05 mimpi buruk lagi

Rain pulang memancing....

Rain mendapatkan 10 ekor ikan seukuran telapak kaki orang dewasa. Rain memberikan 4 ekor pada tetangganya.

Rain sudah mengidamkan sepasang ikan berwarna coklat yang ditaruh di atas piring putih dengan dihiasi timun dan selada.

Rain tersenyum sendiri.

Rain berkata pada ibunya kalau dia yang akan mengurusi ikan itu. Mulai dari membersihkan dan menyiapkan bumbu sampai memasak. Karena saat itu ayah sedang tidak di rumah jadi dia ingin memasak dua ekor ikan untuk empat orang. Ikan yang lain ditaruh di kulkas.

Rain selesai masak . Matanya berbinar melihat ikan itu, sesuai ekspektasi pikirnya.

Rain bergegas mandi dan melaksanakan shalat dzuhur. Rain berpapasan dengan kakaknya yang terus tersenyum padanya. Dalam hati Rain merasa deg-degan. Kenapa?

Niatnya makan bersama hancur sudah setelah melihat Arka yang tampak tak sadar sudah memakan habis ikan itu. Rain menangis. Kakinya yang berselonjor dilantai dihentak-hentakkannya. Ibunya panik karena Rain tidak pernah menangis separah itu.

"Aaaaaa.... Ibu.... Abang makan semua ikanku... Eeuuu.... " Rain berguling-guling dilantai.

Ibunya mencoba menenangkan dan akan memasak ikan lagi.

"Gak mau.... Mau ikan yang itu... " Akhirnya Rain dibiarkan menangis karena tidak ada cara yang mempan untuk mendiamkannya.

Ibu hanya bisa mencubit Arka sebagai pelampiasan kekesalannya. Arka pergi karena takut ibunya terus memarahinya.

Dan alhasil Rain balas dendam dengan cara masak selama seminggu dan selama itu pula Arka tidak pernah mendapatkan makanan yang dimasak Rain..

.

.

Kembali ke ruang makan..

Ibu yang masih tertawa tak bisa memulai makan. Padahal yang lain sudah menghabiskan sebagian makanan mereka. Pak Djaja hanya geleng-geleng melihat tingkah istrinya. Tidak malu pada anak-anaknya.

Zee melongo sambil terus makan. Sesekali dia tertawa. Rain dan Arka ikut tertawa melihat ibunya. Juga tertawa akan kekonyolan di masa lalunya.

"Kok aku gak tau sih bu" Zee bertanya.

"Waktu itu kamu lagi main. Baru ibu mau panggil, eh sudah ada yang nangis di dapur. Kelimpungan ibu."

"Lagian kalo kamu tau kamu juga gak di bagi ikan, pasti marahnya gak kalah sama Rain. " Ibu menjelaskan.

"Ya anggap aja itu hadiah buat Abang karena udah sabar nungguin Rain di sungai"

Ucapan Arka mendapat tinju dari Rain di tangannya.

"Itu waktu kita dimana ya? " Tanya Zee.

"Waktu kita tinggal di desa itu loh" Jawab ibu.

Kemudian...

"Ohh.. Aku lupa. Itu tempat yang keberapa yang kita tinggalkan." Nada suara Zee berubah sedih. seketika suasana hening, semuanya terdiam. Pak Djaja menatap anak bungsunya itu lalu menatap istrinya.

Mereka tampak bingung. Rain merasakan kesedihan dari kata-kata Zee.

"Oh iya, Kak. Seminggu ini aku libur. " Ucap Zee lalu beranjak dari meja makan.

Pak Djaja menghela nafas dan menatap langit-langit dapur, terlihat lelah diwajahnya. Hastini mengusap bahu suaminya mencoba menenangkan.

\=\=\=\=\=\=**\=\=\=\=\=

Rain sampai di bengkel merubah niatnya yang hanya sekedar ingin ganti oli menjadi meninggalkan motornya itu di bengkel untuk benar-benar di servis.

Lagi pula seminggu ini tidak mengantar jemput adiknya, jadi dibiarkannya motor itu menginap di sana dan lagi pemilik bengkel adalah temannya. Rain tak perlu khawatir akan keamanan motornya.

\=\=\=\=**\=\=\=\=

"Waaahhh... Bagus. Makasih ya." Rain yang mendapat hadiah jaket berwarna merah tampak terlihat senang.

Siang itu Rain tiba di Resto dikejutkan dengan teman-temannya yang mengajaknya berbelanja kemarin.

Teman-temannya langsung ke Resto sepulang berbelanja. Teman-temannya tau Rain tidak mungkin menolak apa yang sudah mereka beri.

Mereka juga tau yang menjadi selera Rain.

Rain tidak seperti kebanyakan perempuan. Dia tidak terlalu peduli dengan penampilan, yang penting dia nyaman ya itu yang dia pilih. Tapi pilihannya cenderung membuatnya terlihat seperti laki-laki.

Dengan tinggi yang melebihi teman-teman perempuannya, raut wajah yang datar dan terlihat menakutkan walaupun sebenarnya sifat Rain tidak segalak wajahnya. Pakaian yang ia pakai selalu longgar tak pernah memperlihatkan lekuk tubuhnya, ditambah lagi pakaian itu lebih cocok jika dipakai laki-laki.

"Rain.. Ini aku belikan vitamin rambut buat kamu." Sinta menyodorkan benda itu.

Rain diam menatap benda itu lalu meraih rambutnya yang selalu diikatnya. Dengan tatapan bertanya Rain menerima benda itu.

"Jangan tersinggung. Rambutmu bagus kok. Aku cuma pengen kamu nyobain aja." Sinta menjelaskan seakan tau dengan arti tatapan itu.

"Ok.. nanti ku coba. lanjut kerja yuk!" Ajak Rain yang langsung mendapatkan anggukan dari teman-temannya.

Hari itu berlalu seperti biasa. Jika Rain berangkat pagi maka sore dia sudah pulang. tapi terkadang waktu kerjanya bisa lebih lama kalau resto sedang ramai. Rain mendapatkan pesan dari Arza setelah sebelumnya berniat untuk memesan ojol.

Arza menanyakan keberadaan Rain. Rain menjawab apa adanya. Rain membatalkan niatnya karena Arza akan menjemputnya.

Arza datang lebih cepat dari perkiraan Rain. Rain yang sedang main Hp terlihat bengong dengan kedatangan temannya itu.

Rain menatap kearah Resto berharap teman-teman kerjanya tidak melihatnya bersama Arza.

Bagi Rain, Arza cukup menarik walaupun tidak sampai menarik hati Rain.

Rain tidak mau kalau sampai teman-temannya heboh melihat dia dijemput laki-laki.

Arza berdehem karena Rain hanya bengong seakan tak sadar sudah ada yang menunggunya.

"Hah? Apa? " Wajah Rain melongo. Arza geleng-geleng.

"Ayo naik" Arza terlihat tak sabar.

"Kita mau kemana. Kok tumben loe mau jemput? " Tanya Rain sambil naik ke belakang.

"Nanti gue jawab di rumah."

Motor pun melaju. Mereka sampai di rumah Arza.

.

.

.

.

Arza memberi tahu Rain tentang beberapa rencananya. Rain hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.

"aku ikut saja, yang penting rencana kamu baik dan tidak membuat adikku terbebani. sudah cukup dia menderita di sana."

"Kenapa adikmu masih dipertahankan di sana? kalau ada tempat yang lebih baik, kenapa tidak memilih tempat yang lain? "

"Kami sekeluarga sudah beberapa kali pindah. Adikku sudah nyaman disini dan tidak mungkin mau pergi. Dia terlalu sedih untuk selalu meninggalkan teman-temannya." Rain menjawab sambil teringat kejadian tadi pagi.

"Ya kalau begitu... Loe terima beres aja deh..

gimana kalo kita mulai dari anak-anak itu. Loe punya gak kontak salah satu aja dari anak itu."

Rain teringat Dion, anak yang belajar karate itu mungkin menyimpan data di tempatnya latihan. Rain mengirim pesan pada seseorang dan tak lama dia sudah mendapat balasan pesan itu.

"Ini nomernya." Rain menyodorkan ponselnya pada Arza.

Arza mengutak-atik ponsel Rain dan juga ponselnya. Rain mengangkat alisnya bingung.

Kenapa lama? Pikirnya.

"Nih! " Arza memberikan ponsel itu tanpa melihat sang pemilik yang sedikit merengut.

"Oh ya.. gue ada kamera, udah lama gue gak pake. ambil ada di rak buku." Arza berucap tanpa menoleh, tetap fokus pada ponselnya.

Rain beranjak mengambil kamera itu.

"Gue pulang ya" Rain menggendong tasnya.

Arza menatap Rain.

"Apa? " Tanya Rain bingung dengan tatapan Arza.

"Bilang makasih kek. " Arza kembali melihat ponselnya setelah mengucapkan itu.

"Makasih atas bantuan dan pemberiannya sahabatku" Rain menunduk hormat.

Arza berdecak.

"Lebay loe" Ucap Arza tetap tanpa menoleh.

Rain bingung lalu kemudian tersenyum.

"Arza..! " Panggilannya. Arza menoleh.

"Makasih ya.. Gue pulang. Dah... " Rain tersenyum manis dan melambaikan tangannya lalu pergi.

"Prfft... " Arza mencoba menahan tawanya karena tau Rain masih ada di depan. Setelah agak lama dia tertawa terbahak-bahak.

padahal niat hati Arza hanya bercanda mengatakan itu.

\=\=\=\=**\=\=\=\=

Gelap gulita di malam hari terasa semakin mencekam karena ditemani langit yang mendung dan petir yang bergemuruh.

Jam 12 malam, Rain terbaring gelisah dalam tidurnya. Mimpi buruk yang ingin dihindari Rain ternyata datang kembali. Rain seolah berada dalam situasi yang ada dalam mimpinya.

Rain menjerit ketakutan. Rain terbangun dengan keringat yang bercucuran, terengah-engah dan mencoba mengumpulkan kesadarannya.

Seseorang mengetuk pintu kamarnya sambil memanggil-manggil namanya.Rain tidak langsung beranjak.

Suara ketukan di pintu itu terdengar tidak sabaran. Rain pun beranjak untuk membukakan pintu itu.

Kekhawatiran tampak terlihat di wajah ibunya. Rain yang terlihat lemas beranjak masuk, Ibunya mengikutinya.

Rain duduk termenung di ranjangnya. Ayahnya tiba-tiba datang membawakan air dan bertanya dengan raut wajah khawatir.

"Kenapa? ada apa lagi? " Tanyanya dan menyodorkan minum.

Rain menggeleng lemah. Ibunya mengelus lembut rambutnya.

Rain terisak. Ibu dan ayahnya terkejut.

"Ada apa, Nak? " Ibunya tampak khawatir.

"Aku takut, kenapa mimpi itu terus datang? kali ini ada seorang perempuan yang menangis karena kecelakaan itu. Perempuan itu tidak terluka, bahkan dia berada entah dimana. tapi kenapa dia kesakitan? " Kata-kata Rain seperti ditujukan untuk dirinya sendiri.

Ayah dan ibunya saling menatap, mereka terlihat gelisah.

"Pak, Bu....Apa saya dulu pernah kecelakaan? " Tanya Rain tiba-tiba dan membuat kedua orang tuanya bingung.

Mereka tak pernah menyangka akan mendapat pertanyaan dalam situasi seperti ini.

Ayahnya menghela nafas mencoba menenangkan diri. Ayahnya duduk di samping Rain.

Rain berada di tengah-tengah orang tuanya.

"Bapak akan jelaskan. " Pak Djaja melihat raut wajah istrinya yang gelisah.

"Dulu.. kamu dan Bapak pernah kecelakaan." Djaja menatap dua orang didepannya bergantian.

Istrinya sudah pucat. Rain tetap menunggu.

"Saat kamu bayi, mungkin sekitar 8 bulan, Bapak membawa kamu pergi naik mobil untuk menjemput ibu dan abangmu. Setelah kita hampir sampai, mobil yang Bapak kendarai menabrak pohon karena Bapak menghindari mobil yang ugal-ugalan dari arah yang berlawanan,Bapak tidak sadarkan diri. Kamu mengalami luka yang membuat Bapak bertambah merasa bersalah. " Pak Djaja terisak.

Hastini masih terlihat pucat sementara Rain diam mematung, seperti bukan itu yang ingin dia dengar.

Mata Rain berkaca-kaca melihat ayahnya menangis, ia tak tega melihat ayahnya seperti itu.

"Seandainya kamu bersama ibumu, mungkin kamu tidak mengalami luka itu. Luka itu sampai sekarang membekas di kepalamu." Djaja menyibakkan rambut bagian depan Rain.

Di dahinya terlihat bekas luka. Luka itu tidaklah besar, tapi air mata Djaja kembali tumpah melihat luka itu.

"Sudah lah, Pak. Sekarang Rain sudah tau. Kalau saya tau dengan mengatakan kebenaran Bapak sesedih ini, lebih baik saya tidak tau apa-apa. " Rain menenangkan ayahnya dan mengubur dalam-dalam rasa penasarannya.

Dia tidak ingin membuat kedua orang tuanya menangis. Pertanyaan dalam benaknya pun disimpannya sendiri.

Walaupun rasanya masih saja ada yang mengganjal.

"Saat itu ibu mengantar abangmu pergi berobat. Karena kamu rewel kamu ditinggal bersama Bapak. Bapak tidak hati-hati sampai itu terjadi." Kata-kata Pak Djaja sedikit bisa dipercaya Rain.

"Ya sudah, Pak. Namanya juga kecelakaan, siapa yang tau. " Rain masih berusaha menenangkan ayahnya.

"Ya udah. Bapak sama Ibu kembali tidur. Rain juga mau tidur lagi. " Ibu dan Ayahnya beranjak.

Rain masih termenung setelah kedua orang tuanya pergi. Siapa perempuan yang menangis itu? Perempuan itu bukanlah ibu. Pikirnya.

Rain tidak bisa tidur sampai pagi. Dia takut mimpi itu datang dan lebih mengerikan lagi.

.

.

.

.

.

.

cerita yang tak luput dari kesalahan...

salam dari yuya.....

Terpopuler

Comments

pєkαᴰᴼᴺᴳ

pєkαᴰᴼᴺᴳ

jangan takut rain, mimpi itu bunga tidur😴

2022-10-20

0

𝑬𝒍𝒍𝒂

𝑬𝒍𝒍𝒂

Astaga...... arka menghabiskan semua ikan yang rain masak untuk makan malam bersama, dan dirinya malah tersenyum saat berpapasan dengan rain! sungguh teganya dirimu arka😂😂

2022-09-24

2

𝑬𝒍𝒍𝒂

𝑬𝒍𝒍𝒂

Senang ya kalau jadi seperti rain, yang jago masak! bisa berkreasi pada masakannya, dan sudah pasti sesuai seleranya

2022-09-24

2

lihat semua
Episodes
1 01 Mimpi Buruk
2 02 dibully
3 03 penjelasan
4 04 hadiah?
5 05 mimpi buruk lagi
6 06 berawal dari hujan
7 07 hilang dan sepi
8 08 gibah yang merubah
9 09 Ace!!
10 10 nasihat ibu dan kekhawatiran ayah
11 11 sisi lain
12 12 tentang Rain
13 13 adik kakak atau sepasang kekasih?
14 14 tentang Kana
15 15 Snow?
16 Visual
17 itu bukan nyamuk
18 demi melihat pelangi
19 kisah lalu teman baru
20 pertemuan
21 ternyata...
22 hanya berkomentar
23 Berdua
24 Apa Alasannya?!
25 pilihan tetap tinggal tidaklah salah
26 tamu dalam mimpi
27 Firasat
28 Dia Sudah Tiada
29 Perasaan Yang Familiar
30 Resto Kebakaran!
31 Ingin Bermain
32 Paman Botak
33 Ada Kemajuan
34 Musibah
35 Berpamitan dan Bertemu
36 Terganggu
37 Tanpa Alasan
38 Penampakan
39 Penampakan yang sesungguhnya
40 Tampak Berbeda
41 Biasa Aja
42 Sebenarnya Tak Ingin Melihat (BL)
43 Berdamai
44 Tamu
45 Ada Apa?
46 Telah Berubah
47 Dua Insan Di Tepi Kolam
48 Salah Faham?
49 Sisi Yang Menyeramkan
50 Tidak Sadar
51 Kabar
52 Mengatakan Perasaan
53 Apa Yang Sebenarnya Terjadi
54 Tidak Mengerti
55 Tak Boleh Pergi
56 Aku Menghawatirkan mu
57 Bertemu saat membutuhkan
58 Foto Geraldi Zhang dan Kecurigaan
59 Takut
60 Kecewa
61 Terjadi Sesuatu
62 Bertarung
63 Walaupun Bukan Anakku
64 AceRain...
65 Seperti Inilah Kenyataannya
66 Salah Pak Supir?
67 Terpisah Jarak
68 Dimana Zee?
69 Menjadi Alasan
70 Buku Nikah
71 Ternyata dia adalah ibu tiriku
72 Siapa Sebenarnya Aku?
73 Dia dan Beberapa Rahasia
74 Kekalahan Rain
75 Masalah Karena Masalah
76 Ibu Merasa Cemburu
77 Canggung
78 Ada Sesuatu
79 Ada Manis-Manisnya
80 Reynaldi Zhang
81 Alasan
82 Pulang
83 Siapa Dia?
84 Tetap Harus Bicara
85 Harus Diakhiri
86 Bingung
87 Sesaat Mencoba Tenang
88 Tidak Seburuk Itu
89 Mengajak Zee Pergi
90 Jadi Dia Sudah Tau?
91 Ammar
92 Meminta maaf?
93 Apa bisa dipercaya?
94 Berbanding terbalik
95 Obrolan di suatu malam
96 Setelah dia pulang
97 Berjalan lancar
Episodes

Updated 97 Episodes

1
01 Mimpi Buruk
2
02 dibully
3
03 penjelasan
4
04 hadiah?
5
05 mimpi buruk lagi
6
06 berawal dari hujan
7
07 hilang dan sepi
8
08 gibah yang merubah
9
09 Ace!!
10
10 nasihat ibu dan kekhawatiran ayah
11
11 sisi lain
12
12 tentang Rain
13
13 adik kakak atau sepasang kekasih?
14
14 tentang Kana
15
15 Snow?
16
Visual
17
itu bukan nyamuk
18
demi melihat pelangi
19
kisah lalu teman baru
20
pertemuan
21
ternyata...
22
hanya berkomentar
23
Berdua
24
Apa Alasannya?!
25
pilihan tetap tinggal tidaklah salah
26
tamu dalam mimpi
27
Firasat
28
Dia Sudah Tiada
29
Perasaan Yang Familiar
30
Resto Kebakaran!
31
Ingin Bermain
32
Paman Botak
33
Ada Kemajuan
34
Musibah
35
Berpamitan dan Bertemu
36
Terganggu
37
Tanpa Alasan
38
Penampakan
39
Penampakan yang sesungguhnya
40
Tampak Berbeda
41
Biasa Aja
42
Sebenarnya Tak Ingin Melihat (BL)
43
Berdamai
44
Tamu
45
Ada Apa?
46
Telah Berubah
47
Dua Insan Di Tepi Kolam
48
Salah Faham?
49
Sisi Yang Menyeramkan
50
Tidak Sadar
51
Kabar
52
Mengatakan Perasaan
53
Apa Yang Sebenarnya Terjadi
54
Tidak Mengerti
55
Tak Boleh Pergi
56
Aku Menghawatirkan mu
57
Bertemu saat membutuhkan
58
Foto Geraldi Zhang dan Kecurigaan
59
Takut
60
Kecewa
61
Terjadi Sesuatu
62
Bertarung
63
Walaupun Bukan Anakku
64
AceRain...
65
Seperti Inilah Kenyataannya
66
Salah Pak Supir?
67
Terpisah Jarak
68
Dimana Zee?
69
Menjadi Alasan
70
Buku Nikah
71
Ternyata dia adalah ibu tiriku
72
Siapa Sebenarnya Aku?
73
Dia dan Beberapa Rahasia
74
Kekalahan Rain
75
Masalah Karena Masalah
76
Ibu Merasa Cemburu
77
Canggung
78
Ada Sesuatu
79
Ada Manis-Manisnya
80
Reynaldi Zhang
81
Alasan
82
Pulang
83
Siapa Dia?
84
Tetap Harus Bicara
85
Harus Diakhiri
86
Bingung
87
Sesaat Mencoba Tenang
88
Tidak Seburuk Itu
89
Mengajak Zee Pergi
90
Jadi Dia Sudah Tau?
91
Ammar
92
Meminta maaf?
93
Apa bisa dipercaya?
94
Berbanding terbalik
95
Obrolan di suatu malam
96
Setelah dia pulang
97
Berjalan lancar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!