itu bukan nyamuk

"Aku? masa lalu seperti apa? kamu tau siapa diriku kamu bilang? memangnya siapa aku menurutmu? " Dia terlihat berpikir, diam dan tidak menjawab pertanyaanku yang banyak.

Aku teringat tentang ucapannya yang singgah di ruangan yang penuh dengan foto anak-anak. Mungkin mama bercerita tentang aku yang bukan anak kandung mama. Aku tidak keberatan tentang hal itu.

Toh semua orang yang mengenalku tau akan hal itu, jadi apa salahnya. Mama dari dulu sangat menyayangiku.

Tapi, malah sesuatu tentang sisi burukku tidaklah banyak orang yang tau. Tapi dia sudah melihat itu secara langsung dan dia bertanya apakah aku keberatan? apa pertanyaan itu tidak terbalik?

Aku menepuk bahunya. Dia terlonjak kaget.

"Apa?! " Ucapnya dengan keras.

"Wow.. santai. " Aku terkekeh. Dia tersenyum malu.

"Aku tidak keberatan sama sekali jika kamu tau siapa aku dan masa laluku. Kamu bahkan sudah tau sisi burukku. Sekarang aku tanya, apa kamu keberatan mengenalku setelah tau siapa aku dan kelakuan burukku? "

Dia diam menatapku, apa aku salah bertanya begini padanya?

"Rain." Uacapku lirih sambil menatap matanya.

"Ya.? " Ucapnya tak kalah lirih. Dia masih menatapku.

Kenapa dengannya?

Aku memperhatikan sesuatu diwajahnya.

"Kamu gak merasa gatal? " Dia mengerjap bingung karena ucapanku.

"Hah? "

"Nyamuk itu bisa saja menghisap seluruh darahmu di bagian itu. " Ucapanku membuatnya melotot. Lucu sekali.

"Nyamuk? mana nyamuk? " Dia mengedarkan pandangannya.

"Kamu lihat apa? nyamuk itu menggigitmu. Kenapa kamu melihat seluruh ruangan ini? "

"Aku tidak melihatnya. " Ucapnya lalu melihat bagian tubuhnya yang tidak tertutup.

"Nyamuknya ada disini. " Ucapku lalu mengusap bibirnya. Dia membelalakan matanya dan diam mematung.

Eh! ini bukan nyamuk? apa ini? aku sedikit menggosoknya dengan ibu jariku.

"itu tahi lalat. " Ucapannya membuatku menarik seketika tanganku. Aku tersenyum kaku.

Sepertinya aku harus memakai kacamataku.

"Heheh, maaf. "

"Baru kali ini ada orang yang mengira tahi lalat kecil ini adalah seekor nyamuk. " Ucapnya datar sambil melihat ke arah lain.

"Lagipula bukan seperti itu caranya menangkap nyamuk. " Lanjutnya yang membuatku merasa tak enak.

"Maaf." Ucapku serius.

Dia mendesah. Apa dia marah? aku hanya menunduk. Ya sudah lah.

Selalu saja begini. Tapi ini jelas salahku.

"Tidak ada laki-laki yang berani menyentuhku karena mereka tau kalau saat tangan mereka sampai padaku dengan cara yang tidak baik, maka refleks bagian tubuh ini akan melindungi bagian tubuh lainnya. Perlindungan yang bisa saja membuat mereka cedera. " Ucapnya dingin. Aku kembali menatapnya.

"Jangan salah faham, aku tidak marah. Aku tau kamu tidak bermaksud buruk, hanya saja itu terasa aneh bagiku. " Dia tersenyum menatapku.

Laki-laki? ya, aku adalah laki-laki. Tak bisa dipungkiri walau seperti apapun sifat dan sikapku, aku tetaplah laki-laki.

Dia tersenyum lembut padaku. "Emosiku masih dalam tahap perbaikan." Dia terkekeh.

"Aku adalah orang yang kasar bila terusik. Ini adalah sisi burukku. Aku mengatakan ini agar kamu bisa menjaga jarakmu karena aku tidak ingin melakukan kekerasan padamu. " Ucapannya terdengar serius.

"Sekarang aku gantian bertanya, apa kamu keberatan mengenalku saat kamu tau seperti apa sifatku ini? " Lanjutnya menatap dalam mataku.

Aku menggeleng. "sama sekali tidak keberatan."

"Kalau begitu, apa mulai sekarang kita bisa berteman? " Ucapnya tersenyum tulus.

Aku membalas senyumannya.

"Iya, aku mau. "

Terdengar suara langkah kaki menuruni anak tangga. Aku menoleh ke arah suara itu. Kakakku berhenti dibagian anak tangga terakhir. Dia menatap aku dan Rain bergantian. Nampak kilatan permusuhan dimatanya saat melihat Rain.

Rain menatapnya datar seolah sedang menantang kakakku.

Ekhem!

Terdengar suara deheman mama.

Aku menoleh kearahnya yang sedang berjalan ke arah kami.

"Mama." Aku memanggilnya manja seperti biasanya. Nampak sedikit terlihat kalau Rain mengamatiku.

"Hujannya sudah berhenti, kamu mau lihat pelangi? " Aku menatap mama bingung. Itu pertanyaan untuk siapa?

"Ada pelangi, bu? " Aku menatap Rain heran karena dia tiba-tiba saja bersemangat.

Oh, pertanyaan itu untuknya.

Mama dan Rain beranjak keluar. Rain seperti lupa kalau masih ada orang disini.

"Apa yang dia lakukan padamu? " Tanya kakakku dingin.

"Tidak ada. Kami hanya mengobrol. " Jawabku jujur. Kejadian tahi lalat tadi tidak perlulah aku katakan.

Heheh... apa jadinya kalau aku mengatakan itu pada kakakku.

Kakakku duduk di sebelahku. Aku memeluknya manja. Kakakku membalas pelukanku.

Aku tau ini salah, tapi kakakku selalu membuatku nyaman dan dia pun tidak keberatan dengan apa yang aku lakukan. Lagi pula aku masih bisa menjaga agar kami tidak sampai ke arah situ.

Kami sayang orang tua kami dan menghormati mereka. Tapi perasaan ini tidak bisa kami hilangkan dengan mudah. Jadi sebisa mungkin kami tidak akan melakukan hal yang membuat orang tua kami bertambah kecewa.

Aku masih duduk bersandar di bahu kakakku saat tiba-tiba Rain masuk dengan tergesa-gesa.

"Eh! maaf. Aku hanya sedang mencari tas ransel ku. " Ucapnya lalu berjalan di belakang kami dan mengambil ranselnya yang tergeletak di sofa tak jauh dari kami.

Aku memperbaiki posisi ku. Aku merasa tak enak.

Kakakku mengelus bahuku seakan tau yang aku rasakan.

"Ransel buluk loe bisa bikin sofa gue jamuran! kalo masih ada lain kali, lebih baik loe bawa aja tas loe itu kemanapun loe melangkah di rumah ini. " Ucap kakakku sinis walaupun santai.

Rain mendesis dan berlalu tanpa berkata apapun.

Aku penasaran, apa yang dilakukan mama dan Rain di luar? apa mereka hanya melihat pelangi?

Kenapa Rain tiba-tiba bisa berubah begitu saat mendengar ucapan mama tentang pelangi?

Aku ingin keluar tapi sesuatu dalam perutku tiba-tiba berlomba ingin keluar.

"Aku mau ke kamar mandi!" Ucapku setengah berteriak lalu berlari kebelakang.

Ace POV

Aku tersenyum melihat Kana berlari. Tapi senyumku hilang saat ingat gadis itu. Apa yang dilakukannya diluar bersama mama?

Aku beranjak keluar dan berjalan santai. Aku tidak melihat siapapun.

Aku mendengar suara tawa dari arah taman. Sepertinya mama dan gadis itu berada di sana.

Aku merasa kesal karena mama semakin dekat dengan orang yang tidak tau siapa itu. Mama terlalu baik bersikap padanya. Itu berlebihan menurutku. Lagipula apa istimewanya dia untuk mama.

Rain?

Cih! Namanya saja membuatku jengkel.

Apa lagi orangnya.

Sebenarnya awalnya aku tidak tau kenapa aku merasa tidak suka melihat dia. Tapi setelah melihat kedekatannya dengan mama dan sikapnya yang berandalan membuat itu menjadi alasan yang kuat kenapa aku tidak suka bahkan sangat kesal melihatnya.

Aku tidak suka wanita yang angkuh dan manja. Tapi aku juga tidak suka perempuan seperti dia.

Ya, lebih tepatnya aku tidak terlalu tertarik dengan perempuan. Mereka hanya membuat aku kesal saja. Tapi gadis ini bahkan lebih parah dari itu.

Aku berjalan ke arah suara mereka.

Apa yang mereka lakukan? memotret pelangi?

Mama tidak pernah melakukan hal konyol seperti ini sebelumnya.

Ini pasti karena gadis aneh itu. Tidak cocok sekali tampang berandalan begitu menyukai pelangi. Dia pasti hanya mencari perhatian dari mama.

"Eh, Azz. Kamu ngapain disitu? " Tanya mamaku. Aku mengerjap bingung.

Kenapa aku bisa berjalan tanpa sadar hingga sampai sedekat ini dengan mereka?

"Ng, aku.... Aku hanya ingin mencari udara segar. " Ku harap alasanku masuk akal.

Mama menatapku curiga. "Benarkah? "

"Tentu saja benar. Udara sehabis hujan terasa sejuk, jadi aku keluar untuk menghirupnya. "

Mama mengangguk mencoba mengerti.

Mereka kembali sibuk. Rasa penasaranku tidak bisa aku kontrol. Sebenarnya apa yang membuat mereka sebegitu asyiknya?

Aku sedikit mengintip di belakang mereka. Gadis ini cukup tinggi, aku kesulitan untuk melihat apa yang mereka lihat.

"Ekhem! " Aku terperanjat saat mendengar deheman Kana. Mama dan gadis itu pun berbalik.

Mereka bertiga menatapku bingung. Aku menggaruk tengkukku yang tak gatal. Sial!

"A.. Aku pergi dulu. " Aku berlalu meninggalkan mereka.

Ais! Malu sekali aku. Aku ketahuan mengintip. Kana pasti curiga padaku. Dia pasti melihat aku yang mengendap-endap berjalan ke arah mama dan gadis itu. Apa yang akan dia pikirkan nanti?

Kurasakan mereka masih terus menatapku saat aku berjalan menjauh.

bersambung....

.

.

.

.

.

maaf ya kalau ada kata yang kurang berkenan.

salam dari yuya 😘😘

Terpopuler

Comments

Stanalise (Deep)🖌️

Stanalise (Deep)🖌️

Keren kerennn... Dengan begini gaada yang berani deket in kamu...

2022-09-25

1

Senajudifa

Senajudifa

mereka punya kelainan y

2022-08-17

1

Follow ig : tinatina3627

Follow ig : tinatina3627

hadir lagi tor nyicil

2022-03-30

0

lihat semua
Episodes
1 01 Mimpi Buruk
2 02 dibully
3 03 penjelasan
4 04 hadiah?
5 05 mimpi buruk lagi
6 06 berawal dari hujan
7 07 hilang dan sepi
8 08 gibah yang merubah
9 09 Ace!!
10 10 nasihat ibu dan kekhawatiran ayah
11 11 sisi lain
12 12 tentang Rain
13 13 adik kakak atau sepasang kekasih?
14 14 tentang Kana
15 15 Snow?
16 Visual
17 itu bukan nyamuk
18 demi melihat pelangi
19 kisah lalu teman baru
20 pertemuan
21 ternyata...
22 hanya berkomentar
23 Berdua
24 Apa Alasannya?!
25 pilihan tetap tinggal tidaklah salah
26 tamu dalam mimpi
27 Firasat
28 Dia Sudah Tiada
29 Perasaan Yang Familiar
30 Resto Kebakaran!
31 Ingin Bermain
32 Paman Botak
33 Ada Kemajuan
34 Musibah
35 Berpamitan dan Bertemu
36 Terganggu
37 Tanpa Alasan
38 Penampakan
39 Penampakan yang sesungguhnya
40 Tampak Berbeda
41 Biasa Aja
42 Sebenarnya Tak Ingin Melihat (BL)
43 Berdamai
44 Tamu
45 Ada Apa?
46 Telah Berubah
47 Dua Insan Di Tepi Kolam
48 Salah Faham?
49 Sisi Yang Menyeramkan
50 Tidak Sadar
51 Kabar
52 Mengatakan Perasaan
53 Apa Yang Sebenarnya Terjadi
54 Tidak Mengerti
55 Tak Boleh Pergi
56 Aku Menghawatirkan mu
57 Bertemu saat membutuhkan
58 Foto Geraldi Zhang dan Kecurigaan
59 Takut
60 Kecewa
61 Terjadi Sesuatu
62 Bertarung
63 Walaupun Bukan Anakku
64 AceRain...
65 Seperti Inilah Kenyataannya
66 Salah Pak Supir?
67 Terpisah Jarak
68 Dimana Zee?
69 Menjadi Alasan
70 Buku Nikah
71 Ternyata dia adalah ibu tiriku
72 Siapa Sebenarnya Aku?
73 Dia dan Beberapa Rahasia
74 Kekalahan Rain
75 Masalah Karena Masalah
76 Ibu Merasa Cemburu
77 Canggung
78 Ada Sesuatu
79 Ada Manis-Manisnya
80 Reynaldi Zhang
81 Alasan
82 Pulang
83 Siapa Dia?
84 Tetap Harus Bicara
85 Harus Diakhiri
86 Bingung
87 Sesaat Mencoba Tenang
88 Tidak Seburuk Itu
89 Mengajak Zee Pergi
90 Jadi Dia Sudah Tau?
91 Ammar
92 Meminta maaf?
93 Apa bisa dipercaya?
94 Berbanding terbalik
95 Obrolan di suatu malam
96 Setelah dia pulang
97 Berjalan lancar
Episodes

Updated 97 Episodes

1
01 Mimpi Buruk
2
02 dibully
3
03 penjelasan
4
04 hadiah?
5
05 mimpi buruk lagi
6
06 berawal dari hujan
7
07 hilang dan sepi
8
08 gibah yang merubah
9
09 Ace!!
10
10 nasihat ibu dan kekhawatiran ayah
11
11 sisi lain
12
12 tentang Rain
13
13 adik kakak atau sepasang kekasih?
14
14 tentang Kana
15
15 Snow?
16
Visual
17
itu bukan nyamuk
18
demi melihat pelangi
19
kisah lalu teman baru
20
pertemuan
21
ternyata...
22
hanya berkomentar
23
Berdua
24
Apa Alasannya?!
25
pilihan tetap tinggal tidaklah salah
26
tamu dalam mimpi
27
Firasat
28
Dia Sudah Tiada
29
Perasaan Yang Familiar
30
Resto Kebakaran!
31
Ingin Bermain
32
Paman Botak
33
Ada Kemajuan
34
Musibah
35
Berpamitan dan Bertemu
36
Terganggu
37
Tanpa Alasan
38
Penampakan
39
Penampakan yang sesungguhnya
40
Tampak Berbeda
41
Biasa Aja
42
Sebenarnya Tak Ingin Melihat (BL)
43
Berdamai
44
Tamu
45
Ada Apa?
46
Telah Berubah
47
Dua Insan Di Tepi Kolam
48
Salah Faham?
49
Sisi Yang Menyeramkan
50
Tidak Sadar
51
Kabar
52
Mengatakan Perasaan
53
Apa Yang Sebenarnya Terjadi
54
Tidak Mengerti
55
Tak Boleh Pergi
56
Aku Menghawatirkan mu
57
Bertemu saat membutuhkan
58
Foto Geraldi Zhang dan Kecurigaan
59
Takut
60
Kecewa
61
Terjadi Sesuatu
62
Bertarung
63
Walaupun Bukan Anakku
64
AceRain...
65
Seperti Inilah Kenyataannya
66
Salah Pak Supir?
67
Terpisah Jarak
68
Dimana Zee?
69
Menjadi Alasan
70
Buku Nikah
71
Ternyata dia adalah ibu tiriku
72
Siapa Sebenarnya Aku?
73
Dia dan Beberapa Rahasia
74
Kekalahan Rain
75
Masalah Karena Masalah
76
Ibu Merasa Cemburu
77
Canggung
78
Ada Sesuatu
79
Ada Manis-Manisnya
80
Reynaldi Zhang
81
Alasan
82
Pulang
83
Siapa Dia?
84
Tetap Harus Bicara
85
Harus Diakhiri
86
Bingung
87
Sesaat Mencoba Tenang
88
Tidak Seburuk Itu
89
Mengajak Zee Pergi
90
Jadi Dia Sudah Tau?
91
Ammar
92
Meminta maaf?
93
Apa bisa dipercaya?
94
Berbanding terbalik
95
Obrolan di suatu malam
96
Setelah dia pulang
97
Berjalan lancar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!