08 gibah yang merubah

.

.

.

Aku bangkit dan keluar kamar berjalan menuju dapur dalam kegelapan.

Suara detikkan jam terdengar keras. Hembusan angin yang entah dari mana terasa dingin menyapu kulitku.

Seketika bulu kuduk ku meremang. Sekarang apa lagi?

Aku tidak akan takut.

Aku merasa kesal karena situasi ini.

Kubanting pintu kulkas setelah kuambil sebotol minum dari dalamnya.

Ku teguk cepat air itu seakan emosi dengan keadaan ku. Kenapa aku merasa marah?

Aneh sekali aku ini.

Aku beranjak pergi ke kamarku lagi. Ku coba pejamkan mataku tapi tak bisa membuat sadarku pergi.

Aku menyerah.

"Terserahlah mau tidur lagi apa tidak! "

.

.

.

Kokokokokkkkk

(Suara ayam berkokok)

" Kakak bangun....!!!!! " Teriakkan Zee membangunkanku.

Hah... Aku tidur?

"Ini sudah jam 5 pagi. Kakak... "

Weeh!!!

Aku kesiangan!!!...

Aku berlari ke kamar mandi. Dari jendela ku lihat suasana diluar sudah nampak jelas.

Ya ampun...kata hati sambil marah terserah tidur enggak, eh.. Malah molor sampe jam segini. Ck ck ck...

Apa kata dunia....

Aku berniat berwudhu tanpa mandi karena ini sudah hampir terang.

Aku lupa aku sedang haid, aku menghela nafas lega. tak apalah aku kesiangan, gak sholat juga.

Aku sedikit gemetaran karena merasa terlambat, aku lanjut mandi saja.

.

.

Di ruang makan....

Keluargaku menatapku bersamaan.

Aku menatap mereka bingung lalu meneliti diriku sendiri, seperti biasa, tak ada yang aneh.

"Apa? " Tanyaku pada mereka.

Mereka saling pandang.

Ih! Orang-orang ini....

Kenapa sih..?

"Duduk, sarapan. " Perintah ibu.

Aku duduk dan mengambil makananku.

"Tumben amat bangunnya siang" Abangku bertanya sambil mengunyah.

Aku mengangkat bahu tak peduli dan tak berniat menjawab.

"Gara-gara minum sambil tidur tu" Kata ibu.

"Enggak, Bu. Tadi malam saya bangun dan saya sadar kalau saya jalan ke dapur" Benarkan?

"Jam berapa kamu bangun? " Tanya ibu.

"Jam 12" jawabku jujur.

"Tuh kan kamu gak sadar. Orang ibu lihatnya jam setengah 3"

Aih! Yang betul?

Tapi tadi malam juga aku gak lihat ibu dan gak dengar ada orang bangun sih..

Pasrah saja lah. Kebiasaanku memang berjalan sambil tidur.

Aku fokus makan mengabaikan ocehan mereka yang membuat telingaku panas.

Terus saja mengejekku.

Apalagi abangku, seakan dia balas dendam dengan ejekanku tadi malam.

"Rain itu keren" Ucap abangku.

Lalu? Ni pasti gak enak.

"Tapi karena dia kebiasaan tidur sambil jalan jadi gak keren" Lanjutnya lalu tertawa sampai tersedak.

Nah tu kan.

"Makanya bang... Jangan suka ngetawain orang. He.. Rasa tu keselek. " Aku tertawa dalam hati.

Ibu menepuk punggung tanganku. Kebetulan ibu duduk di sebelahku. Ekspresi apa itu pada wajah ibu?

Terserah lah.

.

.

.

Aku pergi naik ojek lagi...

Harusnya kemarin sudah ku ambil motorku. Pasti sudah selesai. Tapi karena kemarin hujan jadi apa dayaku...

Aktifitasku berjalan seperti biasa, tapi kiriman vidio yang dikirim Arza menjadi hiburan sendiri bagiku....

Setiap harinya pasti ada saja yang membuatku dan Zee tertawa.

\=\=\=\=\=\=

Author POV

Suasana sepi di sebuah rumah yang besar dan megah. Keindahan buatan yang tertata rapi tak bisa membuat keadaan itu berubah..

Di sebuah ruang makan di rumah itu, seorang ibu tengah makan dalam diam bersama anak laki-lakinya.

Tak terdengar suara obrolan dari keduanya. Hanya ada suara dentingan sendok yang beradu dengan piring,menemani sampai akhir makan mereka.

"Mama hari ini gak bisa ke kantor. Mama mau ketemu sama temen mama di luar kota. Tolong kamu handle dulu, bisa kan? " Tanya ibu itu yang tak lain adalah Intan. Anaknya hanya mengangguk.

Intan beranjak dari meja makan.

"Oh ya, Azz. Besok malam mama mau ajak kamu ke restoran yang ada di depok. Kalau Kana mau kamu bisa ajak dia"

"Dia masih ada kegiatan di luar kota, Ma"

"Oh... Ya sudah mama berangkat dulu"

Azz mengangguk. Ibunya sudah pergi dan Azz sendiri..

"Ke depok? Pasti cari cewek itu lagi" Azz bergumam.

Azz mengingat kejadian beberapa hari yang lalu, ibunya yang terlihat sumringah setelah bertemu dengan perempuan yang meminjami ibunya baju yang kebesaran.

Saat itu Azz sampai tak mengenali ibunya karena baju itu. Azz merasa kesal karena ibunya terlalu dekat dengan orang asing, apalagi Azz melihat penampilan perempuan itu yang tampak seperti preman.

Azz mendesah lalu mengambil ponselnya di atas meja makan.

Dia menghubungi seseorang.

"Gimana udah selesai? "

.................

Rain dan Zee tertawa terpingkal-pingkal saat melihat video yang di kirim Arza.

Isi video itu adalah anak-anak yang membully Zee. Mereka satu persatu dapat kejutan yang tampak alami dibuat oleh alam.

Mulai dari terhempas karena angin, terkejut sampai masuk selokan dan kejadian-kejadian lainnya. Terlihat aneh memang, tapi anak-anak itu tidak curiga.

Zee tampak puas karena tanpa dia harus ikut campur, rasa kesal yang selama ini selalu mengganjal perlahan pudar. Harapannya pada kakaknya kian besar.

"Kak, aku mau ketemu orang yang udah bantuin aku balas dendam, boleh" Zee menatap kakaknya berharap.

Rain menatap adiknya diam.

"Anak-anak nakal itu sekarang tidak berani mengganggu kami. Aku bersyukur. Aku ingin berterimakasih sama dia" Lanjutnya.

"Mungkin kapan-kapan. Kakak harus buat janji dulu sama dia. " Zee mengangguk.

"Tapi kakak dapat uang dari mana buat bayar orang ini. Aku yakin orang hebat seperti dia tarifnya pasti mahal.

Apa uang hasil kerja kakak? bisa-bisa tabungan kakak terkuras habis dong kalau sampe selesain masalah ini sampai tuntas" Zee menunggu jawaban Rain.

Rain bingung mau menjawab apa. Selama ini tidak ada yang tau dia sering ke rumah temannya itu yang notabene nya adalah seorang laki-laki.

Apa kata mereka nanti kalau sampai tau. Walaupun Rain tidak macam-macam, tapi pasti ada lagi pertanyaan kenapa Arza mau membantunya tanpa bayaran.

Pertemuan pertamanya bersama Arza dulu bisa membuat trauma orang tuanya.

"Kakak... " Zee mengguncangkan tubuh Rain yang tak bergeming. Rain menatap adiknya mengerjap.

"Eh! Ehm... Itu gak usah di pikirin. Yang penting kita bisa tau orang yang benar-benar menjadi tersangka. " Rain tersenyum pada adiknya.

Zee hanya mengangguk.

Rain berniat untuk ke rumah Arza untuk menyampaikan keinginan adiknya.

Rain bersiap pergi. Di ruang tamu, Samar-samar dia mendengar beberapa suara ibu-ibu sedang mengobrol.

Gibah nih pasti, batin Rain.

Rain berjalan sampai ke teras.

"Waduh... Iya, Bu. Saya juga kurang setuju. Masa cewek main terus ke rumah cowok. Ini lagi alesannya kurang masuk akal, bisa jadi fitnah itu" Terdengar suara Hastini mengiyakan kata-kata itu.

Eh! Ibu juga disitu?

Waduh.. Yang di bahas apa tadi? Batin Rain sedikit takut. Dia kembali ke dalam untuk menguping.

"Iya bu. Saya sendiri anak sering ke bengkel saja saya khawatir, apa lagi sampai sering main ke rumah cowok. Bisa saya hajar anak perempuan saya" Hastini terdengar geram.

Alamak... Ibu ngeri juga. Gini caranya traumanya ibu gak ada apa-apanya di banding kalau dia tau aku main ke rumah cowok. Rain sudah gugup.

"Hwaa!!!... Hayoo.. Kakak ngapain?"

Rain terkejut hebat karena Zee menepuk pundaknya sambil berteriak. Rain menghadap ke teras jadi dia tidak tau Zee datang yang memang mengendap-endap untuk mengejutkan Rain.

Suara ibu-ibu itu tidak lagi terdengar. Rain kesal. "Ngapain sih kamu? "

"Lha kakak ngapain nguping orang gibah, ntar ketularan dosa loh"

"Siapa juga yang nguping. Gak enak aja mau keluar. Ibu-ibu pada serius tuh kayaknya" Rain mengelak. Zee berdecak.

"Heleh! alesan"

"Udah ah! Kakak mau pergi dulu"

"Ya sana! Gak ada yang larang"

Gini nih... Orang itu mending nya gak usah ngurusin kesalahan anak orang kalau gak ada niat merubah anak itu. Yang ada malah kejelekan orang yang dijelek-jelekkan akan berbalik pada orang yang menjelekkan. Ngeri kalau begitu jadinya tu...

Rain sedikit takut untuk datang ke rumah Arza. Ibu-ibu itu ada benarnya, memang tidak baik terlalu sering pergi ke rumah laki-laki. Apalagi Arza tinggal sendiri. Arza sendiri takut kalau sampai ada yang tau Rain yang sering datang ke rumahnya ternyata adalah seorang perempuan.

Rain tidak ingin terjadi fitnah. Sebaiknya mereka bertemu di luar saja, di tempat ramai. Rain berniat untuk tidak lagi datang ke rumah Arza.

Rain mengirimi Arza pesan supaya mereka bisa bertemu di taman.

\=\=\=\=\=\=**\=\=\=\=\=

"Bwahahahhah.... " Arza tertawa sampai sulit berhenti karena mendengar cerita dari Rain.

Rain hanya merengut karena ditertawakan.

"Eh.... Emak loe ngeri juga ya, tapi gue salut sama emak loe. Dia bisa merubah tanpa menasehati langsung"

"Eh! tapi ngomong-ngomong,gue kira mak loe gak suka gibahin orang, taunya sama aja"

"Namanya orang kalau udah ketemu, kumpul, cerita-cerita, kayaknya sulit buat ngehindar"

"Itu pilihan kali, emak loe juga bisa milih gak usah ikut nimbrung"

"Tapi kan kalo aja mereka gak ngomong kayak gitu, belum tentu gue berubah.Bisa-bisa emak gua jantungan pas tau gue sering ke rumah loe"

"Yah... Oke lah.. Demi kebaikan bersama. Benernya gue juga takut loe sering ke rumah gue. Ya itu tadi, takut jadi fitnah"

"Ngaku loe sekarang"

"Ya terus? Loe sendiri udah tau tapi masih aja maen ke rumah gue"

"Kan gue gak punya niat jelek. Lagian gue gak tau emak gue bisa segitu ngerinya." Rain membela diri.

"Eh! Ni adek gue pingin ketemu sama loe, dia bilang pengen ngucapin terimakasih karena loe udah bantuin dia" Rain mengalihkan pembicaraan.

Arza menaikkan alisnya.

"Loe mau gak? "

"Adek loe cantik gak? "

"Maksudnya? "

"Gue nanya oon"

"Ya maksud loe nanya kayak gitu apaan? Adek gue jelas cantik lah. Makanya jadi rebutan satu sekolah" Rain terlihat bangga.

"Jadi rebutan kok di bully"

Rain kesal. Rain menunjukkan foto adiknya.

"Nih lihat, cantik kan? Kayak boneka. Udah badannya mungil, kulitnya putih. Punya lesung pipi senyumnya manis lagi"

Arza terheran melihat temannya itu. Pujian seorang kakak yang berlebihan menurutnya.

"Ya, cantik" Ucapnya datar.

"Bilang cantiknya kok gitu amat. Sedatar jalan aspal"

"Dia bukan tipe gue"

Rain mengkerut. "Emang kalo dia tipe loe, loe mau ngapain? Gak akan gue izinin dia ama orang tua kayak loe"

Arza menjewer telinga Rain. gadis itu mengaduh kesakitan. telinganya merah.

"Sakit! gila loe. sampe panas kuping gue"

"Sakit hati ku kamu bilang tua" Arza memperlihatkan raut wajah memelas.

"Idih! Apaan sih, lebay"

Arza tertawa.

dua orang itu terus bercanda tanpa peduli dengan keadaan sekitar.

\=\=\=\=\=\=\=

..........

sekian dulu...

.

cerita yang masih banyak kekurangan.

.

mohon dimaklum dan jangan tersinggung apabila ada kata-kata yang kurang berkenan...

damai aja ya😁😁😁😁

salam dari yuya....

Terpopuler

Comments

Dewi

Dewi

Kalau gak salah kondisi seseorang yang berjalan saat tidur disebut somnabulisme atau kondisi saat seseorang bangun, berjalan, atau melakukan berbagai kegiatan dalam keadaan tidur.

2022-09-24

2

Stanalise (Deep)🖌️

Stanalise (Deep)🖌️

Cukup bahaya ini

2022-09-23

1

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Stargirl✨

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Stargirl✨

Ya meskipun sedang haid kadang kita suka lupa dan ada perasaan untuk melalukan Sholat. Pas mau Wudhu malah udah ingat kembali... Ya ampun... Alhamdulillah tapi jika begitu saking ingatnya kepada-Nya.

2022-09-17

3

lihat semua
Episodes
1 01 Mimpi Buruk
2 02 dibully
3 03 penjelasan
4 04 hadiah?
5 05 mimpi buruk lagi
6 06 berawal dari hujan
7 07 hilang dan sepi
8 08 gibah yang merubah
9 09 Ace!!
10 10 nasihat ibu dan kekhawatiran ayah
11 11 sisi lain
12 12 tentang Rain
13 13 adik kakak atau sepasang kekasih?
14 14 tentang Kana
15 15 Snow?
16 Visual
17 itu bukan nyamuk
18 demi melihat pelangi
19 kisah lalu teman baru
20 pertemuan
21 ternyata...
22 hanya berkomentar
23 Berdua
24 Apa Alasannya?!
25 pilihan tetap tinggal tidaklah salah
26 tamu dalam mimpi
27 Firasat
28 Dia Sudah Tiada
29 Perasaan Yang Familiar
30 Resto Kebakaran!
31 Ingin Bermain
32 Paman Botak
33 Ada Kemajuan
34 Musibah
35 Berpamitan dan Bertemu
36 Terganggu
37 Tanpa Alasan
38 Penampakan
39 Penampakan yang sesungguhnya
40 Tampak Berbeda
41 Biasa Aja
42 Sebenarnya Tak Ingin Melihat (BL)
43 Berdamai
44 Tamu
45 Ada Apa?
46 Telah Berubah
47 Dua Insan Di Tepi Kolam
48 Salah Faham?
49 Sisi Yang Menyeramkan
50 Tidak Sadar
51 Kabar
52 Mengatakan Perasaan
53 Apa Yang Sebenarnya Terjadi
54 Tidak Mengerti
55 Tak Boleh Pergi
56 Aku Menghawatirkan mu
57 Bertemu saat membutuhkan
58 Foto Geraldi Zhang dan Kecurigaan
59 Takut
60 Kecewa
61 Terjadi Sesuatu
62 Bertarung
63 Walaupun Bukan Anakku
64 AceRain...
65 Seperti Inilah Kenyataannya
66 Salah Pak Supir?
67 Terpisah Jarak
68 Dimana Zee?
69 Menjadi Alasan
70 Buku Nikah
71 Ternyata dia adalah ibu tiriku
72 Siapa Sebenarnya Aku?
73 Dia dan Beberapa Rahasia
74 Kekalahan Rain
75 Masalah Karena Masalah
76 Ibu Merasa Cemburu
77 Canggung
78 Ada Sesuatu
79 Ada Manis-Manisnya
80 Reynaldi Zhang
81 Alasan
82 Pulang
83 Siapa Dia?
84 Tetap Harus Bicara
85 Harus Diakhiri
86 Bingung
87 Sesaat Mencoba Tenang
88 Tidak Seburuk Itu
89 Mengajak Zee Pergi
90 Jadi Dia Sudah Tau?
91 Ammar
92 Meminta maaf?
93 Apa bisa dipercaya?
94 Berbanding terbalik
95 Obrolan di suatu malam
96 Setelah dia pulang
97 Berjalan lancar
Episodes

Updated 97 Episodes

1
01 Mimpi Buruk
2
02 dibully
3
03 penjelasan
4
04 hadiah?
5
05 mimpi buruk lagi
6
06 berawal dari hujan
7
07 hilang dan sepi
8
08 gibah yang merubah
9
09 Ace!!
10
10 nasihat ibu dan kekhawatiran ayah
11
11 sisi lain
12
12 tentang Rain
13
13 adik kakak atau sepasang kekasih?
14
14 tentang Kana
15
15 Snow?
16
Visual
17
itu bukan nyamuk
18
demi melihat pelangi
19
kisah lalu teman baru
20
pertemuan
21
ternyata...
22
hanya berkomentar
23
Berdua
24
Apa Alasannya?!
25
pilihan tetap tinggal tidaklah salah
26
tamu dalam mimpi
27
Firasat
28
Dia Sudah Tiada
29
Perasaan Yang Familiar
30
Resto Kebakaran!
31
Ingin Bermain
32
Paman Botak
33
Ada Kemajuan
34
Musibah
35
Berpamitan dan Bertemu
36
Terganggu
37
Tanpa Alasan
38
Penampakan
39
Penampakan yang sesungguhnya
40
Tampak Berbeda
41
Biasa Aja
42
Sebenarnya Tak Ingin Melihat (BL)
43
Berdamai
44
Tamu
45
Ada Apa?
46
Telah Berubah
47
Dua Insan Di Tepi Kolam
48
Salah Faham?
49
Sisi Yang Menyeramkan
50
Tidak Sadar
51
Kabar
52
Mengatakan Perasaan
53
Apa Yang Sebenarnya Terjadi
54
Tidak Mengerti
55
Tak Boleh Pergi
56
Aku Menghawatirkan mu
57
Bertemu saat membutuhkan
58
Foto Geraldi Zhang dan Kecurigaan
59
Takut
60
Kecewa
61
Terjadi Sesuatu
62
Bertarung
63
Walaupun Bukan Anakku
64
AceRain...
65
Seperti Inilah Kenyataannya
66
Salah Pak Supir?
67
Terpisah Jarak
68
Dimana Zee?
69
Menjadi Alasan
70
Buku Nikah
71
Ternyata dia adalah ibu tiriku
72
Siapa Sebenarnya Aku?
73
Dia dan Beberapa Rahasia
74
Kekalahan Rain
75
Masalah Karena Masalah
76
Ibu Merasa Cemburu
77
Canggung
78
Ada Sesuatu
79
Ada Manis-Manisnya
80
Reynaldi Zhang
81
Alasan
82
Pulang
83
Siapa Dia?
84
Tetap Harus Bicara
85
Harus Diakhiri
86
Bingung
87
Sesaat Mencoba Tenang
88
Tidak Seburuk Itu
89
Mengajak Zee Pergi
90
Jadi Dia Sudah Tau?
91
Ammar
92
Meminta maaf?
93
Apa bisa dipercaya?
94
Berbanding terbalik
95
Obrolan di suatu malam
96
Setelah dia pulang
97
Berjalan lancar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!