Nadira berlari kecil memasuki mobil dan menguncinya. Gadis periang itu langsung menstarter dan menancap gas mobil tersebut untuk menjahili Justin dengan berpura-pura pura meninggalkan sahabatnya itu di pantai ini.
Justin yang melihat tingkah dari sahabatnya itu pun terhenyak kaget. Ia pun semakin mempercepat langkahnya untuk mengejar Nadira seraya berteriak memanggil nama sahabatnya itu.
"Nadira ... Nadira ... Oi Nadira .. Tunggu!" teriak Justin sambil berlari mengejar.
Hanya beberapa langkah saja Justin berlari, pria itu mulai kelelahan. Ia berhenti sambil melambaikan tangannya.
Nadira yang masih menyetir sekilas melirik Justin melalui kaca spion. Ia pun spontan menginjak rem dan memundurkan mobilnya.
Nadira keluar dari mobilnya, lalu bersandar di pintu mobil dan menunggu sahabatnya itu menghampirinya.
Justin dengan napas yang tersengal sengal menghampiri Nadira lalu masuk mengambil alih kemudi, sambil mengomel.
"Dasar Tega dan Sadis!" hardiknya kecil tanpa ada perasaan marah pada gadis itu.
Nadira cuma tersenyum dan memajukan mulutnya lalu masuk dan duduk disamping Justin.
Pagi itu adalah kisah yang menggemaskan sekaligus membahagiakan bagi mereka. Akan tetapi siapa yang menyangka bahwa pagi itu adalah pagi kebersamaan mereka yang terakhir.
"Maafkan aku Nadir, Maafkan aku," isak Justin menyesal seraya memegang nisannya Nadira.
"Kak Justin".
Tiba-tiba suara dari seorang gadis kecil memanggilnya sendu. Justin menoleh ke belakang sambil mengusap air matanya. Ia melihat seorang gadis kecil beranjak belia di apit oleh mama dan papanya Nadira. Dia adalah Namira Orchidea, adik dari Nadira satu satunya yang di panggil Ochi olehnya.
Justin tersenyum kecil pada gadis kecil yang cantik itu.
Beberapa saat kemudian ...
Justin dan Ochi duduk di sebuah taman dekat areal pemakaman. Cukup lama mereka berdua mengobrol dengan saling melepas tangis dan juga saling menasehati. Hingga akhirnya Justin mengutarakan niatnya untuk melanjutkan pengobatan dan studinya ke luar negeri pada gadis kecil itu.
Namira yang merasa keberatan akan keputusan Justin dan keluarganya mengajukan protes pada lelaki yang selalu menghabiskan waktu bersama kakak dan dirinya.
"Kakak bohong sama ochi," ucap gadis kecil itu dalam isaknya.
"katanya ga akan pernah ninggalin Ochi seperti kak Nadira," protes gadis kecil itu dalam tangisnya.
Justin terdiam sejenak lalu menatap gadis yang selalu menjadi teman mainnya selain kakaknya.
"Maafin kakak dek, kakak janji suatu hari nanti bakalan balik buat kamu," ucap justin dalam janjinya demi gadis itu.
Lalu gadis yang di panggil Ochi itu pun menghapus air mata yang masih mengalir membasahi di pipi tembemnya.
"Janji?" Ochi bertanya ragu dan memandang Justin dengan mata sayu nya.
Justin tersenyum melihat tingkah gemas gadis kecil yang di hadapannya kini. Lalu ia mengangguk pelan.
"Janji" ucap Justin meyakinkan Ochi sembari menunjukkan kelingkingnya dan melekatkan di kelingkingnya Ochi.
Hari itu adalah hari terakhir Justin dan keluarganya menetap di Indonesia. Hal ini dikarenakan kakeknya Justin meminta papanya Justin mengurus perusahaan mereka yang ada di luar negeri. Mereka berpamitan pergi pada keluarganya Nadira dan juga Inka. Bahkan Mona sendirilah yang berpamitan pada Inka meskipun hanya melalui sambungan telepon.
"Jaga diri kalian baik-baik ya disini. Maafkan mbak dan sekeluarga, terlebih anak mbak, Inka," isak Mona yang sedari di tahannya.
Perasaan merasa bersalah selalu muncul jika dirinya mengingat Inka dan putrinya. Hal inilah yang selalu membuat dirinya seketika itu juga bersedih. Karena bagaimanapun cacat yang dialami oleh Justin masih bisa di sembuhkan dengan terapi dan pengobatan terbaik.
Akan tetapi cacat yang dialami oleh Jasmin sekarang ini, hingga kini dokter belum bisa memastikan apakah masih bisa di perbaiki atau tidak. Itulah sebabnya hingga kini Mona masih belum bisa tenang.
"Iya, mbak. Engga apa-apa mbak. Jasmin sudah lebih baik sekarang. Besok dia mulai sekolah lagi mbak. Makasih udah perhatian sama kami, " ucap Inka meyakinkan Mona.
"Memang sudah kewajiban kami, Inka" sahut Mona.
"Bagaimanapun mbak akan usahakan mencari dokter yang terbaik untuk mengobati Jasmine," ucapnya kembali seraya berjanji di dalam hatinya.
"Terima kasih banyak, mbak. Lebih baik mbak fokus dulu pada pengobatan putranya mbak. Tentang Jasmine, Insya Allah pasti ada jalan yang terbaik," sahut Inka.
Kedua wanita itu saling terdiam sejenak dan larut akan pemikirannya masing-masing. Di mana Mona berjanji tidak akan pernah melupakan kewajibannya untuk terus mengusahakan pengobatan terbaik bagi Jasmine, agar gadis itu bisa mendapatkan kembali apa yang hilang dari hidupnya.
Sedangkan Inka sendiri berjanji tidak akan merepotkan dan memanfaatkan kebaikan orang yang telah berempati padanya selama ini.
Hingga keduanya pun saling berpamitan untuk menutup telponnya masing-masing.
Tibalah waktu keberangkatan Keluarga Ardiansyah keluar negeri. Mereka telah memutuskan untuk menetap lebih lama di sana seraya menunggu pengobatan Justin. Mereka akan memutuskan kembali ke Indonesia jika pengobatan putra mereka dinyatakan selesai dan Justin dinyatakan pulih oleh Dokter di sana.
Semenjak itu tanpa di sengaja diantara mereka bertiga terputuslah segala komunikasi. Dimana setelahnya keluarga Nadira pun harus pindah dari lingkungan Justin tinggali dulunya.
Sedangkan Inka menjalani hari lebih sibuk dari biasanya. Hal ini dikarenakan Jasmin harus mengikuti pelatihan bersama para disabilitas lainnya.
Ibu dan anak itu sama-sama berjuang dan belajar untuk menjalani hidup mereka yang seketika berubah pasca kecelakaan tersebut.
.
...----------------...
mohon dukungan untuk novel ini. berupa like
vote, komen, rate, dan fav. terimakasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Riris Hutapea
good job Thor 👍👍 tetap semangat 💪👍😍🌹
2022-05-18
12
meli meilia
baru ngeuh ternyata udh tamat ya ini, kak.. waahh hebatt.. nanti sy tuntasin bacanya ka. tp nyicil dulu yaa kaa.. 😁😁
2022-03-20
1
Hazhilka279
maacih 😍
2022-03-15
0