Hastini terkejut saat mendengar cerita anaknya yang dibully oleh teman sekolahnya.
Dulu dia tau dan masalah itu sudah terselesaikan. Tapi ternyata semua itu terulang.
Zee yang selalu riang tak pernah memperlihatkan kesedihannya ataupun tampak tertekan.
Siapa yang menyangka dia kembali dibully oleh teman sekolahnya.
Rain. Apa dia tau?
"Jadi apa Bu Hasti mau menempatkan Zee di sekolah SMA dengan tempat yang sama?" tanya Bu Tari, tetangga yang sedari tadi mengajak Hastini mengobrol, lebih tepatnya mengadukan masalah yang dialami Zee.
Gedung sekolah Zee berdampingan dengan gedung sekolah SMA yang rencananya setelah Zee lulus, Zee akan di sekolahkan di sana.
Hastini tampak sedih, sedih dengan nasib yang dialami Zee selama 3 tahun ini sekolah di sana.
.
.
Siang hari
"𝘒𝘢𝘬𝘢𝘬 𝘣𝘦𝘭𝘶𝘮 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘫𝘦𝘮𝘱𝘶𝘵. 𝘯𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘫𝘢𝘮 3 𝘣𝘢𝘳𝘶 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨. " Rain mengirim pesan pada Zee.
Zee menghela nafas melihat pesan itu. Zee bersama kedua temannya sedang makan siang di kantin sepulang sekolah.
"Kenapa? " tanya salah satu temannya. Vanya.
"Kakakku belum bisa jemput, katanya jam 3 baru bisa jemput. " Zee terlihat sedih.
Teman Zee yang satunya mengambil ponselnya mengetik sesuatu.
"Gak usah sedih. Kita temenin sampe kakak kamu datang, Oke? " hiburnya.
"Nanti kalian di jemput gimana? " tanyanya masih terlihat sedih.
"Aku udah SMS orang yang mau jemput. Aku bilang jemput aja jam 3 nanti, " jawabnya. Rasty namanya. Dia terlihat lebih dewasa dari kedua temannya.
"Kalo kamu? " tanya Zee pada Vanya.
"Kalo aku makin lama pulang makin bagus, " jawabnya enteng sambil mengaduk-ngaduk makanannya. Zee dan Rasty saling pandang tak mengerti.
Rain bekerja di restoran. Kalau dia tidak kuliah dia akan bekerja dari pagi.
Siang itu Rain sangat sibuk, banyak pelanggan yang datang dan itu membuatnya kerepotan.
Akhirnya dengan berat hati dia mengirim pesan pada adiknya karena dia akan telat datang.
Meskipun rasa khawatir terus datang saat ia bekerja, tapi tanggung jawab di tempat kerjanya ini tak mungkin ia abaikan.
Ketika waktu sudah luang dia minta izin pada pemilik restoran untuk menjemput adiknya. karena pemilik restoran adalah teman ayahnya, izin itu mudah di dapatnya.
Rain memakai masker dan helm lalu melajukan cepat motor matic nya.
Rain hampir sampai ke tujuannya, tapi dari jarak 50 meter dia melihat beberapa anak yang memakai seragam SMP dan sedikit dari mereka berseragam SMA, sedang berkumpul seperti membentuk lingkaran.
"Ada apa? Dan lagi kalau ada yang tak beres kemana penjaga sekolahnya?" pikirnya.
Rain sedikit mengurangi kecepatannya agar tidak membuyarkan kumpulan anak-anak itu.
Rain yakin itu bukan kecelakaan karena jaraknya tidak jauh dari sekolah dan jalan ini bukan jalan raya. Lagipula tidak ada motor atau mobil disitu.
Rain berhenti, dia penasaran dan berjalan perlahan kearah anak-anak itu tanpa melepas masker dan helmnya dan benar saja dugaannya, bukan kecelakaan karena terdengar tawa dari sebagian anak-anak itu.
Tapi kenapa ada suara orang menangis?
Rain sudah ikut dalam kerumunan anak-anak itu. Betapa terkejutnya dia saat melihat adiknya dan kedua temannya berada ditengah kerumunan dan sudah basah kuyup.
Bukan Zee yang menangis tapi anak dengan kulit putih pucat dan berambut pirang. Itu Vanya. Seketika ada anak laki-laki akan menuangkan sesuatu ke kepala Vanya.
Cairan berwarna kuning kecoklatan didalam botol itu terlihat menjijikkan.
"Hahahaha..." Tawanya menggelegar seakan menang dengan keadaan itu.
" Ini dia anak cupu, hukuman untukmu, " Lanjutnya masih dengan tawa.
Rain menangkap cepat botol itu tanpa mengotori tangannya. Anak laki-laki yang memegang botol yang ternyata berseragam SMA melotot kearahnya.
Rain membalas tatapan anak itu menantang.
Tanpa disangka Rain menuangkan cairan itu ke kepala anak laki-laki itu.
Semua mata tertuju kearah Rain. Zee dan kedua temannya senang tak terkira karena Rain datang tepat pada waktunya.
Anak laki-laki itu gelagapan dan merasa jijik. Dia berteriak marah pada Rain.
"SIALAN!! SIAPA LOE DATANG-DATANG BIKIN ULAH! LOE GAK TAU SIAPA GUE, HAH?!" bentak anak itu penuh amarah.
Teman yang ada didekatnya pun sedikit mengambil jarak. Karena takut dan juga tak tahan dengan baunya.
"Membuat ulah katamu? " Jawab Rain memandang remeh anak itu. Matanya menatap tajam di balik helm.
"Lalu apa kamu pikir ini bukan masalah?" tanya Rain sambil menunjuk Zee dan kedua temannya.
Anak laki-laki itu merasa tak terima dan seketika melayangkan pukulan pada Rain. Rain menangkisnya dengan mudah dan mendorong anak itu hingga tersungkur dan meringis kesakitan.
"Kami memberi hukuman pada anak nakal seperti mereka. Lagipula siapa kamu ikut campur urusan kami? " ucapnya lantang merasa benar.
" Aku? Mereka adalah adikku, " jawab Rain enteng dan itu membuat anak laki-laki itu bertambah marah.
"Lagi pula bagiku mereka tidak nakal. Lihat apa yang kalian lakukan? mengerumuninya, membuat mereka basah kuyup dan menangis. Kalau mereka nakal laporkan pada guru kalian bukan seperti ini, " Lanjutnya geram dan sedikit terpancing dengan kemarahan anak laki-laki itu.
Anak-anak lain merasa jengah dan membantu anak laki-laki itu berdiri. Anak lainnya sudah membawakan ember berisi air yang entah dari mana didapatkannya.
"Kurasa sesuatu yang kuajarkan selama ini tidak berguna untukmu." Kata-kata Rain entah ditujukan untuk siapa. Bahkan Zee tidak mengerti.
Seketika anak laki-laki yang sudah basah kuyup karena disiram air seember, diam mematung. Dia merasa takut tapi ia coba buang jauh-jauh ketakutannya itu.
Rain membuka helmnya perlahan. Terlihat rambut hitamnya yang diikat dan sedikit kusut. Dia merapikan rambutnya lalu memandang anak-anak itu satu persatu dengan tatapan yang menakutkan.
Keberanian anak-anak itu sedikit menciut dengan tatapan tajam Rain. Sebagian dari mereka menunduk. Kenapa? Mereka sendiri tak tau. Rasanya dengan melihat mata itu saja sudah membuat mereka takut.
Rain melemparkan helmnya ke jalan. Walaupun marah Ia tak mungkin melemparnya pada anak-anak itu.
Helm itu sedikit retak. Tapi anak-anak itu terkejut bukan main bahkan ada yang menjerit ketakutan.
Sebagian dari mereka ada yang ingin menyingkir tapi ancaman dari Rain membuat mereka menciut dan diam ditempat.
"Siapapun yang pergi maka nasibnya akan sama seperti helm itu. Aku sudah menghafal wajah kalian satu persatu" nada suaranya begitu dingin.
"Aku tidak mengajarkanmu untuk menindas orang lain. Kalau tangan dan kakimu tidak bisa kamu gunakan untuk melindungi dirimu dan orang lain,dan kalaupun kamu ingin terlihat kuat dimata orang, tidak perlulah kamu menindas orang yang lebih lemah darimu. " Lagi-lagi kata-kata Rain tidak tau ditujukan untuk siapa.
Rain melepas maskernya. Anak-anak laki-laki yang berseragam SMA terkejut bukan main. Rain adalah senior sekaligus pelatih di tempat karate,tempat mereka latihan. senior yang terkenal menakutkan.
Bagaimana bisa dia tidak mengenali suara seniornya itu, karena yang ia tau suara Rain tidak seperti itu. betapa bodohnya dia.
"Ka-kak..kak Rain! " anak itu membelalak, suaranya tercekat.
"Ya" jawab Rain dengan wajah dingin.
Anak laki-laki itu merasa lebih baik di jungkir balik kan didepan umum dari pada harus menghadapi seniornya ini. Dia takut setengah mati.
apalagi sekarang dia telah membuat masalah di depan mata seniornya itu.
Anak-anak lain menatap mereka bingung.
"kenapa.. kenapa kalian membawaku dalam masalah, anak nakal? " tanya anak itu.
Pertanyaan itu ditujukan untuk anak-anak yang membawanya untuk menghukum Zee dan kedua temannya.
Rain melipat tangan di dada, mulai malas dengan drama yang akan segera muncul.
" Jang-" Kata-kata Rain terpotong saat mendengar suara teriakan dari halaman sekolah.
"HEI!!! ANAK-ANAK KURANG AJAR!!! BERANI SEKALI KALIAN MENGUNCI SAYA DI KAMAR MANDI!!!" Teriakan dari seorang lelaki bertubuh sedikit gempal dengan tongkat besi ditangannya. Lelaki itu memakai seragam satpam.
Anak-anak itu lari berhamburan tak terkecuali anak-anak SMA itu.
Tidak sedikit dari anak-anak itu menabrak Rain dan dia tau itu bukan tak sengaja. Mereka juga menubruk Zee dan kedua temannya sampai jatuh terduduk.
Rain memungut helmnya.Satpam tiba didepan Rain dan berhenti karena tak kuat berlari. Dia terengah-engah.
"Sudahlah pak tidak usah dikejar. Tuh lihat sudah bersih. Mereka terlalu kecil untuk berlari dan bapak terlalu besar untuk mengejar. " Ucap Rain dengan santai menetralkan emosinya.
Satpam itu menatap Rain dengan jengkel. Zee melongo dengan sikap kakaknya.
Kata-kata Rain terdengar bagus, jika disampaikan pada situasi yang tepat dan dengan obyek yang tepat pula.
"maksudnya? " Satpam itu mengkerut marah.
"maksudnya mereka terlalu kecil sehingga ringan sementara Bapak terlalu bueesar sehingga buerat" Vanya terkikik mendengar ucapan Rain.
Satpam itu semakin melotot.
"Saya mengerti maksud kamu itu apa. Tidak usah kamu jelaskan seperti itu!!! "
Rain tersenyum mendesis. Ketiga anak dibelakangnya menahan tawa hingga terkikik. kurang ajar memang.
Rain kembali santai.
"Pak, saya mohon maaf atas ketidaknyamanannya. Tapi, Bapak bisa lihat kan bagaimana keadaan anak-anak ini? " Rain melihat kearah Zee dan kedua temannya.
Satpam itu diam melihat kearah Zee dan temannya, acak-acakan. Satpam itu menghela nafas dan terlihat lebih tenang.
"Saya juga minta maaf karena kecerobohan saya anak-anak ini dalam masalah. Saya sendiri tidak tau kalau mereka mau mangerjai saya. Mereka tadi datang minta tolong,katanya keran kamar mandi retak dan airnya terus mengalir, ya saya coba bantu. Apalagi wajah mereka panik begitu. Eeehh... Sampe kamar mandi kok malah saya dikunci. Gak tau juga mereka dapat kunci itu dari mana? "
Rain membuang nafas kasar. Ingin sekali rasanya Rain mengutarakan keluhannya, tapi dia tau bukan seorang satpam yang bisa menyelesaikan masalah di sekolah adiknya ini.
"Ya sudah, Pak. Kalau begitu kami pamit. Apa di dalam masih ada orang? " Rain teringat.
"Ya, ada. Ada beberapa guru yang masih mengajar, tapi mereka di belakang. Saya teriak-teriak saja mereka tidak dengar. Saya dobrak tadi itu pintu"
"Ya sudah" Rain beranjak diikuti Zee dan kedua temannya.
Rain sampai di motornya..
"Jam berapa ini? " tanya Rain memecah keheningan.
"Jam 15:12,Kak" jawab Vanya melihat ponselnya.
"Kalian gak pulang? "
"lagi nunggu jemputan, Kak. " Vanya lagi yang menjawab.
"Sebenarnya tadi ada apa? " Rain menatap ketiga anak itu bergantian. Mereka diam dan tampak gugup.
sekian dulu...
ceritanya masih gak karuan...
maaf karena aku masih amatiran....
salam dari yuya.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
ťeĐĎý🐻BeaŔ
aq paling ga suka sama pembuly-an, selalu jelasin ke anak q klo itu tidak baik dan bisa berujung di penjara.
2023-01-05
0
🍒Nungma🍃
tak kusangka si rain jago nela diri, kagum banget sama si rain
2023-01-04
0
Syifa_NA
satpamnya makan gaji buta ya thor??
2022-10-19
1