"Alhamdulillah..... " Ucap Intan dengan lega setelah mereka sampai di rumahnya.
Mereka turun dari mobil dan berjalan santai di halaman rumah.
Rain terlihat takjub dengan suasana di halaman itu. Baginya, halaman rumah itu tampak sangat indah dengan adanya taman kecil di sana.
Rumah yang besar dan megah tak bisa mengalahkan rasa takjubnya akan taman kecil itu.
Rain berhenti dan tersenyum memandangi taman kecil itu.
"kenapa? " Tanya Intan.
"tamannya bagus, bu. "
"kamu suka? "
Rain mengangguk.
"di sini juga biasanya sangat jelas loh kalau melihat pelangi. " Intan melirik Rain.
Rain menoleh pada Intan karena kata-katanya itu. Rain terlihat antusias.
"yang benar, bu? " Intan mengangguk.
"kamu bawa kamera? " tanya Intan, senang dengan reaksi Rain.
"selalu ada di tas, bu. " jawab Rain tersenyum.
"sudah ada berapa pelangi yang kamu potret? "
Rain mendesah.
"belum ada, bu. ada hujan juga saya gak bisa lihat pelangi. "
"kenapa? "
" hujannya malam-malam, bu. " Rain nyengir.
Intan tertawa.
"oh, begitu. ya sudah, ayo kita masuk. dari tadi di sini aja. "
mereka berjalan masuk.
Rain meneliti sekeliling ruangan dalam rumah itu.
"rumah ibu besar. " ucapnya masih memandangi ruangan.
"ya, Alhamdulillah. rumah ini peninggalan orang tua saya. "
Rain menoleh ke arah Intan karena jawabannya itu.
"mereka sudah meninggal 18 tahun yang lalu." Intan berucap seolah tau dengan arti tatapan Rain.
"maaf, bu."
"gak papa. ayo kita masuk. saya mau kenalin kamu sama anak-anak saya. " Intan tersenyum dan berjalan meninggalkan Rain.
Rain diam di tempat. Gadis itu tampak berpikir.
"ekhem! " suara deheman Intan menyadarkan Rain yang termenung.
"kamu ngapain masih disitu? ayo ikut saya. "
Rain hanya mengangguk dan menghampiri Intan.
"kamu tunggu di sini, ya. saya akan panggilkan anak-anak saya dulu. " Intan pergi.
Rain duduk di sofa di ruang keluarga.
.
.
.
.
Intan kembali, tapi dia sendiri.
Rain berpikir pasti anak-anaknya tak mau bertemu dengannya.
"mereka sebentar lagi turun. kamu di sini aja dulu, istirahat. " Intan hendak beranjak.
"Bu, saya mau ke kamar kecil sebentar, boleh? "
Rain terlihat sungkan. Intan tersenyum kecil.
"ayo, saya antar. "
"kalo nanti kamu ketemu anak-anak saya, saya harap kamu tidak terkejut. " Rain bingung dengan kata-kata Intan. tapi dia hanya diam.
.
.
.
.
"sana, kamu ke ruang keluarga lagi aja dulu. saya mau ganti baju. mau siapkan bahan-bahan juga. " ucap Intan setelah Rain keluar dari kamar mandi.
"loh, biar saya bantu ibu aja."
"iya, tapi saya mau ganti baju dulu. kamu kembali kesana saja dulu, ya. " Intan tersenyum dan berlalu pergi.
Rain merasa aneh. gadis itu berjalan kembali ke ruang keluarga.
sebenarnya ada apa? pikirnya.
Rain sampai di ruang keluarga, gadis itu terdiam menatap dua orang yang sedang duduk di sofa.
apa ini? batinnya.
Rain merasa bingung dengan apa yang di lihatnya.
dua orang laki-laki yang duduk berdempetan dan terlihat sangat dekat.
jadi Kana itu laki-laki.
Rain teringat akan cerita Intan saat di mobil tadi. Intan menceritakan bahwa dia memiliki anak yang sangat rapuh dan manja, dia adalah adiknya Ace.
namanya Kana. Intan tidak bercerita Kana itu laki-laki atau perempuan, tapi dari cerita Intan, Rain menyimpulkan kalau Kana itu adalah perempuan.
"kakak! " Rain mengerjap saat Kana memanggilnya.
Rain menatap wajah laki-laki itu. sangat menawan bahkan rupanya hampir seperti perempuan. batin Rain.
Laki-laki itu tampak lebih muda darinya.
"ayo kemari. " ajaknya tersenyum walaupun masih duduk.
Rain mengangguk dan menghampiri mereka.
"duduklah." perintahnya.
Rain duduk. Rain menatap Ace sekilas. Laki-laki itu bahkan tidak mengalihkan pandangannya dari adiknya.
Kedua laki-laki itu melakukan hal yang sama yang membuat Rain terdiam tadi.
mereka saling pandang dan tersenyum.
Rain merasa risih dengan penampakan yang ada di hadapannya.
apa yang mereka lakukan?
aku dan Zee saja tidak seperti itu. apa ini wajar? pikiran Rain terus berkecamuk melihat dua laki-laki dihadapannya yang menurutnya, kelakuan mereka tidak seharusnya mereka lakukan.
yang mereka lakukan adalah hal yang biasanya dilakukan oleh sepasang kekasih.
wajah Rain datar dan hanya menunduk. telinganya panas mendengar suara manja dari keduanya.
apa ini yang membuat Bu Intan memintaku agar aku tidak terkejut? tapi, jujur aku terkejut.
aku merasa sedikit jijik dengan yang mereka lakukan. aku sudah tau kalau ada orang seperti mereka, tapi baru kali ini aku melihatnya secara langsung. Rain membatin.
"kakak. nama kakak siapa? " Kana bertanya tiba-tiba dengan suara lembut.
"Rain." jawabannya datar dan mengangkat wajahnya.
"Rain? " Kana memastikan. Rain mengangguk. Ace mendesis melirik Rain.
"aku Kana dan ini kakakku, Azz. biasanya teman-temannya memanggilnya Ace. dia tampan, kan? " Kana dengan senyum yang mengembang menatap Rain.
Rain menatap Kana dalam.
"ya. tapi kamu lebih tampan dari dia. " jawabnya tanpa melirik sekilas pun pada Ace.
senyum di wajah Kana menghilang. laki-laki itu menatap Rain bingung.
"kenapa? " tanya Rain yang melihat kebingungan di wajah Kana.
Kana menggeleng.
"berapa usiamu? " tanya Rain pada Kana.
Kana mengerjap. "18 tahun. aku baru lulus SMA. rencananya aku akan melanjutkan kuliah di sini. " jawabnya tersenyum.
"oh. aku hanya lebih tua satu tahun darimu. panggil saja namaku langsung. sepertinya kamu anak yang manis, ya. " Rain tersenyum dan melirik Ace sekilas.
Ace menatap dalam ke arah Rain.
Rain merasa Kana mudah untuk di dekati. ditanya sedikit saja jawabnya kemana-mana.
"kakak ini tinggal dimana? terus kakak kuliah?kuliah nya dimana? "
"Rain." Rain mengingatkan.
"oh ya. Rain. " Kana mengulang.
"aku tinggal di Depok tapi aku kuliah di Jakarta. karena jurusan yang aku pilih tidak ada di sana."
Kana mengangguk.
"memangnya jarak Depok ke Jakarta gak jauh? kamu pulang pergi gitu? "
Rain mengangguk.
Intan datang menghampiri mereka dan ikut duduk di sofa.
"kalian udah kenalan? " tanyanya pada ke tiga anak itu.
mereka mengangguk tanpa bersuara.
"hari ini Rain mau masak yang spesial di rumah kita. kalian mau bantu? " tanya Intan pada anak-anaknya.
"Kana mau, ma. kakak mau ikut bantu?" Kana menatap Ace.
"tidak. aku ada kegiatan lain. aku pergi dulu. " jawabnya datar dan berlalu meninggalkan mereka.
wajah Rain tak kalah datarnya.
Intan beranjak ke dapur diikuti Kana.
Rain menghela nafas sebelum beranjak mengikuti mereka ke dapur.
.
.
.
"Rain ini koki loh di resto. mama sampai kagum saat dia masak di dapur. masakannya juga enak banget. " Intan asyik bercerita pada Kana.
Kana sesekali melirik Rain.
Rain sibuk masak dan tak peduli dengan apa yang di bicarakan dua orang itu. kalau di tanya barulah dia bersuara.
.
.
.
acara masak pun selesai. Rain dan Intan duduk di meja makan menunggu Kana dan Ace. Kana memanggil kakaknya agar mau ikut makan bersama.
"bagaimana menurut kamu? " Intan tiba-tiba bersuara. Rain menatapnya bingung.
"maksud ibu? "
"kedua anak saya. " jawabnya datar.
"mereka baik."
"bukan itu maksud saya. " Intan terlihat sedih.
Rain menatap wajah perempuan itu.
pandangan yang sama saat mereka bertemu kala hujan dulu.
jadi ini arti dari tatapan bu Intan dulu. batin Rain.
"sesuatu tentang mereka. saya tidak perlu menjelaskan apa itu. kamu pasti sudah tau. " tatapannya masih datar dan terlihat sedih.
"saya seperti melihat warna lain dari pelangi. "
jawaban Rain membuat Intan menoleh.
"kamu menganggap yang mereka lakukan juga hal yang lain dari takdir? " ucap Intan merasa heran.
Rain pernah bercerita bagaimana dirinya memandang takdir, takdir yang bermacam seperti pelangi.
Intan dulu hanya tersenyum dan tidak terlalu menanggapi maksud Rain itu.
"apa mereka bisa berubah? jika warna pelangi yang muncul saat itu merah, maka akan tetap sama bukan sampai akhirnya dia tak terlihat? " Intan terlihat makin sedih.
"kita memang tidak tau. tapi ada sesuatu yang bisa untuk kita ubah. kecuali hal yang memang hanya Allah yang bisa, seperti kehidupan dan kematian.
sesuatu dalam diri mereka memang patut untuk di ubah. malah kalau mereka tetap seperti itu, mereka mendurhakai yang maha kuasa yang telah memberi takdir."
Intan hanya diam.
"Ibu berdoalah selalu untuk mereka. yakinlah suatu hari nanti mereka akan berubah.
Allah Maha tau tentang masalah kita, kalau kita berusaha, insya Allah. Allah akan memberikan jalan terbaik untuk kita. " Rain tersenyum menatap Intan.
"saya sudah berusaha untuk memisahkan mereka, tapi sebanyak apapun saya berusaha, maka sebanyak itu pula saya gagal. "
mata Intan nampak berkaca-kaca.
"apa kamu merasa jijik terhadap mereka? "
"tidak pada mereka, tapi pada apa yang mereka lakukan. jujur saya risih karena saya tidak pernah berhadapan dengan orang yang bersikap seperti mereka.
manusia memiliki perasaan dan pikiran masing-masing, walaupun kita berpikir seperti ini adalah hal yang benar, belum tentu orang lain bisa menerima dan menerapkan kebenaran itu. "
Intan menitikkan air mata.
" Allah pasti akan menunjukkan jalannya, Bu. Ibu jangan putus asa. " Rain berusaha menenangkan Intan.
"ya. maka dari itu saya memilih jalan pintas."
belum sempat Rain menjawab, dari ambang pintu sudah terlihat Kana dan Ace.
Kana dan Ace berjalan menuju meja makan.
kedekatan mereka tetap berlebihan bahkan di depan ibu mereka sendiri.
Rain menautkan alisnya heran. sebenarnya seperti apa hubungan di keluarga ini? batinnya.
Intan tersenyum dengan tatapan yang sayu. air matanya sudah dia bersihkan.
"duduklah, Rain sudah masak untuk kita. "
mereka duduk bersebelahan. Intan memaksakan senyumnya.
"Rain ini koki handal di resto. kamu pasti suka sama masakannya. " Kata-kata Intan di tujukan untuk Ace. Ace berdecak.
"mama ini berlebihan. koki itu kan cuma mengikuti arahan. di surunya masak ini ya dia masak. keahlian dia pasti karena kebiasaannya masak di resto. " jawabnya sinis.
Rain hanya menatapnya datar.
"terserah lah. kamu coba aja dulu. " Intan sedikit kesal dan mulai mengambil beberapa makanan.
mereka mulai makan.
Ace memasukkan suapan pertama ke mulutnya, mengunyah perlahan dan menelannya.
enak, enak sekali. batinnya.
"gimana? " tanya Intan.
"biasa aja. " jawabnya mengedikkan bahu.
"Aku laper belum sarapan, jadi ya aku makan. " lanjutnya.
Intan berdecak.
" masakan Rain enak, ma." ucap Kana dengan senyum yang sampai ke matanya.
manis sekali anak ini. batin Rain.
"makanan ini hasil ide Rain sendiri, jadi TIDAK karena mengikuti arahan. " ucap Intan terdengar jengkel dengan menekankan kata tidak.
Rain tersenyum kecil tapi Ace bisa melihat itu.
Ace melihat Rain dengan kesal. Ace makan dengan cepat sambil melihat sebal wajah Rain yang menunduk.
"gak bagus loh makan cepat-cepat. " ucap Rain tanpa mengangkat wajahnya.
Ace tersedak dan dia cepat-cepat meneguk segelas air yang ada di depannya.
"kamu kenapa sih? " Intan terlihat kesal sementara Kana hanya diam.
"makanannya gak enak. udah ah! aku mau pergi. " ucapnya lalu beranjak.
"gak enak kok habis? " ucap Intan melirik piring bekas makan Ace.
"kamu mau pergi juga? " tanyanya pada Kana. terdengar sedikit kesal. Kana menggeleng.
"aku suka masakan Rain, ma. aku akan habiskan perlahan. " jawabnya tersenyum.
Rain merasa senang dengan sikap Kana. dia tidak seperti Ace yang angkuh.
Intan menatap Rain dan Kana bergantian.
"sepertinya kalian bisa akur. "
.
.
.
.
bersambung...........
.
.
.
.
.
maaf jika ada kata yang kurang berkenan.
author hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan.
hanya ini yang mampu saya tuliskan.
.
.
.
.
salam dari yuya......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Stargirl✨
Ya kalau memang dua - duanya laki - laki dan sikapnya terlalu gimana gitu pasti merasa risih juga sih melihatnya, apa lagi jika nada bicaranya tidak dapat di kontrol.
2022-09-24
8
Stanalise (Deep)🖌️
Hiks ... Bener banget apa yang kamu ucapin...
2022-09-23
1
Stanalise (Deep)🖌️
Terkejut untuk apakah Bu? Bukankah anak-anak itu lucu?
2022-09-23
1