"Ya Allah.. Hahaha....anak ibu lucu sekali... " Hastini tergelak saat kedua anak gadisnya pulang.
Zee memakai baju milik Rain yang sangat kebesaran untuknya karena tinggi Zee hanya sebatas dada Rain saja.
Rain singgah di masjid untuk shalat karena takut terlambat kalau harus menunggu pulang. Dia selalu membawa baju ganti untuk shalat dan juga mukena.
Rain menyuruh adiknya mandi dan memakai bajunya agar ibunya tidak curiga dengan keadaan Zee.
Bukannya mereka tidak mau melapor, hanya saja sekarang bukan saat yang tepat. Rain ingin membuat si pelaku tak berkutik, bukan seperti dulu. Melaporkan kasus yang sama tapi malah kekecewaan yang didapat.
"Tadi di resto ada banyak pelanggan jadi gak bisa jemput cepat. Tadi Zee main air sama teman-temannya. Karena bajunya basah kusuruh pake bajuku dulu." Ucap Rain sambil duduk di sofa.
Zee sudah pergi ke kamarnya karena malu dan juga tak ingin ibunya banyak bertanya. Pikirannya terlalu lelah untuk menjawab pertanyaan ibunya.
"Kamu capek ya?" Ibunya ikut duduk.
Rain menghela nafas, ibunya bertambah cemas. "Saya mau mandi dulu ya, Bu" Rain sudah beranjak.
......................
"Saya mau ke resto lagi. Nanti mungkin jam 10 baru bisa pulang. " Ucap Rain sambil menyalami ibunya.
Hastini tau anaknya pasti lelah. Di lihatnya jam dinding, jam 16:40. Apa anak itu sudah istirahat? Pikirnya. Akhir-akhir ini Rain selalu sibuk.
Dalam hati, Hastini ingin sekali berbincang dengan anaknya itu. Apalagi dengan kabar yang didengarnya hari ini. Tapi mungkin dia harus menunggu saat Rain ada waktu senggang.
Selama perjalanan Rain terus memikirkan ibu dan juga adiknya. Sebenarnya ia tak tega melihat wajah sedih ibunya. Tapi dia juga ingin menghindar dulu agar pikirannya jernih.
Resto hanyalah alasan Rain untuk menghindari ibunya. Karena dia berencana ke rumah temannya. biarlah dia mendapat hukuman dari bosnya. dia masih membutuhkan waktu.
waktu kerjanya bisa dimulai setelah maghrib. Dia pergi ke rumah temannya untuk menyusun rencana agar menghindari sesuatu yang mungkin terjadi.
...............................
"Jadi, bisakah? " Rain mengutarakan keinginannya agar temannya bisa membantu. Sebelumnya Rain menceritakan keseluruhan masalah yang terjadi disekolah Zee. Dia tidak bisa mencari tau sendiri.
Temannya mengangguk mengiyakan. Rain berpikir ini bukan masalah sepele. Harus ada orang yang ahli untuk mencari tau dan Rain bukanlah ahlinya.
Rain mendesah dan mengacak rambutnya frustasi. Dia teringat mimpi buruknya. Apakah ada hubungannya dengan adiknya. Apakah anak-anak itu bisa melakukannya sampai sejauh itu.
Ini bukan masalah yang bisa dibuat oleh hanya anak-anak. Pasti ada orang yang mengambil keuntungan dari masalah ini. Mengingat korban yang malah menjadi pelaku tidaklah sedikit. Apa pula tujuannya? Mana mungkin ini hanya karena anak yang nakal yang ingin terlihat eksis.
"Aaaaarrggghh" Rain berteriak tiba-tiba.
Temannya yang sedang minum tersedak karena terkejut.
"Uhuk... Uhuk... Uhuk...hoek.... " orang itu berlari kekamar mandi.
"Sialan loe!!! Kira-kira kenapa kalo teriak. Kaget gua... " Keluhnya lalu duduk dengan wajah merah.
"Kalo sampe ada orang denger di rumah gua ada cewek yang teriak-teriak, habis gua." Ocehnya sedikit kesal.
Rain memandangnya malas, Masih duduk dengan kepala menyandar di kursi.
"Ck!! Siapa juga yang akan menyangka kalau aku ini perempuan" Ucap Rain sebal.
"Haha... Sampe lupa gua. Punya temen transgender kayak loe"
"Ish!! " Rain menonjok bahu temannya pelan.
"Gue cewek!!! asem loe!!! "
"udah mau maghrib ni, loe gak pergi? "
"bentar... gue ngantuk! " Rain terpejam.
Temannya tersenyum melihat tingkah Rain.
..................
Adzan pun terdengar...
"Haish!! Arza..!!! kenapa loe gak bangunin gue.." Rain berteriak panik, notifikasi Adzan di Hpnya terdengar nyaring dan membangunkannya.
"Loh.. gue kira loe cuma merem.. Hehe" Temannya yang berjalan dari dapur merasa tak bersalah dan cuma nyengir.
Rain pergi dari rumah temannya dan menuju masjid. Setelah itu dia pergi ke Resto.
.......................
Di Resto..
"Hai Rain.. " Teman-temannya menyapa.
"Hem... Hai.. " Jawabnya sedikit lesu.
Rain pergi keruang ganti dan keluar dengan memakai seragam koki.
Rain adalah koki di restoran milik teman ayahnya. Walaupun bukan koki utama, tapi masakan Rain selalu dinanti pelanggan.
Tidak setiap hari dia bekerja di sana.
Karena jadwal kuliah dan juga aktifitas di tempat karate sudah menyita sebagian waktunya.
Bagi teman-temannya profesinya terlihat melelahkan. Tapi Rain senang dan tidak mengeluh. Kedua pekerjaan itu adalah hobbynya.
Rain menjadi juara di setiap ada lomba memasak di sekolahnya dulu. Menjadi murid unggulan di sekolah karena bakatnya itu.
Rain ikut karate karena... Rain memiliki emosi yang sering memuncak. Pikirnya karate tempat yang tepat untuk menyesuaikan emosinya itu. Entahlah.. Pokoknya dia senang dengan dua keahlian yang sangat menguntungkan baginya itu.
Bisa membela diri dan juga bisa membela perut 😁😁
Rain menunggu dipanggil oleh bosnya. Tapi ternyata dirinya aman sampai waktu pulang tiba. Rain merasa lega, setidaknya tidak perlu menjelaskan banyak alasan.
"Rain.. " Panggil seorang perempuan saat Rain hendak pulang. Rain hanya menoleh.
"Besok kan hari minggu, kamu mau kemana?" Tanya orang itu. Namanya Sinta, pelayan di Resto itu. Sinta bersama dua orang temannya menghampiri Rain.
"Mau kesini. " Jawab Rain sambil memakai helm. Sinta berdecak. "Emang dari pagi? "
"Oohh.. Pagi mau ke bengkel, servis ni motor. Kenapa emang? "
"Ke bengkel sendiri?" Rain mengangguk.
"Tadinya kita mau ajak kamu belanja besok"
"Gak bisa. Lain kali aja, ok! " Rain tersenyum.
"Ya udah gak apa-apa. Kita kasih aja dia hadiah besok." Ucap teman Sinta menyemangati karena melihat raut wajah Sinta yang sedih.
Entah kenapa Rain teringat anak-anak nakal itu. Hadiah? Batinnya. Rain menyeringai.
Rain berpamitan pada temannya karena malam semakin larut.
Sampai di rumah Rain langsung tidur setelah mencuci tangan dan kakinya. Dia sudah sholat dan makan di restoran. Orang tuanya yang menunggunya pulang pun ikut tidur.
...................
Pagi hari yang masih gelap dan Adzan pun belum berkumandang. Rain sudah terbangun dengan badan yang segar walau masih terasa lemas karena bangun tidur.
Rain melihat ibunya yang sedang memotong sayuran. Rain membantunya dan berinisiatif untuk memasak karena ini hari libur, jadi dia memiliki banyak waktu pagi ini.
"Eehh.. Sudah bangun? " Tanya ibunya saat Rain sampai . Rain hanya mengangguk.
"Sana cuci muka dulu. "
"Udah, Bu" Jawabnya.
"Biar hari ini saya yang masak" Ucap Rain sambil ikut memotong sayuran.
"Iya... " Hastini tersenyum. Mungkin ini saat yang tepat. pikirnya.
Hastini mulai bercerita tentang masalah Zee. Hastini juga memberi tahu siapa yang menyampaikan kabar itu padanya.
Rain yang tidak menyangka ibunya sudah tau pun hanya terdiam mencoba menilai seperti apa perasaan ibunya. Cemas dan khawatir terlihat dari wajah ibunya. Rain tau ibunya berharap padanya.
Setidaknya Rain tidak membuat syok ibunya karena bukan dia yang memberi kabar terlebih dahulu.
Rain menenangkan ibunya dan memberi tahu rencana apa yang sedang dijalankannya. Rain sudah meminta bantuan seseorang yang Rain tidak memberi tahu ibunya kalau orang itu adalah temannya. Ibunya terlihat lega.
Terdengar Adzan shubuh berkumandang. Kegiatan di dapur hanya sekedar memotong sayur karena waktu sudah terpotong oleh cerita.
Hastini membangunkan dua anaknya yang lain untuk mengajak mereka sholat berjamaah. Bapak sudah bangun lebih dulu dan sudah pergi ke Masjid.
Hari ini mereka semua libur dan beristirahat di rumah. Zee dan Arka senang karena hari ini Rain yang memasak. Ibunya manyun melihat kedua anak itu heboh oleh masakan Rain.
Mereka berebut. Mereka tak pernah seperti itu kalau dirinya yang memasak.
Hastini teringat ketika Rain SMP dulu. Memasak ikan hasil pancingannya..
Hastini tergelak tiba-tiba dan itu membuat anak-anaknya saling tatap kebingungan. Pak Djaja makan tanpa terganggu.
"Iiii... Ibu kenapa ketawa sendiri? " Zee menatap ibunya. Hastini menoleh kearahnya.
"Ibu cuma keringat waktu Rain sama Arka mancing dulu.. Hahaha" Ibunya menceritakan Rain yang menangis karena ikan hasil pancingannya yang sudah dimasaknya sedemikian rupa habis bersih dimakan oleh Arka.
Rain yang sedang makan mengangkat kepalanya melihat ibunya. Arka terkekeh. Zee hanya melongo karena tak tau akan kejadian itu.
Rain teringat saat dia dan kakaknya memancing dulu. Rain bersenandung sepanjang perjalanan ke sungai. Kakaknya yang mengomel tak juga ia hiraukan.
𝘮𝘢𝘯𝘤𝘪𝘪𝘪𝘯𝘨.... 𝘪𝘬𝘢𝘯...
Dua kata itu terus keluar dari mulut Rain sambil dilagukan. Arka hanya merengut sepanjang perjalanan.
"Bisa diem gak sih dek? suara pas-pasan juga. Gak ada bagus-bagusnya!! " Rain melirik sebentar kakaknya lalu... Manciiiing ikan.. Itu lagi yang keluar.
Rain merentangkan kedua tangannya setelah sampai di sungai.
"Waaahhhh.... sejuk... Gak sabarnya mau... Manciiiing.... Ikan"
Bukk!!!
Arka yang merasa sebal melempar sendalnya dan mendarat di kepala Rain.
"Sakit loh, Bang!!! " Rain mengusap kepalanya.
Usaha Arka tidak sia-sia, karena setelah itu Rain diam walau mukanya terus di tekuk.
30 menit sudah mereka memancing tapi ikan tidak juga didapat. Arka mulai tidak sabar sementara Rain sudah kembali ceria.
Rain kembali menyanyi dengan riangnya. Arka semakin kesal dibuatnya.
"Dek, kalo kamu berisik mana ikannya mau datang? " Arka berusaha sabar.
"Dari tadi kita diem juga ikannya gak datang. Mending ikannya diajak nyanyi aja biar seneng"
"Tapi suara kamu itu loh... mengganggu. "
"Manciiiing... Ikan... " Rain menyanyi.
"Diem" wajah Arka datar...
"Manciiiing ikan, mancing ikaaan dilautan"
"Ini sungai bukan laut"
"Mancing...ikan, mancing ikan dapat uudaang"
Arka berdecak.
"Eh, Bang. Serius nanya nih. Udang tu nangkapnya gimana sih? Emang bisa dipancing? " Rain menatap wajah kakaknya menunggu. Arka diam cemberut.
"Ya elah Bang. Orang mancing tu harus sabar"
"Gimana mau sabar kalo mancing sama kamu"
Tiba-tiba pancingan Rain ditarik. Rain menarik pancingannya dan terkejutnya mereka. Ikan itu besar.. Arka melongo melihat ikan itu.
"Tuh kan Bang. Kalau kita mancingnya sabar nanti dapat ikan. Hehe.. Aku dapat satu. Abang dapat apa? " Rain menengok kearah ember Arka. Arka mendengus.
Rain tetap setia bernyanyi dan dengan setianya ikan selalu datang padanya. Rain merasa sudah cukup menangkap ikan. Arka hanya dapat 1 ekor. Aneh memang, ikannya pilih kasih.
Rain beranjak pulang. Arka masih diam dipinggir sungai sebelum akhirnya pancingannya di buang karena kesal.
Rain berjalan santai menuju rumah. Tiba-tiba Arka yang tertinggal sudah berlari mendahuluinya seperti ketakutan.
"Eh! Si Abang kenapa? " Rain menengok kebelakang. Tidak ada apa-apa.
.
.
.
.
.
.
cerita yang acak-acakan lagi..
tapi hatiku masih pengen bercerita
walaupun gak jelas tapi....
apa adanya aja lah...
salam dari yuya.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞꙳ᷠ❂ͧ͜͡✯ͣ۞ͪ௸
kisahnya sangat bagus kak, auto masuk list baca..
dan sangat ehem.. aaaa... aku jadi anu..
2023-01-05
1
Syifa_NA
Emaknya malah ngetawain
2022-11-09
0
Manusia Random🖌️
Dunia sekarang haus bukti dan saksi Rain
2022-09-30
2