Kini sudah tiba waktunya pulang kantor. Pak Denis yang baru saja tiba di kantor langsung putar balik mobilnya tanpa masuk ke kantor. Tiba di rumah, istrinya menyambut seperti biasa. Dalam hati, ibu Lingling ingin melabrak suaminya habis-habisan namun ia menahan amarahnya.
"Sudah pulang Pak?" kata ibu Lingling basa-basi.
"Iya Bu," sahut pak pak Denis sambil menghempaskan tubuhnya di sofa dengan kasar.
"Kok kelihatan sangat lelah?" tanya istrinya lagi.
"Tadi banyak kerjaan di kantor." Pak Denis menjawab sambil sibuk mengotak-atik ponselnya.
"Oh yah, kok mama nggak liat tadi di kantor?" Pertanyaan ibu Lingling membuat pak Denis keringat dingin karena gugup.
"Saya mau mandi dulu," ucapnya dengan cepat dan langsung beranjak dari duduk menuju ke kamar dengan tergesa.
Ibu Lingling tersenyum sinis melihat tingkah suaminya. "Ini baru langkah awal, tunggu serangan-serangan selanjutnya yang akan membuatmu tidak bisa berkutik lagi," umpat ibu Lingling dalam hati.
Sebelum pak Denis masuk ke kamar mandi, ia manghubungi salah seorang karyawannya dan menanyakan, apakah tadi siang ibu Lingling berada di kantor.
"Iya Pak, tadi Ibu Lingling hampir seharian berada di kantor." Sebuah jawaban yang membuat pak Denis semakin cemas. Ia menarik nafas dan menghembuskan dengan kasar.
"Ada apa Pak, kok kelihatan sangat gelisah? Ada masalah?" Pertanyaan istrinya yang tiba-tiba muncul di pintu kamar membuatnya salah tingkah.
"Eh, anu ... anu Bu, nggak ada apa-apa," sahutnya lalu masuk ke kamar mandi daan menutupnya dengan cepat.
Kembali ibu Lingling tertawa mengejek karena suaminya masuk ke kamar mandi tanpa membawa handuk.
Malam harinya ibu Lingling sangat sulit untuk memejamkan mata. Video yang dikirim Wawan tadi siang seolah menari-nari di pelupuk matanya. Ia tidur memunggungi suaminya yang ternyata belum tidur juga.
Suara ponsel milik pak Denis memecah kesunyian. Ibu Lingling sengaja pura-pura tidur karena ia mau mendengarkan percakapan suaminya. Namun pak Denis justru mematikan ponselkan. Benar saja bahwa yang meneleponnya malam-malam adalah kekasih gelapnya.
Pagi hari Ibu Lingling bangun kesiangan. Ia mengucek-ngucek matanya beberapa saat dan menoleh kesampingnya, ternyata suaminya sudah bangun lebih duluan bahkan di luar sudah terdengar bunyi mobilnya hendak berangkat ke kantor. Ibu Lingling melirik ke arah jam dinding, baru pukul 06.30 WIB. "Tumben ia berangkat sepagi ini," katanya dalam hati.
Pak Denis sengaja berangkat lebih awal dari biasanya karena ingin menghindar dari pertanyaan istrinya yang membuatnya ketakutan. Ia merasa tertekan karena perbuatannya namun ia juga tidak bisa lepas dari ibu Murti yang selalu memuaskan nafkah batinnya.
Sepanjang hari ini pak Denis tidak bisa fokus dengan pekerjaannya di kantor. Urusan keuangan telah ditangani oleh orang baru yang menjadi kepercayaan istrinya dan pak Denis tidak bisa berbuat apa-apa sehubungan dengan hal itu.
Sementara itu, Wawan dengan setia terus memantau gerak-gerik pa Denis dari luar kantor atas perintah ibu Lingling.
Selama dua pekan terakhir ini Wawan tetap setia melaksanakan tugasnya. Meskipun membosankan tapi ia tetap bertahan karena besaran honornya juga sangat menjanjikan.
Tidak ada pergerakan yang mencurigakan selama dua pekan terakhir ini. Pak Denis sengaja menahan diri untuk bertemu dengan ibu Murti karena pertanyaan istrinya akhir-akhir ini selalu menyudutkannya.
Tapi hari ini Wawan harus bekerja ekstra karena ibu Murti tiba-tiba muncul di kantor. Rupanya selama dua pekan ini ia tidak pernah digubris oleh pak Denis sehingga hari ini ia nekat datang di kantor untuk menemui pak Denis.
Wawan mengawasi dengan saksama dan tampaknya ibu Murti langsung menuju ke ruangan pak Denis tanpa menghiraukan para karyawan yang sedang berbisik-bisik dan mempergunjingkan dirinya.
Tak lama kemudian ibu Lingling keluar dari kantor diikuti oleh pak Denis dengan tergesa-gesa dan langaung menuju ke garasi mobil.
Wawan mengikuti mobil itu dari belakang dengan hati-hati hingga mobil itu berhenti tepat di depan rumah ibu Murti. Rumah itu tampak sepi karena pak Gilang sedang keluar kota sedangkan bibi Wati sudah dua hari tidak masuk kerja karena anaknya sedang sakit.
Ibu Murti dan pak Denis segera turun dari mobil lalu masuk ke dalam rumah kemudian menutup pintu sehingga Wawan tidak bisa lagi melihat aktifitas mereka. Ia segera menghubungi ibu Lingling.
Tak lama kemudian ibu Lingling bersama Lily tiba di lokasi. Mereka segera mengumpulkan beberapa warga yang ada di situ dan meminta bantuan untuk menggerebek rumah ibu Murti.
Kedua insan yang sedang dimabuk cinta dalam rumah itu tidak menyadari bahaya yang sedang mengintai mereka. Keduanya terus beraksi dengan leluasa karena merasa bahwa tidak ada seorang pun yang melihat perbuatan mereka.
Sebagian warga berjaga di pintu belakang dan di samping rumah.
Ibu Lingling memutar knop pintu yang ternyata tidak terkunci dan alangkah terkejutnya ia ketika menyaksikan suaminya dengan ibu Murti sedang bergulat dengan panasnya di depan TV sehingga tidak menyadari kedatangan ibu Lingling.
"Mas, aku sangat rindu ... akhh ... akhh," ucap ibu Murti dengan manja sambil mendesah membuat pak Denis semakin buas.
"Iya sayang ...," sahut pak Denis sambil menyeka keringat di keningnya.
Hati ibu Lingling terasa sakit membuanya sesak dan nafasnya naik turun. Dengan sigap ia meraih sapu yang ada di ruang itu dan memukul punggung suaminya dengan keras.
Pak Denis dan ibu Murti sangat kaget dan malu karena tak sehelai pun kain membalut tubuh mereka.
Wajah keduanya merah padam karena telah dikelilingi oleh warga. Mereka memungut pakaiannya yang berserakan di lantai dan memakainya dengan asal.
"Percuma juga kalian cepat-cepat menutup tubuh kotormu itu karena dari tadi gambar dan video kalian sudah terekam cantik di ponsel ini," kata Lily dengan nada mengejek. Ibu Lingling hanya diam saja karena syok melihat kebejatan suaminya.
"Maafkan Ayah nak, saya khilaf," pinta pak Denis sambil terus tertunduk karena malu.
"Tidak perlu minta maaf Ayah, sakarang bersiaplah diusir Ibu dari rumah!" ujar Lily dengan kesal.
Pak Denis semakin ketakutan mendengar ancaman dari anaknya. Ia bingung hendak berbuat apa dan ia tidak berani menatap istrinya yang penuh dengan kemarahan.
Para tetangga mulai berdatangan karena mendengar ada suara ribut-ribut di rumah ibu Murti. Mereka mulai bergunjing ke sana-ke mari memperbincangkan kelakuan ibu Murti yang sangat disesalkan.
Ketika ibu Lingling dan Lily hendak keluar meninggalkan tempat itu, keduanya bertemu dengan Pak Gilang yang baru saja pulang dari luar kota. Sebenarnya kegiatannya belum selesai tetapi hatinya selalu gelisah sehingga ia pulang lebih awal dari jadwal yang sebenarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments