengarkan. Dea berusaha berkonsentrasi dalam membawa mobilnya ke sebuah apartemennya Evan yang kini ia tempati bersama para model lainnya.
Seperti biasa, wanita itu menenggelamkan sebagian tubuhnya di sebuah bathtub hangat dan merenungi kejadian yang tak mengenakkan baginya. Hanya saja dirinya masih merasa penasaran akan sosok pria tersebut.
"Aku harus mencari tau siapa pria itu sebenarnya," gumamnya di hati.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
mohon dukungannya untuk Novel ini berupa
like, vote, komen, rate, fav, dan poinnya.
terimakasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments