13 adik kakak atau sepasang kekasih?

"Alhamdulillah..... " Ucap Intan dengan lega setelah mereka sampai di rumahnya.

Mereka turun dari mobil dan berjalan santai di halaman rumah.

Rain terlihat takjub dengan suasana di halaman itu. Baginya, halaman rumah itu tampak sangat indah dengan adanya taman kecil di sana.

Rumah yang besar dan megah tak bisa mengalahkan rasa takjubnya akan taman kecil itu.

Rain berhenti dan tersenyum memandangi taman kecil itu.

"kenapa? " Tanya Intan.

"tamannya bagus, bu. "

"kamu suka? "

Rain mengangguk.

"di sini juga biasanya sangat jelas loh kalau melihat pelangi. " Intan melirik Rain.

Rain menoleh pada Intan karena kata-katanya itu. Rain terlihat antusias.

"yang benar, bu? " Intan mengangguk.

"kamu bawa kamera? " tanya Intan, senang dengan reaksi Rain.

"selalu ada di tas, bu. " jawab Rain tersenyum.

"sudah ada berapa pelangi yang kamu potret? "

Rain mendesah.

"belum ada, bu. ada hujan juga saya gak bisa lihat pelangi. "

"kenapa? "

" hujannya malam-malam, bu. " Rain nyengir.

Intan tertawa.

"oh, begitu. ya sudah, ayo kita masuk. dari tadi di sini aja. "

mereka berjalan masuk.

Rain meneliti sekeliling ruangan dalam rumah itu.

"rumah ibu besar. " ucapnya masih memandangi ruangan.

"ya, Alhamdulillah. rumah ini peninggalan orang tua saya. "

Rain menoleh ke arah Intan karena jawabannya itu.

"mereka sudah meninggal 18 tahun yang lalu." Intan berucap seolah tau dengan arti tatapan Rain.

"maaf, bu."

"gak papa. ayo kita masuk. saya mau kenalin kamu sama anak-anak saya. " Intan tersenyum dan berjalan meninggalkan Rain.

Rain diam di tempat. Gadis itu tampak berpikir.

"ekhem! " suara deheman Intan menyadarkan Rain yang termenung.

"kamu ngapain masih disitu? ayo ikut saya. "

Rain hanya mengangguk dan menghampiri Intan.

"kamu tunggu di sini, ya. saya akan panggilkan anak-anak saya dulu. " Intan pergi.

Rain duduk di sofa di ruang keluarga.

.

.

.

.

Intan kembali, tapi dia sendiri.

Rain berpikir pasti anak-anaknya tak mau bertemu dengannya.

"mereka sebentar lagi turun. kamu di sini aja dulu, istirahat. " Intan hendak beranjak.

"Bu, saya mau ke kamar kecil sebentar, boleh? "

Rain terlihat sungkan. Intan tersenyum kecil.

"ayo, saya antar. "

"kalo nanti kamu ketemu anak-anak saya, saya harap kamu tidak terkejut. " Rain bingung dengan kata-kata Intan. tapi dia hanya diam.

.

.

.

.

"sana, kamu ke ruang keluarga lagi aja dulu. saya mau ganti baju. mau siapkan bahan-bahan juga. " ucap Intan setelah Rain keluar dari kamar mandi.

"loh, biar saya bantu ibu aja."

"iya, tapi saya mau ganti baju dulu. kamu kembali kesana saja dulu, ya. " Intan tersenyum dan berlalu pergi.

Rain merasa aneh. gadis itu berjalan kembali ke ruang keluarga.

sebenarnya ada apa? pikirnya.

Rain sampai di ruang keluarga, gadis itu terdiam menatap dua orang yang sedang duduk di sofa.

apa ini? batinnya.

Rain merasa bingung dengan apa yang di lihatnya.

dua orang laki-laki yang duduk berdempetan dan terlihat sangat dekat.

jadi Kana itu laki-laki.

Rain teringat akan cerita Intan saat di mobil tadi. Intan menceritakan bahwa dia memiliki anak yang sangat rapuh dan manja, dia adalah adiknya Ace.

namanya Kana. Intan tidak bercerita Kana itu laki-laki atau perempuan, tapi dari cerita Intan, Rain menyimpulkan kalau Kana itu adalah perempuan.

"kakak! " Rain mengerjap saat Kana memanggilnya.

Rain menatap wajah laki-laki itu. sangat menawan bahkan rupanya hampir seperti perempuan. batin Rain.

Laki-laki itu tampak lebih muda darinya.

"ayo kemari. " ajaknya tersenyum walaupun masih duduk.

Rain mengangguk dan menghampiri mereka.

"duduklah." perintahnya.

Rain duduk. Rain menatap Ace sekilas. Laki-laki itu bahkan tidak mengalihkan pandangannya dari adiknya.

Kedua laki-laki itu melakukan hal yang sama yang membuat Rain terdiam tadi.

mereka saling pandang dan tersenyum.

Rain merasa risih dengan penampakan yang ada di hadapannya.

apa yang mereka lakukan?

aku dan Zee saja tidak seperti itu. apa ini wajar? pikiran Rain terus berkecamuk melihat dua laki-laki dihadapannya yang menurutnya, kelakuan mereka tidak seharusnya mereka lakukan.

yang mereka lakukan adalah hal yang biasanya dilakukan oleh sepasang kekasih.

wajah Rain datar dan hanya menunduk. telinganya panas mendengar suara manja dari keduanya.

apa ini yang membuat Bu Intan memintaku agar aku tidak terkejut? tapi, jujur aku terkejut.

aku merasa sedikit jijik dengan yang mereka lakukan. aku sudah tau kalau ada orang seperti mereka, tapi baru kali ini aku melihatnya secara langsung. Rain membatin.

"kakak. nama kakak siapa? " Kana bertanya tiba-tiba dengan suara lembut.

"Rain." jawabannya datar dan mengangkat wajahnya.

"Rain? " Kana memastikan. Rain mengangguk. Ace mendesis melirik Rain.

"aku Kana dan ini kakakku, Azz. biasanya teman-temannya memanggilnya Ace. dia tampan, kan? " Kana dengan senyum yang mengembang menatap Rain.

Rain menatap Kana dalam.

"ya. tapi kamu lebih tampan dari dia. " jawabnya tanpa melirik sekilas pun pada Ace.

senyum di wajah Kana menghilang. laki-laki itu menatap Rain bingung.

"kenapa? " tanya Rain yang melihat kebingungan di wajah Kana.

Kana menggeleng.

"berapa usiamu? " tanya Rain pada Kana.

Kana mengerjap. "18 tahun. aku baru lulus SMA. rencananya aku akan melanjutkan kuliah di sini. " jawabnya tersenyum.

"oh. aku hanya lebih tua satu tahun darimu. panggil saja namaku langsung. sepertinya kamu anak yang manis, ya. " Rain tersenyum dan melirik Ace sekilas.

Ace menatap dalam ke arah Rain.

Rain merasa Kana mudah untuk di dekati. ditanya sedikit saja jawabnya kemana-mana.

"kakak ini tinggal dimana? terus kakak kuliah?kuliah nya dimana? "

"Rain." Rain mengingatkan.

"oh ya. Rain. " Kana mengulang.

"aku tinggal di Depok tapi aku kuliah di Jakarta. karena jurusan yang aku pilih tidak ada di sana."

Kana mengangguk.

"memangnya jarak Depok ke Jakarta gak jauh? kamu pulang pergi gitu? "

Rain mengangguk.

Intan datang menghampiri mereka dan ikut duduk di sofa.

"kalian udah kenalan? " tanyanya pada ke tiga anak itu.

mereka mengangguk tanpa bersuara.

"hari ini Rain mau masak yang spesial di rumah kita. kalian mau bantu? " tanya Intan pada anak-anaknya.

"Kana mau, ma. kakak mau ikut bantu?" Kana menatap Ace.

"tidak. aku ada kegiatan lain. aku pergi dulu. " jawabnya datar dan berlalu meninggalkan mereka.

wajah Rain tak kalah datarnya.

Intan beranjak ke dapur diikuti Kana.

Rain menghela nafas sebelum beranjak mengikuti mereka ke dapur.

.

.

.

"Rain ini koki loh di resto. mama sampai kagum saat dia masak di dapur. masakannya juga enak banget. " Intan asyik bercerita pada Kana.

Kana sesekali melirik Rain.

Rain sibuk masak dan tak peduli dengan apa yang di bicarakan dua orang itu. kalau di tanya barulah dia bersuara.

.

.

.

acara masak pun selesai. Rain dan Intan duduk di meja makan menunggu Kana dan Ace. Kana memanggil kakaknya agar mau ikut makan bersama.

"bagaimana menurut kamu? " Intan tiba-tiba bersuara. Rain menatapnya bingung.

"maksud ibu? "

"kedua anak saya. " jawabnya datar.

"mereka baik."

"bukan itu maksud saya. " Intan terlihat sedih.

Rain menatap wajah perempuan itu.

pandangan yang sama saat mereka bertemu kala hujan dulu.

jadi ini arti dari tatapan bu Intan dulu. batin Rain.

"sesuatu tentang mereka. saya tidak perlu menjelaskan apa itu. kamu pasti sudah tau. " tatapannya masih datar dan terlihat sedih.

"saya seperti melihat warna lain dari pelangi. "

jawaban Rain membuat Intan menoleh.

"kamu menganggap yang mereka lakukan juga hal yang lain dari takdir? " ucap Intan merasa heran.

Rain pernah bercerita bagaimana dirinya memandang takdir, takdir yang bermacam seperti pelangi.

Intan dulu hanya tersenyum dan tidak terlalu menanggapi maksud Rain itu.

"apa mereka bisa berubah? jika warna pelangi yang muncul saat itu merah, maka akan tetap sama bukan sampai akhirnya dia tak terlihat? " Intan terlihat makin sedih.

"kita memang tidak tau. tapi ada sesuatu yang bisa untuk kita ubah. kecuali hal yang memang hanya Allah yang bisa, seperti kehidupan dan kematian.

sesuatu dalam diri mereka memang patut untuk di ubah. malah kalau mereka tetap seperti itu, mereka mendurhakai yang maha kuasa yang telah memberi takdir."

Intan hanya diam.

"Ibu berdoalah selalu untuk mereka. yakinlah suatu hari nanti mereka akan berubah.

Allah Maha tau tentang masalah kita, kalau kita berusaha, insya Allah. Allah akan memberikan jalan terbaik untuk kita. " Rain tersenyum menatap Intan.

"saya sudah berusaha untuk memisahkan mereka, tapi sebanyak apapun saya berusaha, maka sebanyak itu pula saya gagal. "

mata Intan nampak berkaca-kaca.

"apa kamu merasa jijik terhadap mereka? "

"tidak pada mereka, tapi pada apa yang mereka lakukan. jujur saya risih karena saya tidak pernah berhadapan dengan orang yang bersikap seperti mereka.

manusia memiliki perasaan dan pikiran masing-masing, walaupun kita berpikir seperti ini adalah hal yang benar, belum tentu orang lain bisa menerima dan menerapkan kebenaran itu. "

Intan menitikkan air mata.

" Allah pasti akan menunjukkan jalannya, Bu. Ibu jangan putus asa. " Rain berusaha menenangkan Intan.

"ya. maka dari itu saya memilih jalan pintas."

belum sempat Rain menjawab, dari ambang pintu sudah terlihat Kana dan Ace.

Kana dan Ace berjalan menuju meja makan.

kedekatan mereka tetap berlebihan bahkan di depan ibu mereka sendiri.

Rain menautkan alisnya heran. sebenarnya seperti apa hubungan di keluarga ini? batinnya.

Intan tersenyum dengan tatapan yang sayu. air matanya sudah dia bersihkan.

"duduklah, Rain sudah masak untuk kita. "

mereka duduk bersebelahan. Intan memaksakan senyumnya.

"Rain ini koki handal di resto. kamu pasti suka sama masakannya. " Kata-kata Intan di tujukan untuk Ace. Ace berdecak.

"mama ini berlebihan. koki itu kan cuma mengikuti arahan. di surunya masak ini ya dia masak. keahlian dia pasti karena kebiasaannya masak di resto. " jawabnya sinis.

Rain hanya menatapnya datar.

"terserah lah. kamu coba aja dulu. " Intan sedikit kesal dan mulai mengambil beberapa makanan.

mereka mulai makan.

Ace memasukkan suapan pertama ke mulutnya, mengunyah perlahan dan menelannya.

enak, enak sekali. batinnya.

"gimana? " tanya Intan.

"biasa aja. " jawabnya mengedikkan bahu.

"Aku laper belum sarapan, jadi ya aku makan. " lanjutnya.

Intan berdecak.

" masakan Rain enak, ma." ucap Kana dengan senyum yang sampai ke matanya.

manis sekali anak ini. batin Rain.

"makanan ini hasil ide Rain sendiri, jadi TIDAK karena mengikuti arahan. " ucap Intan terdengar jengkel dengan menekankan kata tidak.

Rain tersenyum kecil tapi Ace bisa melihat itu.

Ace melihat Rain dengan kesal. Ace makan dengan cepat sambil melihat sebal wajah Rain yang menunduk.

"gak bagus loh makan cepat-cepat. " ucap Rain tanpa mengangkat wajahnya.

Ace tersedak dan dia cepat-cepat meneguk segelas air yang ada di depannya.

"kamu kenapa sih? " Intan terlihat kesal sementara Kana hanya diam.

"makanannya gak enak. udah ah! aku mau pergi. " ucapnya lalu beranjak.

"gak enak kok habis? " ucap Intan melirik piring bekas makan Ace.

"kamu mau pergi juga? " tanyanya pada Kana. terdengar sedikit kesal. Kana menggeleng.

"aku suka masakan Rain, ma. aku akan habiskan perlahan. " jawabnya tersenyum.

Rain merasa senang dengan sikap Kana. dia tidak seperti Ace yang angkuh.

Intan menatap Rain dan Kana bergantian.

"sepertinya kalian bisa akur. "

.

.

.

.

bersambung...........

.

.

.

.

.

maaf jika ada kata yang kurang berkenan.

author hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan.

hanya ini yang mampu saya tuliskan.

.

.

.

.

salam dari yuya......

Terpopuler

Comments

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Stargirl✨

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Stargirl✨

Ya kalau memang dua - duanya laki - laki dan sikapnya terlalu gimana gitu pasti merasa risih juga sih melihatnya, apa lagi jika nada bicaranya tidak dapat di kontrol.

2022-09-24

8

Stanalise (Deep)🖌️

Stanalise (Deep)🖌️

Hiks ... Bener banget apa yang kamu ucapin...

2022-09-23

1

Stanalise (Deep)🖌️

Stanalise (Deep)🖌️

Terkejut untuk apakah Bu? Bukankah anak-anak itu lucu?

2022-09-23

1

lihat semua
Episodes
1 01 Mimpi Buruk
2 02 dibully
3 03 penjelasan
4 04 hadiah?
5 05 mimpi buruk lagi
6 06 berawal dari hujan
7 07 hilang dan sepi
8 08 gibah yang merubah
9 09 Ace!!
10 10 nasihat ibu dan kekhawatiran ayah
11 11 sisi lain
12 12 tentang Rain
13 13 adik kakak atau sepasang kekasih?
14 14 tentang Kana
15 15 Snow?
16 Visual
17 itu bukan nyamuk
18 demi melihat pelangi
19 kisah lalu teman baru
20 pertemuan
21 ternyata...
22 hanya berkomentar
23 Berdua
24 Apa Alasannya?!
25 pilihan tetap tinggal tidaklah salah
26 tamu dalam mimpi
27 Firasat
28 Dia Sudah Tiada
29 Perasaan Yang Familiar
30 Resto Kebakaran!
31 Ingin Bermain
32 Paman Botak
33 Ada Kemajuan
34 Musibah
35 Berpamitan dan Bertemu
36 Terganggu
37 Tanpa Alasan
38 Penampakan
39 Penampakan yang sesungguhnya
40 Tampak Berbeda
41 Biasa Aja
42 Sebenarnya Tak Ingin Melihat (BL)
43 Berdamai
44 Tamu
45 Ada Apa?
46 Telah Berubah
47 Dua Insan Di Tepi Kolam
48 Salah Faham?
49 Sisi Yang Menyeramkan
50 Tidak Sadar
51 Kabar
52 Mengatakan Perasaan
53 Apa Yang Sebenarnya Terjadi
54 Tidak Mengerti
55 Tak Boleh Pergi
56 Aku Menghawatirkan mu
57 Bertemu saat membutuhkan
58 Foto Geraldi Zhang dan Kecurigaan
59 Takut
60 Kecewa
61 Terjadi Sesuatu
62 Bertarung
63 Walaupun Bukan Anakku
64 AceRain...
65 Seperti Inilah Kenyataannya
66 Salah Pak Supir?
67 Terpisah Jarak
68 Dimana Zee?
69 Menjadi Alasan
70 Buku Nikah
71 Ternyata dia adalah ibu tiriku
72 Siapa Sebenarnya Aku?
73 Dia dan Beberapa Rahasia
74 Kekalahan Rain
75 Masalah Karena Masalah
76 Ibu Merasa Cemburu
77 Canggung
78 Ada Sesuatu
79 Ada Manis-Manisnya
80 Reynaldi Zhang
81 Alasan
82 Pulang
83 Siapa Dia?
84 Tetap Harus Bicara
85 Harus Diakhiri
86 Bingung
87 Sesaat Mencoba Tenang
88 Tidak Seburuk Itu
89 Mengajak Zee Pergi
90 Jadi Dia Sudah Tau?
91 Ammar
92 Meminta maaf?
93 Apa bisa dipercaya?
94 Berbanding terbalik
95 Obrolan di suatu malam
96 Setelah dia pulang
97 Berjalan lancar
Episodes

Updated 97 Episodes

1
01 Mimpi Buruk
2
02 dibully
3
03 penjelasan
4
04 hadiah?
5
05 mimpi buruk lagi
6
06 berawal dari hujan
7
07 hilang dan sepi
8
08 gibah yang merubah
9
09 Ace!!
10
10 nasihat ibu dan kekhawatiran ayah
11
11 sisi lain
12
12 tentang Rain
13
13 adik kakak atau sepasang kekasih?
14
14 tentang Kana
15
15 Snow?
16
Visual
17
itu bukan nyamuk
18
demi melihat pelangi
19
kisah lalu teman baru
20
pertemuan
21
ternyata...
22
hanya berkomentar
23
Berdua
24
Apa Alasannya?!
25
pilihan tetap tinggal tidaklah salah
26
tamu dalam mimpi
27
Firasat
28
Dia Sudah Tiada
29
Perasaan Yang Familiar
30
Resto Kebakaran!
31
Ingin Bermain
32
Paman Botak
33
Ada Kemajuan
34
Musibah
35
Berpamitan dan Bertemu
36
Terganggu
37
Tanpa Alasan
38
Penampakan
39
Penampakan yang sesungguhnya
40
Tampak Berbeda
41
Biasa Aja
42
Sebenarnya Tak Ingin Melihat (BL)
43
Berdamai
44
Tamu
45
Ada Apa?
46
Telah Berubah
47
Dua Insan Di Tepi Kolam
48
Salah Faham?
49
Sisi Yang Menyeramkan
50
Tidak Sadar
51
Kabar
52
Mengatakan Perasaan
53
Apa Yang Sebenarnya Terjadi
54
Tidak Mengerti
55
Tak Boleh Pergi
56
Aku Menghawatirkan mu
57
Bertemu saat membutuhkan
58
Foto Geraldi Zhang dan Kecurigaan
59
Takut
60
Kecewa
61
Terjadi Sesuatu
62
Bertarung
63
Walaupun Bukan Anakku
64
AceRain...
65
Seperti Inilah Kenyataannya
66
Salah Pak Supir?
67
Terpisah Jarak
68
Dimana Zee?
69
Menjadi Alasan
70
Buku Nikah
71
Ternyata dia adalah ibu tiriku
72
Siapa Sebenarnya Aku?
73
Dia dan Beberapa Rahasia
74
Kekalahan Rain
75
Masalah Karena Masalah
76
Ibu Merasa Cemburu
77
Canggung
78
Ada Sesuatu
79
Ada Manis-Manisnya
80
Reynaldi Zhang
81
Alasan
82
Pulang
83
Siapa Dia?
84
Tetap Harus Bicara
85
Harus Diakhiri
86
Bingung
87
Sesaat Mencoba Tenang
88
Tidak Seburuk Itu
89
Mengajak Zee Pergi
90
Jadi Dia Sudah Tau?
91
Ammar
92
Meminta maaf?
93
Apa bisa dipercaya?
94
Berbanding terbalik
95
Obrolan di suatu malam
96
Setelah dia pulang
97
Berjalan lancar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!