10 nasihat ibu dan kekhawatiran ayah

Aku tidak mau memojokkan ibu dengan berkata tidak baik membicarakan orang. Aku sadar diri kalau aku juga mengecewakan ibu.

wajah Ibu mengkerut diam dan menatapku tajam. Aku tak pernah melihat dia semenakutkan itu.

"Maksud kamu yang mana? kamu bukan anak kecil lagi kan sehingga tidak tau seperti apa reaksi ibumu ini, seperti apa kekhawatiran ibu?" nadanya dingin, dia sudah tau arah pembicaraanku.

Aku menelan ludahku kasar.

"jawab ibu, Rain! "

Aku tersentak.

Aku menghela nafas, aku merasa bapak sudah bangun dan berdiri di belakangku, tapi aku tak berani berkutik.

"sebenarnya... saya punya teman laki-laki dan saya sering datang ke rumah laki-laki itu" ibuku terkejut.

"siapa? dan untuk apa? " pertanyaan yang terdengar santai itu sangat menakutkan.

Aku pun mulai bercerita.

"Namanya Arza, kami dulu bertemu 2 tahun lalu, saat itu saya baru di terima kerja di resto. di perjalanan pulang saya lupa arah pulang. Saya berputar-putar dan tak sengaja bertemu dengan dia.

Dia di kejar oleh 4 orang yang tubuhnya lebih besar darinya. awalnya saya hanya memperhatikan dan tak ingin ikut campur, tapi saya merasa orang itu ada dalam bahaya dan mendengar dari perkataan mereka, sepertinya orang itu benar-benar tak bersalah.

Akhirnya saya mendatangi mereka dan mencoba mengalahkan ke 4 orang itu. kami kabur dari orang-orang itu dan saya membawa laki-laki itu ke rumah sakit.

awalnya dia tidak mengira kalau saya ini perempuan, karena saat pertama dia mengenal saya, saya bersuara seolah saya adalah laki-laki.

tapi suatu hari dia tau sendiri kalau saya adalah perempuan.

tapi sungguh,bu. saya tidak pernah macam-macam. dia sangat menghargai saya"

"lalu kenapa kamu sering bertemu dengan dia? ibu rasa sekali menolong tidak perlu sampai kalian sedekat itu"

"Laki-laki itu tinggal sendiri, kedua orang tuanya sudah meninggal. saat itu keadaannya sangat parah, jadi saya hanya berniat membantunya. toh saat itu saya berpikir dia juga tidak tau kalau saya ini perempuan.

kami sudah berteman baik sebelum dia tau saya yang sebenarnya. dia sering membantu saya untuk menyelesaikan masalah kuliah saya dan bahkan masalah Zee,

saya merasa nyaman berteman dengan dia karena dia baik" aku menunduk.

"Lalu,apa reaksinya tetap sama saat dia tau kalau kamu adalah perempuan?"

"dia tidak berubah, saat pertama tau dia memang terkejut. tapi sampai sekarang dia masih menganggap saya adalah laki-laki"

Ibuku diam tampak berfikir keras.

"ibu tau kamu kuat, tapi ada saatnya dimana kamu bahkan tidak bisa untuk melawan. ibu hanya tidak ingin sesuatu yang buruk menimpamu.

sesuatu yang tidak kita inginkan bisa saja terjadi kalau ada kesempatan, apa kamu mengerti maksud ibu? "

Aku memberanikan diri menatap wajah ibuku.

"saya mengerti, Bu"

"lalu, apa yang seharusnya kamu lakukan?" nadanya tidak berubah.

"saya harus membatasi diri saya" aku menunduk.

"Ibu tidak pernah melarang kamu untuk berteman dengan siapapun asalkan orang itu tidak membawa pengaruh buruk untukmu.

Ibu tidak peduli apakah akan terjadi fitnah karena masalah dalam dirimu, tapi yang ibu khawatirkan adalah hal yang menjadi fitnah itu yang berubah menjadi kenyataan.

Ibu tidak peduli orang bilang apa tentang kamu. orang tidak pernah mengerti apa-apa tentang kamu." ibu terdiam sejenak.

"sekarang ibu tanya, jika temanmu yang mengganggumu, apakah kamu bisa melawan mereka? apa kamu tega membuat mereka lumpuh seperti orang yang melecehkan adikmu? seperti yang dulu mengganggu kakakmu? atau seperti kakak kelas yang melecehkanmu?

atau bahkan seperti maling yang masuk ke kamar adikmu? apa kamu bisa melakukan semua itu?" pertanyaan ibu seakan mewakili kekecewaannya, matanya berkaca-kaca.

Aku ingin berucap tapi ibuku menghela terlebih dahulu.

"mungkin ibu berlebihan, tapi ibu hanya menghawatirkan anak perempuan ibu. sekuat apapun kamu tapi kamu harus menjaga diri kamu, kamu tidak boleh menantang badai untuk menenggelamkanmu.

Ibu bukannya berprasangka buruk terhadap temanmu, tapi dia juga laki-laki. Kata-kata ibu bukan hanya untuk laki-laki itu, tapi untuk semua teman laki-lakimu."

Ibu menghela nafas, dia terlihat sesak.

"maafin Rain, Bu. saya membuat ibu khawatir dan sedih, saya sudah mengecewakan ibu"

Ibuku menggeleng.

"kamu tidak usah minta maaf karena sudah sepantasnya ibu khawatir tentang kamu. kalau kamu peduli sama ibu, kamu harus peduli dan menjaga diri kamu lebih dari kami menjagamu"

"Iya, Bu. saya akan lebih menjaga diri saya"

Ibuku terlihat lega.

Kurasakan sebuah tepukan di pundakku.

aku mendongak dan melihat bapakku yang tersenyum padaku.

"Bapak mau bicara sama kamu, tapi sebelumnya Bapak mau bicara dulu sama ibu. kamu bisa kasih kami waktu kan? "

Aku mengangguk dan beranjak pergi meninggalkan mereka.

Aku tidak benar-benar pergi. aku ingin tau apa yang di bicarakan oleh kedua orang tuaku.

"apa ibu sudah merasa lega? " terdengar suara bapak. aku tidak mendengar jawaban ibuku.

"kita berdua sama-sama khawatir tapi dengan alasan yang berbeda " ucap bapak.

"apa ibu juga berpikir kalau Rain tidak seperti gadis seusianya? atau bahkan tidak seperti seorang perempuan, " terdengar suara helaan nafas bapak.

"sudah sejak lama bapak khawatir tentang kondisi seksualnya Rain, mungkin Bapak berlebihan kalau menganggap dia menyimpang,

tapi jujur, Bapak sangat khawatir dengan dia. dilihat dari kebiasaannya, dia tidak pernah memperlihatkan kalau dia adalah perempuan,

bahkan dia kerap berkenalan dengan orang lain dengan suara laki-laki."

"Bapak... tolong jangan bikin ibu tambah khawatir. Ibu yakin dia itu normal, itu hanya salah satu caranya agar tidak diganggu oleh laki-laki nakal, bapak ingat kan saat Rain masih SMP dulu,

Rain menghajar kakak kelasnya karena kakak kelasnya berani menyentuh pahanya. Ibu sampai stress karena masalah itu sampai di bawa ke jalur hukum.

dan setelah itu bahkan Rain sempat menutup diri dari orang lain."

ku dengar helaan nafas dari bapak.

"ya... mungkin Bapak terlalu khawatir, maafin Bapak ya, Bu. menikah dengan saya ternyata membuat kamu susah"

"Bapak.... kok ngomongnya malah ke arah situ sih...ini gak ada hubungannya. apapun yang terjadi saya tidak pernah menyesal menikah dengan Bapak dan saya bahagia memiliki anak-anak seperti mereka"

Mereka diam, samar-samar ku dengar suara tahrim berkumandang. Aku pergi pelan-pelan menuju kamarku.

Ya Allah... harus bagaimana sikapku terhadap kedua orang tuaku? apakah sikap yang kuambil selama ini sudah benar?

Aku bukan tidak ingin menjadi seperti perempuan kebanyakan, hanya saja semakin aku terlihat feminim maka semakin runyam juga hidupku.

Aku pernah memakai hijab, aku mencoba memakainya ya untuk menutupi auratku dan juga untuk membatasi sikap kasarku,

tapi aku malah dapat perlakuan yang membuatku jijik. aku hampir membantai orang itu saat itu juga. kedua orang tuaku saat itu tidak tau, tapi kedua saudaraku menyaksikan langsung aksi brutalku.

maafkan aku ya Allah...

Mungkin sifatku yang kasar yang sering membuat masalah adalah penyebab kami sering berpindah tempat untuk menghindari masalah.

aku benar-benar membuat keluargaku susah...

.

.

.

\=\=\=\=**\=\=\=\=

aku bersiap untuk ke kampus, aku menunggu Zee. Bapak dan Bang Arka terlihat bersiap untuk bekerja.

"Rain! " Bapak memanggilku.

aku turun dari motor dan menghampiri Bapak yang duduk di kursi teras.

"ya, ada apa, Pak. "

"Bapak mau berbagi rahasia sama kamu" katanya sedikit berbisik.

"apa, Pak? "

"kamu pernah dengar gak tentang 'grup peduli keluarga' yang ada di sekitar kita? "

"tidak, pak" apa maksudnya?

"ibumu adalah salah satu anggotanya" bapak tersenyum melihat ekspresiku yang bingung...

"tentang ibumu yang membicarakan anak orang kemarin, sebenarnya ibumu tidak benar-benar melakukan itu... "

jelas aku terkejut, lalu seperti apa kejadian yang sebenarnya? jelas yang ku dengar seperti itu kemarin.

"ibu dan ke lima temannya membangun sebuah grup sekitar 10 bulan lalu. ibu dan teman-temannya sudah saling percaya dan sepakat untuk menyelesaikan masalah pada anak-anak mereka bersama-sama.

setiap anggota diberi tugas masing-masing. bapak tidak bisa memberi tau setiap orang dengan tugasnya. tapi yang kamu harus tau, ibumu sudah mengetahui kedekatan kamu dan teman lelakimu itu sebelum kamu cerita.

yang bapak tau diantara mereka ada yang bertugas memata-matai. kamu jangan salah faham sama mereka. mereka hanya ingin menjaga anak-anak mereka dan menghindari beberapa kemungkinan yang mungkin terjadi.

mungkin bagi sebagian orang, ibumu dan teman-temannya aneh dan berlebihan. tapi ini upaya mereka untuk menjaga orang-orang yang mereka sayangi.

kamu jangan bilang sama ibu kalau bapak yang cerita, ini rahasia mereka. bapak tau saja baru-baru ini. " bapak berbisik karena mendengar suara langkah kaki ibu.

aku hanya tertegun...

hah? apa ini bisa dipercaya?

apa yang diucapkan ibu kemarin hanya untuk memancing kejujuranku?

lewat sudah, tidak ada apa-apa lagi di kepalaku.

aku hanya bengong...

siapa yang menyangka ibuku bisa berbuat begitu?

apa aku harus memberi empat jempol untuk ibuku?

aku bersalah menganggap ibuku suka gibah, maafkan aku ibu....

.

.

.

.

.........

yang lewat itu di kepalaku...

karena hidupku datar dan konflik yang ku lalui adalah permasalahan biasa dan umum...

maka hanya ini yang bisa ku ucapkan.....

maafin ceritanya yang gak jelas...

cuma itu yang ada di otakku😭😭😭

salam dari yuya.....

Terpopuler

Comments

Stanalise (Deep)🖌️

Stanalise (Deep)🖌️

Bener banget, perempuan pun kalo di bandingkan tenaga sama cowok... jelas cowok lebih unggul. kadang ada hal yang ga bisa kita tentang di bumi ini

2022-09-23

2

Stanalise (Deep)🖌️

Stanalise (Deep)🖌️

Ngeri nih, biasanya mah penguntit ngejarnya cuma seorang. Ini empat wih

2022-09-23

1

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Stargirl✨

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Stargirl✨

Sungguh malang nasib pria itu... Untung Rain sempat menolongnya... Kalau tidak entah bagaimana nasibnya ke depannya... Mana dia tinggal sendirian lagi... Meskipun Rain membuat suara seperti pria lama - lama kan terbongkar juga itu aslinya jika dia perempuan.

2022-09-17

2

lihat semua
Episodes
1 01 Mimpi Buruk
2 02 dibully
3 03 penjelasan
4 04 hadiah?
5 05 mimpi buruk lagi
6 06 berawal dari hujan
7 07 hilang dan sepi
8 08 gibah yang merubah
9 09 Ace!!
10 10 nasihat ibu dan kekhawatiran ayah
11 11 sisi lain
12 12 tentang Rain
13 13 adik kakak atau sepasang kekasih?
14 14 tentang Kana
15 15 Snow?
16 Visual
17 itu bukan nyamuk
18 demi melihat pelangi
19 kisah lalu teman baru
20 pertemuan
21 ternyata...
22 hanya berkomentar
23 Berdua
24 Apa Alasannya?!
25 pilihan tetap tinggal tidaklah salah
26 tamu dalam mimpi
27 Firasat
28 Dia Sudah Tiada
29 Perasaan Yang Familiar
30 Resto Kebakaran!
31 Ingin Bermain
32 Paman Botak
33 Ada Kemajuan
34 Musibah
35 Berpamitan dan Bertemu
36 Terganggu
37 Tanpa Alasan
38 Penampakan
39 Penampakan yang sesungguhnya
40 Tampak Berbeda
41 Biasa Aja
42 Sebenarnya Tak Ingin Melihat (BL)
43 Berdamai
44 Tamu
45 Ada Apa?
46 Telah Berubah
47 Dua Insan Di Tepi Kolam
48 Salah Faham?
49 Sisi Yang Menyeramkan
50 Tidak Sadar
51 Kabar
52 Mengatakan Perasaan
53 Apa Yang Sebenarnya Terjadi
54 Tidak Mengerti
55 Tak Boleh Pergi
56 Aku Menghawatirkan mu
57 Bertemu saat membutuhkan
58 Foto Geraldi Zhang dan Kecurigaan
59 Takut
60 Kecewa
61 Terjadi Sesuatu
62 Bertarung
63 Walaupun Bukan Anakku
64 AceRain...
65 Seperti Inilah Kenyataannya
66 Salah Pak Supir?
67 Terpisah Jarak
68 Dimana Zee?
69 Menjadi Alasan
70 Buku Nikah
71 Ternyata dia adalah ibu tiriku
72 Siapa Sebenarnya Aku?
73 Dia dan Beberapa Rahasia
74 Kekalahan Rain
75 Masalah Karena Masalah
76 Ibu Merasa Cemburu
77 Canggung
78 Ada Sesuatu
79 Ada Manis-Manisnya
80 Reynaldi Zhang
81 Alasan
82 Pulang
83 Siapa Dia?
84 Tetap Harus Bicara
85 Harus Diakhiri
86 Bingung
87 Sesaat Mencoba Tenang
88 Tidak Seburuk Itu
89 Mengajak Zee Pergi
90 Jadi Dia Sudah Tau?
91 Ammar
92 Meminta maaf?
93 Apa bisa dipercaya?
94 Berbanding terbalik
95 Obrolan di suatu malam
96 Setelah dia pulang
97 Berjalan lancar
Episodes

Updated 97 Episodes

1
01 Mimpi Buruk
2
02 dibully
3
03 penjelasan
4
04 hadiah?
5
05 mimpi buruk lagi
6
06 berawal dari hujan
7
07 hilang dan sepi
8
08 gibah yang merubah
9
09 Ace!!
10
10 nasihat ibu dan kekhawatiran ayah
11
11 sisi lain
12
12 tentang Rain
13
13 adik kakak atau sepasang kekasih?
14
14 tentang Kana
15
15 Snow?
16
Visual
17
itu bukan nyamuk
18
demi melihat pelangi
19
kisah lalu teman baru
20
pertemuan
21
ternyata...
22
hanya berkomentar
23
Berdua
24
Apa Alasannya?!
25
pilihan tetap tinggal tidaklah salah
26
tamu dalam mimpi
27
Firasat
28
Dia Sudah Tiada
29
Perasaan Yang Familiar
30
Resto Kebakaran!
31
Ingin Bermain
32
Paman Botak
33
Ada Kemajuan
34
Musibah
35
Berpamitan dan Bertemu
36
Terganggu
37
Tanpa Alasan
38
Penampakan
39
Penampakan yang sesungguhnya
40
Tampak Berbeda
41
Biasa Aja
42
Sebenarnya Tak Ingin Melihat (BL)
43
Berdamai
44
Tamu
45
Ada Apa?
46
Telah Berubah
47
Dua Insan Di Tepi Kolam
48
Salah Faham?
49
Sisi Yang Menyeramkan
50
Tidak Sadar
51
Kabar
52
Mengatakan Perasaan
53
Apa Yang Sebenarnya Terjadi
54
Tidak Mengerti
55
Tak Boleh Pergi
56
Aku Menghawatirkan mu
57
Bertemu saat membutuhkan
58
Foto Geraldi Zhang dan Kecurigaan
59
Takut
60
Kecewa
61
Terjadi Sesuatu
62
Bertarung
63
Walaupun Bukan Anakku
64
AceRain...
65
Seperti Inilah Kenyataannya
66
Salah Pak Supir?
67
Terpisah Jarak
68
Dimana Zee?
69
Menjadi Alasan
70
Buku Nikah
71
Ternyata dia adalah ibu tiriku
72
Siapa Sebenarnya Aku?
73
Dia dan Beberapa Rahasia
74
Kekalahan Rain
75
Masalah Karena Masalah
76
Ibu Merasa Cemburu
77
Canggung
78
Ada Sesuatu
79
Ada Manis-Manisnya
80
Reynaldi Zhang
81
Alasan
82
Pulang
83
Siapa Dia?
84
Tetap Harus Bicara
85
Harus Diakhiri
86
Bingung
87
Sesaat Mencoba Tenang
88
Tidak Seburuk Itu
89
Mengajak Zee Pergi
90
Jadi Dia Sudah Tau?
91
Ammar
92
Meminta maaf?
93
Apa bisa dipercaya?
94
Berbanding terbalik
95
Obrolan di suatu malam
96
Setelah dia pulang
97
Berjalan lancar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!