Pelangi Tanpa Batas Warna
Pernahkah kau mengibaratkan takdir dengan hal lain? mengibaratkannya dengan hal lain yang indah dan sama-sama diciptakan olehNya. Seperti mengibaratkannya dengan Pelangi.
Pelangi indah bukan? Seperti indahnya takdir yang telah digariskan kepada kita. Takdir yang pantasnya untuk kita terima.
Baik ataupun buruk hal yang kita dapat adalah sesuatu yang telah digariskan oleh-Nya. Meskipun tak dapat dipungkiri hati akan sedih dan mata mungkin menangis kala mendapat takdir yang buruk. Itu adalah hal yang wajar karena kita adalah manusia yang memiliki perasaan.
Walaupun teori tidak bisa disamakan dengan yang kita hadapi. Meskipun terasa pahit akan tetapi Tuhan selalu punya rencana yang terbaik untuk kita.
Bagiku seperti itulah takdirku. Seperti pelangi yang indah dengan ragam warna didalamnya. Seperti berbagai jenis pelangi dengan keistimewaan yang hanya Tuhan lah penciptanya....
Entah apa orang lain bisa menerima cara pandang ku terhadap takdir.. tapi aku akan berusaha menerima itu... karena itu adalah takdirku.....
.
.
Dentang jarum jam terasa nyaring terdengar di malam yang dingin dan sunyi. Seakan menambah seram suasana pada malam hari. Seandainya, itu terdengar oleh seorang gadis yang tengah terlelap dalam mimpi.
Hanya saja, mimpi yang dialaminya seakan lebih menakutkan dari kesunyian malam yang dilaluinya.Lebih mencekam dari dinginnya malam yang menyelimutinya. Terlihat dari gerakan tubuhnya yang terus gelisah dengan keringat yang bercucuran, seakan dinginnya malam tak berarti apa-apa baginya.
Sesaat kemudian dia terbangun dengan nafas yang tidak beraturan. Ia menoleh kearah jam dinding yang terlihat samar karena gelapnya ruangan kamar tidurnya. Jam 3 pagi.
Dengan detak jantung yang masih tak beraturan, ia beranjak dari tempat tidurnya tanpa berniat untuk menyalakan lampu kamarnya.
Ia beranjak menuju dapur. Sesampainya di sana ia mengambil segelas air minum dan duduk di kursi. Menerawang pada gelapnya ruangan sambil minum perlahan.
Tiba-tiba lampu dapur menyala dan memperlihatkan seorang wanita paruh baya yang masih terlihat kusut khas bangun tidur.
Wanita itu terkejut melihat anaknya tengah duduk minum dengan tatapan yang kosong. Segera ia menghampiri anaknya dan mengibaskan tangannya didepan wajah anaknya.
"Rain... " panggilnya sedikit lirih, yang dipanggil masih diam tanpa menoleh.
"Kamu sudah bangun atau masih tidur? " Tanyanya.
Itu pertanyaan yang aneh karena yang ditanya jelas sedang minum. Ibunya lalu menggoyangkan pelan bahu anaknya, barulah gadis itu menoleh.
"Kenapa? tumben jam segini udah bangun? " Tanya ibunya menatap lembut anaknya lalu menarik kursi untuk duduk.
Rain kembali menatap lurus kearah gelas yang digenggamnya di atas meja.
"Rain... anak Ibu, ada apa? " Tanya ibunya lagi sambil mengelus rambut anaknya, masih terlihat sabar.
"Aku mimpi buruk, Bu, " Jawabnya lemah.
"Mimpi apa? " Ibu terlihat sedikit penasaran. "Apa mimpi yang sama? " Lanjutnya lagi.
"Iya.. " Jawabnya dengan tatapan yang sama.
"Sebenarnya mimpi apa sih, sampai-sampai akhir-akhir ini kamu sering bangun malam? "
Rain menarik nafas dan menghembuskan nya kasar sebelum menjawab "Kecelakaan." Nada suara dan tatapannya lemah seakan lelah dengan mimpi buruknya.
"Ke-kecelakaan? " Ibunya terlihat terkejut. Seketika dia diam. Keterkejutannya membuatnya tidak bisa menormalkan ekspresinya. Matanya nampak tidak tenang.
Rain menoleh kearah ibunya karena merasakan sedikit kejanggalan dengan reaksi ibunya.
"Kenapa, Bu? " Pertanyaannya membuat ibunya sadar dan langsung memperbaiki ekspresinya.
"Memangnya kamu ada trauma sama kecelakaan dan kamu gak kasih tau ibu? " Pertanyaan itu bukanlah sesuatu yang ingin didengar Rain. Ia penasaran dengan reaksi ibunya.
"Gak sama sekali. Saya bahkan tidak pernah mengalami kecelakaan ataupun melihat langsung tragedi itu, " Jawabnya masih menatap ibunya.
"Ya udah, mungkin itu karena kamu capek aja setiap hari pulang pergi lewati jalan raya, jadinya kebawa mimpi deh. Berdo'a aja semoga gak ada hal yang menghawatirkan." Ibu berucap sambil mengelus rambut Rain. Kata-katanya menurut Rain kurang masuk akal, tapi ya sudah lah.
"Udah kamu tidur lagi sana." Perintah ibu sambil beranjak dari kursi.
"Saya udah gak ngantuk,Bu. Ibu sendiri kok sudah bangun? "
"Ibu udah biasa bangun jam segini. "
"oohh... " Rain menghabiskan minumnya dan beranjak ke kamar.
Rain menyalakan lampu kamarnya dan matanya menatap satu persatu potret hasil tangkapannya. Pelangi.
Ia sangat menyukai pelangi, sehingga setiap ada pelangi yang dilihatnya pasti dia mengabadikannya dengan ponselnya ataupun ponsel orang lain. Tapi lebih baik lagi kalau ada kamera.
Aneh memang meminjam ponsel orang hanya untuk memotret pelangi. Pengalamannya yang sering diacuhkan karena keinginan anehnya membuat ia tertawa sendiri...
Rain merapikan kamarnya sebelum akhirnya kembali ke dapur untuk membantu ibunya.
"Hoaaamhh..." Rain menoleh kearah suara orang yang menguap. Rain melihat adiknya, Zee. Berdiri di ambang pintu dapur sambil menggaruk kepalanya. Rain kembali pada kerjaannya.
"Woah.. tumben kakak udah bangun. Jam berapa ini? " Tanyanya.
"Jam 4:10. Kamu sendiri kok tumben bangun sendiri? " Ibu yang menjawab sambil tersenyum kearah Zee.
Zee mengerucutkan bibirnya "Iihh.. Ibu tu, bukannya seneng lihat aku bangun sendiri, kok malah ngejek gitu. " Lalu dia berjalan kearah Rain yang mencuci piring dan menempel padanya. Memanggilnya terus menerus yang tidak juga merespon.
"Kakak.... Kakak kok udah... BANGUN.!!! " Zee berteriak didekat Rain setelah sebelumnya bersuara manja. Teriakannya benar-benar tidak terduga. Rain menatap tajam adiknya sambil mengusap telinganya yang berdengung.
Rain tersenyum pada adiknya yang merasa tak bersalah meneriakinya. Rain mengelus rambut adiknya dan menyeringai. "Adiknya kakak kok tumben udah.....BANGUN!!!! " Rain segera berlari sambil tertawa setelah membalas teriakan adiknya. Pekerjaannya sudah selesai.
Zee mematung terkejut dengan teriakan kakaknya, telinganya berdengung hebat, sebelum akhirnya sadar dan mengomeli kakaknya yang sudah pergi.
"Sudah, itu sudah adzan. Mandi sana terus sholat." Ibu memerintah sambil meletakkan piring di rak.
"Makanya jangan jahil sama kakak, " Lanjutnya lagi sambil tersenyum geli.
"Lagian kakak ditanya sekali gak mau jawab, " Kesal Zee sambil cemberut. Ibu pun menggiring Zee agar mau beranjak.
Sarapan di ruang makan
"Bu, tadi pagi kok Bapak dengar ada yang teriak-teriakan di dapur, ada apa? " Tanya seorang lelaki paruh baya yang tak lain adalah ayahnya Rain, Pak Djaja.
"Iya tadi aku juga dengar, " Kata seorang lelaki yang baru duduk dan mulai makan. Dia adalah Arka, kakak laki-laki Rain dan Zee.
"Biasa ada yang usil. Kalo gak kakaknya ya adiknya yang mulai, " Jawab ibu sambil mulai makan. Arka tersenyum melihat kedua adik perempuannya yang sedang makan.
Arka adalah anak tertua, usianya 25 tahun. Rain berusia 19 tahun dan Zee 15 tahun. Mereka selalu akur walupun sering ada keributan diantara mereka karena mereka bertiga sama-sama jahil.
Rain masih kuliah dan Zee kelas 3 SMP sebentar lagi akan lulus. Arka bekerja bersama ayahnya sebagai tukang di proyek yang di garap ayahnya. Arka tidak kuliah. Dia lebih memilih ikut ayahnya bekerja setelah lulus SMA.
Ibu mengantar Rain dan Zee ke depan.
"Hati-hati, ya" Ucap ibu saat Rain dan Zee menyalaminya.
Mereka berangkat bersama menggunakan motor matic milik Rain dan berangkat lebih pagi dari ayahnya karena jarak sekolah Zee lebih jauh dari tempat kerja ayahnya. Hari ini Rain hanya mengantar Zee sekolah lalu pergi bekerja.
Arka mengemasi barang untuk dibawanya ketempat kerja. Ayah dan ibunya menunggu di teras.
Ibu hanya diam menemani suaminya. Tatapannya sayu. Suaminya merasakan kegundahan dalam sikap istrinya.
"Kenapa? dari tadi Bapak lihat kayaknya ada yang gak baik-baik aja, " Tanya pak Djaja menatap serius istrinya.
Hastini, yang tak lain istrinya Pak Djaja menoleh menatap suaminya yang bertanya. Dia menatap mata itu dalam lalu matanya sedikit berkaca-kaca.
"Rain, " Jawabnya menghela nafas. Mengalihkan pandangannya untuk menghindari tatapan suaminya.Pak Djaja masih menunggu tanpa bertanya.
"Tadi pagi dia bangun walaupun bukan tengah malam tapi mimpi buruknya sepertinya tidak berubah. Ibu melihat seakan dia lelah dengan mimpinya. Dan yang membuat Ibu terkejut adalah ternyata mimpinya tentang.... Kecelakaan. " Hastini menatap suaminya di akhir kalimatnya.
Pak Djaja terlihat sedikit terkejut tapi dia kembali terlihat biasa saja.
"Mimpi itu belum tentu mengisyaratkan kenyataan, walaupun datang berkali-kali. Ibu berdo'a saja semoga mimpi buruk Rain cepat berlalu dan tidak membuat kita mengungkit hal yang dulu terjadi. Ibu jangan sedih. Bapak dan Arka ada disini. Rain dan Zee pun anak-anak yang baik. Suatu hari jika terpaksa kita jelaskan sama-sama. Rain pasti mengerti. " Pak Djaja menatap istrinya lembut berusaha menenangkan.
Hastini menatap suaminya pasrah walaupun hatinya masih merasa resah.
"Pak, ayo berangkat. " Arka keluar sambil menggendong tas peralatan kerjanya.
Dia bingung melihat kedua orang tuanya yang sama-sama terdiam dan terlihat sedih. Kenapa? pikirnya.
"Ayo. " Ajak Pak Djaja pada Arka sebelum anak itu mulai bertanya. Hastini menyalami suami dan anaknya sebelum mereka pergi.
Kepergian anak dan suaminya membuatnya kembali resah akan mimpi buruk Rain. Dia terus termenung sampai akhirnya ada tetangganya datang mengajaknya mengobrol. Barulah perhatiannya teralihkan.
.
.
bersambung....
semoga ada yang minat membaca karyaku yang acak-acakan ini.
maaf jika terdapat kata yang kurang berkenan.
salam dari yuya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻upikabu💅👠💄
keluarga yang ceria,ramai seru jika gak ada yang usil gak akan berwarna dunia mereka seperti dunia ku.
2023-01-05
0
Ai 𝕷𝖎𝖔𝖓🦁💙
mampir thor, takdir seseorang itu kita ga tau ya, kadang mimpi itu bisa aja nyata, bisa jg enggak. sabar bu banyak" berdoa mudah"an aja mimpi itu tdk menjadi kenyataan.
2023-01-05
0
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻upikabu💅👠💄
semoga hanya bunga tidur saja
2023-01-05
0