5. Kecewa

Jam satu siang, ibu Murti sudah bersiap-siap untuk berangkat menemui seseorang. Pak Gilang mengintip istrinya dari balik jendela kamar tamu. Tampak ibu Murti mengenakan long dres yang sangat ketat sehingga lekuk-lekuk tubuhnya tergambar dengan jelas. Gunung kembarnya masih terlihat padat meski ia sudah punya tiga anak. Ia memang rajin merawat diri karena hanya itulah yang menjadi kesibukannya.

Pak Gilang menarik nafas panjang dan menghembuskan dengan kasar. Mungkin hati istrinya sudah mulai tergoda dengan laki-laki lain yang lebih kaya. Selama ini pak Gilang membatasi permintaan dari istrinya karena pikirnya uang itu masih bisa digunakan untuk keperluan lain.

Setiap bulan ibu Murti selalu merengek kepada suaminya minta uang untuk membeli tas keluaran terbaru dan perhiasan yang harganya sampai puluhan juta rupiah.

Pak Gilang kembali merebahkan tubuhnya. Pikirannya sedang kacau dan hatinya merasa tidak tenang.

Sementara itu ibu Murti sudah sampai ke rumah ibu Lingling. Setelah meletakkan motornya di tempat parkir ia langsung masuk ke dalam rumah. Keadaan rumah itu sangat sepi. Ibu Lingling sedang keluar daerah untuk suatu urusan dan rencananya malam hari baru kembali sedangkan Lily masih di sekolah untuk mendapat pelajaran tambahan karena sebentar lagi akan mengikuti Ujian Nasional.

Ibu Murti terus masuk ke dalam rumah. Ia hanya mendapati seorang asisten rumah tangga yang sedang bergelut dengan pekerjaan di dapur.

Tidak lama kemudian Pak Denis keluar dari kamar dengan berpakaian yang santai. Ia tersenyum lebar melihat Ibu Murti yang sudah datang menepati janjinya untuk bertemu dengannya siang ini. Tanpa pikir panjang ia menarik tangan Ibu Murti dan mengajaknya ke dalam kamar yang kosong. Kamar itu biasa digunakan oleh Lily apabila ia malas lagi untuk naik ke lantai dua karena kamarnya berada di atas.

"Mas, kalau Galy dan Lily sudah tamat SMA kita harus segera menikahkan mereka supaya kita juga bisa selalu bertemu," ucap Ibu Murti sambil mengelus-elus dagu Pak Denis dengan lembut layaknya ABG yang baru saja jatuh cinta.

"Itu sih masalah gampang, tinggal menunggu waktunya saja. Toh, dana sudah ada untuk membiayai acara tersebut. Kamu nggak usah pusing, semua biaya saya yang tanggung," katanya dengan enteng.

"Mas, sebentar setelah aku pulang dari sini, rencananya mau singgah di toko tas yang dekat dari sini. Boleh nggak?"

"Yah tentu saja boleh. Nanti mas ngasih uangnya, tapi mas tidak bisa antar yah, entar ada yang curiga loh!"

"Nggak apa-apa, saya bisa sendiri," ujar Ibu Murti sambil meraba-raba dada bidang milik Pak Denis. Dalam hati ia bersorak kegirangan karena tujuan utamanya sudah tercapai.

Pak Denis sampai memenjamkan matanya menikmati setiap sentuhan lembut dari Ibu Murti karena sebelumnya ia tidak pernah mendapat perlakuan seperti ini dari istrinya. Setiap hari istrinya menjadi wanita yang super sibuk sehingga hampir tidak ada waktu untuk bersama dengan suaminya. Umur istrinya juga lebih tua darinya.

Melihat Pak Denis yang sangat menikmati permainan tersebut, Ibu Murti melanjutkan ke bagian yang lain. Ia memang sudah ahli di bidang ini karena sering menonton video ketika suaminya sedang tidak berada di rumah.

Ibu Murti sudah membayangkan tas mewah yang akan segera menjadi miliknya. Besok ia akan memamerkan tas itu kepada ibu-ibu teman arisan. Senyum mengembang menghiasi bibirnya.

Sudah hampir satuu jam keduanya berada di kamar itu. Bibi Rana, pembantu di rumah itu heran saat lewat di dekat pintu kamar karena ia mendengar suara-suara aneh yang berasal dari kamar tersebut. Ia tahu pasti kalau hari ini majikannya sedang keluar kota. Lalu, siapa perempuan yang sedang bersama dengan Pak Denis? Bibi Rana tidak menyadari adanya tamu yang datang ke rumah tadi karena ia terlalu fokus dengan pekerjaannya di dapur.

Karena merasa penasaran, ia menempelkan kupingnya pada dinding kamar dengan sangat hati-hati.

Bibi Rana gemetar mendengar suara-suara aneh dari kamar itu karena ia sangat yakin bahwa suara perempuan itu bukanlah suara majikannya. Ia segera menjauh dari tempat itu karena takut jika ketahuan bahwa ia telah menguping de dekat pintu kamar.

"Ini uangnya!" Pak Deni memberikan amplop berwarna coklat kepada Ibu Murti berisi uang sebesar sepuluh juta rupiah. Tapi ingat kamu harus selalu siap melayani saya setiap kali saya inginkan!" sambungnya lagi yang dijawab oleh Ibu Murti dengan anggukan kepala karena matanya sudah melekat pada isi amplop.

Mata Ibu Murti berbinar-binar melihat isi ampop tersebut. Dengan tergesa ia merapikan kembali bajunya dan menyisir rambutnya yang sudah acak-acakan lalu keluar dari kamar itu. Tanpa disangkah-sangkah Lily sudah berdiri di depan pintu kamar.

"Tante lagi ngapain di kamar saya?" tanya Lily penuh selidik.

"Eh, anu, tadi ayahmu minta dibantu untuk carikan buku, katanya buku itu ada di kamar ini," jawabnya dengan gugup. Jantungnya berdegup kencang.

"Oh, kamu sudah pulang nak? Betul, ayah tadi minta bantuan Ibu Murti soalnya buku itu sangat penting dan seingat saya buku itu disimpan di kamar ini." Kata Pak Denis yang pura-pura sibuk membongkar susunan buku-buku di rak.

"Nanti Lily bantu ayah setelah ganti seragam sekolahku!" kata Lily sambil berlalu.

Tanpa sepata kata Ibu Murti mempercepat langkahnya keluar dari rumah itu dan dengan tergesa ia mengambil motornya lalu segera menghilang.

Pak Denis masih pura-pura sibuk mencari buku yang tidak jelas itu hingga Lily datang dan berniat untuk membantu.

"Ini dia buku yang ayah cari!" seru Pak Denis pura-pura senang.

"Untuk apa Ibu Murti ke sini?" tanya Lily yang masih penasaran.

"Ia mau ketemu sama ibumu. Katanya mau membicarakan rencana pernikahan kamu sama Galy."

"Ohh, soal itu, minggu depan kami akan mengikuti Ujian Nasional," ucap Lily bersemangat.

"Nah, setelah itu kalian langsung kami nikahkan,"

"Makasih ayah!" Lily memeluk ayahnya dengan gembira.

Sementara itu, Ibu Murti sudah berada di sebuah toko untuk membeli tas. Ia memilih tas keluaran terbaru dengan harga lima juta. Dengan bangga ia membayar harga tas tersebut. Tempo hari ia sangat kecewa kepada suaminya karena suaminya tidak mengizinkan dia untuk membeli tas semahal itu.

Dengan riang sambil bernyanyi-nyanyi kecil ia masuk ke dalam rumah.

"Dari mana saja kamu?" Tanya Pak Gilang yang duduk di sofa.

"Biasa, jalan-jalan sambil shopping" sahutnya sambil berjalan terus ke kamar.

Suaminya hanya geleng-geleng kepala karena ia sangat kecewa melihat tingkah istrinya. "pasti ada sesuatu yang tidak beres," batinnya dalam hati.

Beberapa saat kemudian ia membuntuti istrinya ke kamar. Matanya terbelalak melihat sebuah tas baru yang mewah terletak di samping istrinya yang sudah mendengkur. Wajahnya tampak kelelahan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!