.
.
.
"maksud ibu apa ya? " Pelayan itu bingung mau menjawab apa.
Intan berdecak.
"itu loh.. maksud saya, kepribadiannya dan caranya bergaul dengan kalian. bisa kamu jelaskan sedikit saja. "
pelayan itu tampak berpikir sebelum menjawab.
"Rain itu orangnya baik, menurut saya sih begitu. selama saya bekerja di sini, dia tidak pernah kasar ataupun membeda-bedakan status seseorang.
Kata-kata yang keluar dari mulutnya tidak pernah menyakiti orang lain, walaupun kadang bikin jengkel.
Kalau sikapnya, kadang saya sendiri bingung. sikapnya tidak selalu sama, kadang kami beranggapan kalau dia memiliki kepribadian ganda. tapi entahlah, bu. itu cuma pandangan saya saja. " pelayan itu berucap dengan pandangannya yang seolah menerawang.
ia mengingat beberapa kejadian yang dilaluinya bersama Rain selama di tempat kerja.
Intan mengangguk-anggukkan kepalanya mencoba memahami penilaian pelayan itu.
Arza merasa heran dengan perempuan yang bertanya-tanya tentang sikap Rain.
baginya Rain itu susah di dekati oleh orang asing. tapi perempuan ini sepertinya sangat dekat dengan Rain. Rain tidak pernah bercerita tentang perempuan ini padanya.
Rain datang dengan diikuti seorang pelayan. Mereka masing-masing membawa sebuah nampan yang tertutupi.
Arza memperhatikan Rain sampai gadis itu meletakkan piring yang dibawanya di meja perempuan tadi. Arza melihat Rain yang senantiasa tersenyum pada perempuan itu.
"ini, bu. silahkan. bahan menu ini sudah di persiapkan terlebih dahulu, jadi ibu tidak lagi menunggu lama." ucap Rain masih dengan senyumannya.
Intan menatap Rain serius.
"ada apa, bu? "
"kamu mau gak masak di rumah saya hari minggu besok? "
"hah? masak? di rumah ibu? " Rain melongo.
Intan mengangguk pasti.
"Bu Intan tau kan kalau hari minggu restoran pasti banyak pengunjung? jadi sepertinya saya tidak bisa karena hari minggu saya pasti sibuk."
"dari pagi? "
ah itu dia! pertanyaan yang tepat bu intan. batin Rain.
"emang kalo pagi biasanya kamu pergi ke mana? "
Rain mengehla nafas pasrah.
kenapa orang yang ingin mengajakku pergi selalu bertanya 'emang kamu sibuk dari pagi? ' jelas saja aku sibuk! batin Rain.
"saya bisa meminta izin pada Pak Broto. dia pasti setuju dan mengizinkan kamu pergi, bahkan seharian sekalipun." Intan tersenyum merayu Rain.
Rain memandangi Intan heran, kenapa tiba-tiba? dan kenapa seolah harus sekali aku untuk menurutinya? batinnya.
Arza berdehem dan itu membuat Intan dan Rain menoleh ke arahnya.
Rain menyeringai. aku kerjain kamu, temanku yang nakal. batinnya melirik Arza sekilas.
"boleh deh, Bu. tapi saya juga harus meminta izin ibu saya terlebih dahulu, kalau beliau mengizinkan pasti saya akan pergi." jawab Rain tersenyum dan itu membuat Intan senang bukan kepalang.
"benar? saya pasti tunggu kamu." Rain mengangguk. Intan yakin sekali ibunya Rain pasti menyetujuinya.
"ya sudah, saya mau lanjut ke belakang dulu. Ibu silahkan menikmati hidangannya. " Rain berlalu.
Arza mendesah frustasi.
kenapa aku diabaikan? dia malah lebih perhatian kepada orang asing ini. lihat saja nanti sahabatku, akan aku balas kamu. batinnya geram.
.
.
.
\=\=\=**\=\=\=
"ya ampun, senior. tadi kan kalian lihat aku menemani bu intan, lagi pula mana aku tau siapa laki-laki itu. " ucap Rain frustasi saat dia dihadang oleh beberapa teman-temannya saat akan pulang.
"kita masih gak percaya. orang laki-laki itu keliatannya akrab banget sama kamu. " Ucap seniornya.
lalu apa yang akan kalian lakukan kalau kalian tau kalau aku memang mengenalnya? bahkan aku sangat dekat dengan dia. batin Rain menjerit.
"senior..... aku mau pulang. aku mau sholat loh... nanti kalian mau tanggung dosanya kalau sampai aku terlambat pulang dan akhirnya terlambat sholat? "
Orang-orang itu saling menatap. salah satu dari mereka berkata "kayaknya tadi kamu udah sholat deh.. " dan itu mendapat anggukan dari yang lain.
"terus kalian mau buat anak gadis ini terlambat pulang dan di marahi oleh orang tuanya? " Rain merengut.
"kalian jahat! " lanjutnya sambil bersiap untuk pergi.
"eits.. tunggu dulu anak manis... " ucap senior laki-laki sambil menahan tangan Rain agar tidak pergi.
" kenapa lagi kakak tampan...?" tanya Rain dengan raut wajah kesal, matanya menatap tajam tangan yang menyentuh tangannya.
Si pemilik tangan refleks melepaskan tangannya.
"kita gak mau macam-macam kok, kita cuma penasaran sama cowok tadi. sebenarnya kami berharap kalau dia ada hubungan spesial sama kamu. " Ucapnya.
Alis Rain bertaut bingung.
"hubungan spesial? "
teman-temannya mengangguk.
"kalian tidak akan melakukan hal yang macam-macam padaku, kan? "
teman-temannya saling menatap bingung.
"maksudnya gimana? " belum sempat mereka mendapat jawaban, yang di tanya sudah kabur duluan menaikki motor maticnya dengan cepat.
teman-temannya melongo. "di tinggal berpikir sebentar saja sudah kabur. " salah satu dari mereka berucap dan mendapat anggukan dari yang lain.
.
.
.
Rain yang sedikit kesal, sesekali terkikik karena meninggalkan teman-temannya tanpa jawaban.
Rain merasa kesal juga pada Arza karena temannya itu tidak langsung cepat pulang setelah selesai makan.
Arza malah memesan ini dan itu yang membuat semua teman Rain curiga. termasuk Intan. tapi Intan lebih dulu pulang jadi tidak melihat lebih lanjut drama di resto itu.
sengaja sekali ingin membuatku susah, padahal tadi sudah ku ingatkan dia. batinnya menggerutu.
Sampai rumah Rain merasa lega karena dia tidak terlambat. tapi lampu rumahnya sudah padam sebagian.
apa penghuni rumah ini sudah terlelap semua? batinnya.
Rain mengucap salam dan mengetuk pintu dengan keras dan tak lupa memanggil-manggil orang tuanya agar membukakan pintu.
ya ampun... ini penghuni rumah singgah di alam mana? kenapa gak bangun juga. batinnya. Rain menyerah dan akhirnya duduk bersandar dengan lemas di pintu.
"aku capek loh... aku mau tidur... " ucapnya lirih.
.
.
.
Brak!!!
Pintu terbuka dan membuat Rain yang setengah tertidur, jatuh ke lantai.
" aduuhhhh.... sakiit!!! " Rain berteriak dengan keras.
"maaf neng! ayo masuk! " Si bapak yang merasa tak berdosa langsung masuk lagi ke dalam tanpa menghiraukan anaknya yang kesakitan.
"Bapak!! " teriak Rain lalu bangkit dengan lemas. berjalan gontai ke kamarnya dan melupakan sesuatu.
.
.
\=\=\=**\=\=\=
.
.
"Bapak!!! ada maling!!! " Hastini berteriak di pagi hari. Sontak semua orang di rumahnya berlari ke arahnya.
"mana bu malingnya? " Pak djaja yang mengenakan sarung terlihat terkejut barlari menghampiri istrinya. tak di sangka sarung yang di pakaiannya membuatnya kesulitan berlari dan akhirnya dia terjatuh.
Bruk!!!
"haduuuh... bapak. Hati-hati dong. " Ucap Hastini.
"Weh!!! sampe gempa ni rumah! " Celetuk Arka yang baru keluar dari kamarnya.
Hastini menatapnya tajam.
"oh.. anak kurang ajar! bukannya bantuin bapaknya malah ngomong gitu." ucap hastini sambil membantu suaminya berdiri.
Arka terkekeh.
"kenapa sih bu? kok ribut-ribut? " tanya Zee yang baru datang. Hastini ingat apa yang membuatnya berteriak.
"ini loh. ada maling. "
"mana malingnya, bu? " tanya Rain.
"gak tau. ibu keluar dari kamar udah lihat pintu terbuka lebar begini." jelasnya tampak khawatir.
"ada barang yang hilang gak? " tanya Pak djaja.
"kayanya sih gak ada. tapi gak tau juga, soalnya ini rumah juga masih rapi kayak biasanya. "
"mungkin malingnya cuma mampir bu. dia udah tau siapa pemilik rumah ini, jadi di batalin deh ambil barangnya." ucap Arka dengan santai sambil melirik Rain.
"kamu ini loh... kok malah bercanda sih! " Hastini tampak kesal.
"lah terus mau apa bu? keadaan ini rumah terlihat aman juga kok. apa yang perlu dikhawatirkan? iya gak? "ucap Arka masih santai.
Hastini diam berpikir.
" apa emang sebenarnya gak ada maling? "
"maksudnya? tadi ibu panik begitu. " Pak djaja melihat istrinya bingung.
"apa ada orang ngelindur terus buka pintu? " Ucapnya melirik Rain.
"kenapa ibu lirik-lirik aku? " Rain tak terima.
"kan biasanya kamu suka ngelindur. dulu aja maling sampe di persilahkan masuk. kali aja sekarang juga gitu. "
"ya ampun ibu ini. aku tu capek loh semalem. aku baru masuk kamar aja langsung tidur. mana mungkin aku ngelindur."
"eh? " Rain teringat sesuatu.
𝘮𝘢𝘴𝘶𝘬 𝘬𝘢𝘮𝘢𝘳 𝘭𝘢𝘯𝘨𝘴𝘶𝘯𝘨 𝘵𝘪𝘥𝘶𝘳
𝘱𝘪𝘯𝘵𝘶 𝘪𝘯𝘪 𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘵𝘦𝘳𝘣𝘶𝘬𝘢 𝘭𝘦𝘣𝘢𝘳
𝘬𝘢𝘭𝘪 𝘢𝘫𝘢 𝘢𝘥𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘨𝘢𝘬 𝘴𝘢𝘥𝘢𝘳
"wah!!!" Rain berteriak. keluarganya terkejut tak karuan.
"nah, apa? bikin kaget aja! baru inget kalo kamu ngelindur? " Hastini masih tampak kesal.
"bukan, bu. " Rain menggeleng.
"tapi, sepertinya tadi malam aku lupa tutup pintu. " lanjutnya sambil bengong.
"Rain!!! " Pak djaja dan istrinya kompak meneriaki anaknya itu. Arka dan Zee hanya geleng-geleng.
"loh... lagian kalian semua juga salah. aku capek dan ngantuk, gedor-gedor pintu juga masih aja gak ada yang mau bukain. kan lupa jadinya. " Rain beralasan, tak terima disalahkan.
"bapak sama ibu keantengan tau gak tidurnya." lanjutnya sambil manyun.
Pak djaja dan istrinya saling pandang dan salah tingkah. Rain menangkap keanehan dari orang tuanya.
kok bapak sama ibu senyum-senyum gitu sih. batinnya.
"oh..... " Arka berucap lalu pergi.
Zee melongo. "kenapa? "
"bapak sama ibu ini....sampe anak dilupain ya? " Rain juga pergi. dia paham dengan sikap orang tuanya.
Zee masih kebingungan.
"loh, kok udah pada pergi. emang udah selesai masalahnya? "
"udah, sayang. " ucap Hastini tersenyum lalu menutup pintu. dia beranjak ke dapur.
Pak djaja menepuk-nepuk pundak Zee yang masih diam di tempat.
"eh... orang-orang ini aneh semua ya. " ucapnya lalu dia pun pergi.
.
.
.
"bu.... " panggil Rain pada ibunya.
"hem? "
"saya hari ini mau ke Jakarta. mau ke rumah salah satu pelanggan setia resto. dia mengundang saya ke rumahnya. boleh gak, bu?
ini orangnya udah ibu-ibu kok. ramah pula orangnya. boleh ya... " Rain dengan suara membujuk menatap manja ibunya.
"kamu gak pernah cerita soal ibu-ibu ini sebelumnya. " Hastini berucap tanpa melihat anaknya.
"lah masa saya harus menceritakan tentang semua pelanggan resto, bu."
"ya gak semua juga, sayang. maksud ibu tu, kamu gak pernah cerita tentang orang yang spesial ini. "
"spesial? " Rain bingung sementara ibunya mengangguk tanpa menoleh.
"saya merasa nyaman dengan orang ini, bu. dia baik. ah! dia juga teman dekatnya pak broto, bu. kalau ibu gak percaya, ibu bisa tanya pak broto."
Hastini melihat Rain yang terlihat senang. akhirnya dia mengizinkan anaknya untuk pergi ke rumah orang itu. tidak tega juga Hastini melarangnya. Rain tampak gembira dan dia terus saja tersenyum.
"lain kali kamu kenalkan ibu sama dia, ya. ibu jadi penasaran seperti apa orang itu. "
"baik, bu. ibu pasti juga akan senang bertemu dengan orang ini. kalau begitu saya mau siap-siap dulu karena saya berangkatnya pagi. nanti siang mau langsung lanjut ke resto. " Hastini mengangguk dan tersenyum melihat anaknya yang senang.
Rain berlalu meninggalkan ibunya.
.
.
.
.
Rain dan Intan bertemu di lokasi yang sudah mereka janjikan. Intan tampak senang karena Rain akan berkunjung ke rumahnya.
Intan menyuruh bawahnya untuk membawa motor Rain. Rain naik bersama Intan ke mobil yang di kendarai sopir pribadi Intan.
selama perjalanan mereka terus berbincang tanpa sadar mereka sudah sampai.....
bersambung.....
.
.
.
.
.
.
.
.
maaf sekali lagi lagi dan lagi...
karyaku masih banyak kekurangan...
aku minta dukungan dari kalian yang sudi mampir dan membaca karyaku....
Terima kasih...
salam dari yuya........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Stargirl✨
Kalau berbicara dengan teman akrab ada saja yang akan di bahas dan itu benar - benar membuat kita tidak sadar bahwa kita sudah menghabiskan waktu lebih dari pada beberapa jam meski sekedar bercerita.
2022-09-24
7
Stanalise (Deep)🖌️
Sabarlah dulu, ada waktunya sendiri nanti sama kamu. Biarlah dia temu kangen sama sahabatnya dulu.
2022-09-23
1
Stanalise (Deep)🖌️
Sayanggg rain, namanya sifatnya udah populer nih
2022-09-23
1