Aku tidak mau memojokkan ibu dengan berkata tidak baik membicarakan orang. Aku sadar diri kalau aku juga mengecewakan ibu.
wajah Ibu mengkerut diam dan menatapku tajam. Aku tak pernah melihat dia semenakutkan itu.
"Maksud kamu yang mana? kamu bukan anak kecil lagi kan sehingga tidak tau seperti apa reaksi ibumu ini, seperti apa kekhawatiran ibu?" nadanya dingin, dia sudah tau arah pembicaraanku.
Aku menelan ludahku kasar.
"jawab ibu, Rain! "
Aku tersentak.
Aku menghela nafas, aku merasa bapak sudah bangun dan berdiri di belakangku, tapi aku tak berani berkutik.
"sebenarnya... saya punya teman laki-laki dan saya sering datang ke rumah laki-laki itu" ibuku terkejut.
"siapa? dan untuk apa? " pertanyaan yang terdengar santai itu sangat menakutkan.
Aku pun mulai bercerita.
"Namanya Arza, kami dulu bertemu 2 tahun lalu, saat itu saya baru di terima kerja di resto. di perjalanan pulang saya lupa arah pulang. Saya berputar-putar dan tak sengaja bertemu dengan dia.
Dia di kejar oleh 4 orang yang tubuhnya lebih besar darinya. awalnya saya hanya memperhatikan dan tak ingin ikut campur, tapi saya merasa orang itu ada dalam bahaya dan mendengar dari perkataan mereka, sepertinya orang itu benar-benar tak bersalah.
Akhirnya saya mendatangi mereka dan mencoba mengalahkan ke 4 orang itu. kami kabur dari orang-orang itu dan saya membawa laki-laki itu ke rumah sakit.
awalnya dia tidak mengira kalau saya ini perempuan, karena saat pertama dia mengenal saya, saya bersuara seolah saya adalah laki-laki.
tapi suatu hari dia tau sendiri kalau saya adalah perempuan.
tapi sungguh,bu. saya tidak pernah macam-macam. dia sangat menghargai saya"
"lalu kenapa kamu sering bertemu dengan dia? ibu rasa sekali menolong tidak perlu sampai kalian sedekat itu"
"Laki-laki itu tinggal sendiri, kedua orang tuanya sudah meninggal. saat itu keadaannya sangat parah, jadi saya hanya berniat membantunya. toh saat itu saya berpikir dia juga tidak tau kalau saya ini perempuan.
kami sudah berteman baik sebelum dia tau saya yang sebenarnya. dia sering membantu saya untuk menyelesaikan masalah kuliah saya dan bahkan masalah Zee,
saya merasa nyaman berteman dengan dia karena dia baik" aku menunduk.
"Lalu,apa reaksinya tetap sama saat dia tau kalau kamu adalah perempuan?"
"dia tidak berubah, saat pertama tau dia memang terkejut. tapi sampai sekarang dia masih menganggap saya adalah laki-laki"
Ibuku diam tampak berfikir keras.
"ibu tau kamu kuat, tapi ada saatnya dimana kamu bahkan tidak bisa untuk melawan. ibu hanya tidak ingin sesuatu yang buruk menimpamu.
sesuatu yang tidak kita inginkan bisa saja terjadi kalau ada kesempatan, apa kamu mengerti maksud ibu? "
Aku memberanikan diri menatap wajah ibuku.
"saya mengerti, Bu"
"lalu, apa yang seharusnya kamu lakukan?" nadanya tidak berubah.
"saya harus membatasi diri saya" aku menunduk.
"Ibu tidak pernah melarang kamu untuk berteman dengan siapapun asalkan orang itu tidak membawa pengaruh buruk untukmu.
Ibu tidak peduli apakah akan terjadi fitnah karena masalah dalam dirimu, tapi yang ibu khawatirkan adalah hal yang menjadi fitnah itu yang berubah menjadi kenyataan.
Ibu tidak peduli orang bilang apa tentang kamu. orang tidak pernah mengerti apa-apa tentang kamu." ibu terdiam sejenak.
"sekarang ibu tanya, jika temanmu yang mengganggumu, apakah kamu bisa melawan mereka? apa kamu tega membuat mereka lumpuh seperti orang yang melecehkan adikmu? seperti yang dulu mengganggu kakakmu? atau seperti kakak kelas yang melecehkanmu?
atau bahkan seperti maling yang masuk ke kamar adikmu? apa kamu bisa melakukan semua itu?" pertanyaan ibu seakan mewakili kekecewaannya, matanya berkaca-kaca.
Aku ingin berucap tapi ibuku menghela terlebih dahulu.
"mungkin ibu berlebihan, tapi ibu hanya menghawatirkan anak perempuan ibu. sekuat apapun kamu tapi kamu harus menjaga diri kamu, kamu tidak boleh menantang badai untuk menenggelamkanmu.
Ibu bukannya berprasangka buruk terhadap temanmu, tapi dia juga laki-laki. Kata-kata ibu bukan hanya untuk laki-laki itu, tapi untuk semua teman laki-lakimu."
Ibu menghela nafas, dia terlihat sesak.
"maafin Rain, Bu. saya membuat ibu khawatir dan sedih, saya sudah mengecewakan ibu"
Ibuku menggeleng.
"kamu tidak usah minta maaf karena sudah sepantasnya ibu khawatir tentang kamu. kalau kamu peduli sama ibu, kamu harus peduli dan menjaga diri kamu lebih dari kami menjagamu"
"Iya, Bu. saya akan lebih menjaga diri saya"
Ibuku terlihat lega.
Kurasakan sebuah tepukan di pundakku.
aku mendongak dan melihat bapakku yang tersenyum padaku.
"Bapak mau bicara sama kamu, tapi sebelumnya Bapak mau bicara dulu sama ibu. kamu bisa kasih kami waktu kan? "
Aku mengangguk dan beranjak pergi meninggalkan mereka.
Aku tidak benar-benar pergi. aku ingin tau apa yang di bicarakan oleh kedua orang tuaku.
"apa ibu sudah merasa lega? " terdengar suara bapak. aku tidak mendengar jawaban ibuku.
"kita berdua sama-sama khawatir tapi dengan alasan yang berbeda " ucap bapak.
"apa ibu juga berpikir kalau Rain tidak seperti gadis seusianya? atau bahkan tidak seperti seorang perempuan, " terdengar suara helaan nafas bapak.
"sudah sejak lama bapak khawatir tentang kondisi seksualnya Rain, mungkin Bapak berlebihan kalau menganggap dia menyimpang,
tapi jujur, Bapak sangat khawatir dengan dia. dilihat dari kebiasaannya, dia tidak pernah memperlihatkan kalau dia adalah perempuan,
bahkan dia kerap berkenalan dengan orang lain dengan suara laki-laki."
"Bapak... tolong jangan bikin ibu tambah khawatir. Ibu yakin dia itu normal, itu hanya salah satu caranya agar tidak diganggu oleh laki-laki nakal, bapak ingat kan saat Rain masih SMP dulu,
Rain menghajar kakak kelasnya karena kakak kelasnya berani menyentuh pahanya. Ibu sampai stress karena masalah itu sampai di bawa ke jalur hukum.
dan setelah itu bahkan Rain sempat menutup diri dari orang lain."
ku dengar helaan nafas dari bapak.
"ya... mungkin Bapak terlalu khawatir, maafin Bapak ya, Bu. menikah dengan saya ternyata membuat kamu susah"
"Bapak.... kok ngomongnya malah ke arah situ sih...ini gak ada hubungannya. apapun yang terjadi saya tidak pernah menyesal menikah dengan Bapak dan saya bahagia memiliki anak-anak seperti mereka"
Mereka diam, samar-samar ku dengar suara tahrim berkumandang. Aku pergi pelan-pelan menuju kamarku.
Ya Allah... harus bagaimana sikapku terhadap kedua orang tuaku? apakah sikap yang kuambil selama ini sudah benar?
Aku bukan tidak ingin menjadi seperti perempuan kebanyakan, hanya saja semakin aku terlihat feminim maka semakin runyam juga hidupku.
Aku pernah memakai hijab, aku mencoba memakainya ya untuk menutupi auratku dan juga untuk membatasi sikap kasarku,
tapi aku malah dapat perlakuan yang membuatku jijik. aku hampir membantai orang itu saat itu juga. kedua orang tuaku saat itu tidak tau, tapi kedua saudaraku menyaksikan langsung aksi brutalku.
maafkan aku ya Allah...
Mungkin sifatku yang kasar yang sering membuat masalah adalah penyebab kami sering berpindah tempat untuk menghindari masalah.
aku benar-benar membuat keluargaku susah...
.
.
.
\=\=\=\=**\=\=\=\=
aku bersiap untuk ke kampus, aku menunggu Zee. Bapak dan Bang Arka terlihat bersiap untuk bekerja.
"Rain! " Bapak memanggilku.
aku turun dari motor dan menghampiri Bapak yang duduk di kursi teras.
"ya, ada apa, Pak. "
"Bapak mau berbagi rahasia sama kamu" katanya sedikit berbisik.
"apa, Pak? "
"kamu pernah dengar gak tentang 'grup peduli keluarga' yang ada di sekitar kita? "
"tidak, pak" apa maksudnya?
"ibumu adalah salah satu anggotanya" bapak tersenyum melihat ekspresiku yang bingung...
"tentang ibumu yang membicarakan anak orang kemarin, sebenarnya ibumu tidak benar-benar melakukan itu... "
jelas aku terkejut, lalu seperti apa kejadian yang sebenarnya? jelas yang ku dengar seperti itu kemarin.
"ibu dan ke lima temannya membangun sebuah grup sekitar 10 bulan lalu. ibu dan teman-temannya sudah saling percaya dan sepakat untuk menyelesaikan masalah pada anak-anak mereka bersama-sama.
setiap anggota diberi tugas masing-masing. bapak tidak bisa memberi tau setiap orang dengan tugasnya. tapi yang kamu harus tau, ibumu sudah mengetahui kedekatan kamu dan teman lelakimu itu sebelum kamu cerita.
yang bapak tau diantara mereka ada yang bertugas memata-matai. kamu jangan salah faham sama mereka. mereka hanya ingin menjaga anak-anak mereka dan menghindari beberapa kemungkinan yang mungkin terjadi.
mungkin bagi sebagian orang, ibumu dan teman-temannya aneh dan berlebihan. tapi ini upaya mereka untuk menjaga orang-orang yang mereka sayangi.
kamu jangan bilang sama ibu kalau bapak yang cerita, ini rahasia mereka. bapak tau saja baru-baru ini. " bapak berbisik karena mendengar suara langkah kaki ibu.
aku hanya tertegun...
hah? apa ini bisa dipercaya?
apa yang diucapkan ibu kemarin hanya untuk memancing kejujuranku?
lewat sudah, tidak ada apa-apa lagi di kepalaku.
aku hanya bengong...
siapa yang menyangka ibuku bisa berbuat begitu?
apa aku harus memberi empat jempol untuk ibuku?
aku bersalah menganggap ibuku suka gibah, maafkan aku ibu....
.
.
.
.
.........
yang lewat itu di kepalaku...
karena hidupku datar dan konflik yang ku lalui adalah permasalahan biasa dan umum...
maka hanya ini yang bisa ku ucapkan.....
maafin ceritanya yang gak jelas...
cuma itu yang ada di otakku😭😭😭
salam dari yuya.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Stanalise (Deep)🖌️
Bener banget, perempuan pun kalo di bandingkan tenaga sama cowok... jelas cowok lebih unggul. kadang ada hal yang ga bisa kita tentang di bumi ini
2022-09-23
2
Stanalise (Deep)🖌️
Ngeri nih, biasanya mah penguntit ngejarnya cuma seorang. Ini empat wih
2022-09-23
1
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Stargirl✨
Sungguh malang nasib pria itu... Untung Rain sempat menolongnya... Kalau tidak entah bagaimana nasibnya ke depannya... Mana dia tinggal sendirian lagi... Meskipun Rain membuat suara seperti pria lama - lama kan terbongkar juga itu aslinya jika dia perempuan.
2022-09-17
2