4. Sedih

Hingga larut malam, Galy sulit untuk memejamkan matanya. Pikirannya berkecamuk membuat ia sangat gelisah. Ia pun meraih ponselnya dan mencari nomor Melyn. Senyuman tipis menghiasi bibirnya ketika ia mengetik suatu pesan lewat WhatsApp.

"Ting!" pesan itu terkirim. Galy meletakkan ponselnya di atas dada sambil memejamkan mata dan berharap balasan akan segera datang.

Sementara itu di kamar kost, Melyn baru saja hendak berbaring setelah mengerjakan tugas dari sekolah yaitu membuat laporan, tiba-tiba ponselnya berdering tanda ada pesan yang masuk.

Melyn segera membuka pesan itu, dan pengirimnya adalah nomor baru. Hatinya dag, dig, dug memeriksa foto si pengirim yang ternyata adalah orang yang sering membuat hatinya berdebar-debar.

Ia pun membaca pesan itu, "Melyn ... aku telah jatuh cinta padamu!" Deg, hatinya begitu berbunga-bunga. Melyn lalu mengetik, "Terima kasih kak," tak lupa ia membubuhkan emod gambar hati lalu mengirimnya kepada Galy.

Mendapat respon dari Melyn, Galy hampir berteriak karena girangnya. Namun ia segera menutup mulutnya dengan kedua tangannya karena sudah larut malam. Ia takut jika ulahnya akan membuat penghuni rumah jadi terganggu. Kini hatinya sudah lega dan ia pun tertidur dengan lelap.

Keesokan harinya ibu Murti mendatangi rumah kost tempat Melyn tinggal. Dengan penampilannya yang sangat norak mengundang tawa dan cibiran dari para tetangga ibu Hermin sebagai ibu kost. Ibu Murti mengenakan baju dengan corak garis-garis dipasangkan dengan rok panjang bergambar bunga-bunga. Ia juga mengenakan perhiasan yang ukurannya besar-besar.

"Selamat sore Bu, ada yang bisa saya bantu?" tanya ibu Hermin dengan ramah.

"Saya ingin ketemu dengan Melyn," sahutnya ketus.

"Ibu ini ... siapanya Melyn?"

"Nggak perlu tahu, panggilkan Melyn sekarang juga!" ucapnya dengan keras.

Melyn membuka pintu kamarnya karena mendengar suara ribut-ribut di luar. Ibu Murti segera menoleh ke arahnya dan ia langsung menghampiri Melyn. Ia masih ingat dengan foto yang diperlihatkan Lily kemarin, makanya ia mengenali wajah si Melyn. Dalam hari ibu Murti mengakui kecantikan Melyn yang hampir sempurna didukung lagi dengan postur tubuhnya yang aduhai.

Ibu Murti mengamati penampilan Melyn dari ujung kaki sampai ujung rambut membuat Melyn jadi kikuk dan heran.

"Ada apa Bu?" tanyanya dengan gugup.

"Hei gadis desa yang kampungan, mulai sekarang kamu tidak boleh dekat-dekat dengan anak saya!"

"Maksud Ibu?"

"Masih tidak paham juga? Mulai sekarang, jauhi Galy karena dia itu sudah punya kekasih dan mereka akan segera menikah setelah tamat SMA. Dan satu lagi, saya mempunyai banyak mata-mata yang akan mengawasi kamu. Mengerti!" Bentaknya dengan kasar.

Melyn hanya terdiam. Hatinya sakit karena diperlakukan kasar oleh ibunya Galy. Baru saja semalam ia jadian dengan Galy namun hari ini harus dipaksa untuk melupakan kenangan itu. Tak terasa air matanya sudah menetes.

"Hei, kenapa diam saja? Kalau sampai kamu masih berani menggoda anak saya maka saya tidak akan segan-segan bertindak dengan keras!" ungkapnya sambil berlalu dengan angkuh.

Rien datang menghampiri Melyn dan memapahnya masuk ke kamar kembali. Sementara itu beberapa warga masih kumpul di halaman rumah. Mereka penasaran dengan kejadian yang baru saja disaksikan. Setelah Melyn agak tenang, Rien keluar dari kamar dan menghampiri kerumunan warga termasuk ibu kost yang masih bertanya-tanya karena bingung. Rien lalu menjelaskan sebatas apa yang ia ketahui tentang Galy dan kedekatannya dengan Melyn di sekolah selama ini sebagai teman.

Para warga pun bubar setelah mendengar penjelasan dari Iren.

Hingga malam hari, Iren terus menghibur sahabatnya. Malam itu ia menemani Melyn di kamarnya karena ia takut jika terjadi apa-apa dengan sahabatnya.

Semenjak itu Melyn selalu menghindari Galy membuat Galy jadi penasaran. Melyn juga sudah tidak pernah menjawab telepon atau membalas chat darinya sehingga Galy tampak prustasi.

Hari ini ia ingin menemui Iren. Mungkin ia bisa menjelaskan perubahan yang tiba-tiba terjadi pada sahabatnya. Pada jam istirahat Galy menemui Iren yang sedang berada di perpustakaan sekolah.

Melihat Galy yang berjalan menuju perpustakaan membuat Lily curiga. Ia pun mengikutinya dengan diam-diam.

"Pasti kamu tahu Iren, apa yang membuat Melyn selalu menghindariku, cerita dong!" pintah Gali dengan serius.

"Minggu lalu ada seorang ibu yang berpenampilan sangat norak mendatangi rumah kost kami dan memaki-maki Melyn. Ibu itu sampai mengancam Melyn jika Melyn masih berani dekat-dekat dengan kamu," cerita Iren dengan kecewa.

"Ibu-ibu?" Galy sangat penasaran dengan cerita Iren yang barusan. "Apa ibuku yang sudah melabrak Melyn?" batinya dalam hati.

Iren lalu menjelaskan ciri-ciri ibu yang datang ke kost tempo hari kepada Galy. Galy langsung mengambil kesimpulan bahwa tidak salah lagi, ibunyalah yang melakukan hal itu.

Setibanya di rumah, Galy segera mencari keberadaan ibunya namun ia tak menemukan.

"Bibi tahu ibu ke mana?"

"Tadi saya lihat nyonya pergi tapi nggak tahu kemana," sahut bibi Wati.

Hingga larut malam,ibu baru tiba di rumah. Entah apa yang diurus di luar hingga pulangnya sampai selarut ini. Galy terjaga dari tidur karena mendengar suara ribut-ribut dari kamar orang tuanya. Rupanya ayah-ibunya sedang bertengkar hebat hingga terdengar dentuman barang-barang yang berjatuhan.

Wajah pak Gilang merah padam melihat penampilan istrinya seperti anak ABG. Dengan kasar ia membanting pintu saat keluar dari kamar. Ia tak sudi tidur sekamar dengan istrinya untuk saat ini.

Ibu Murti melongo dengan sikap suaminya yang barusan. Ia tidak pernah menyangkah sebelumnya bahwa suaminya bisa berbuat kasar karena selama hidup sebagai suami-istri belum pernah terjadi hal seperti ini.

Pagi hari, seperti biasanya ibu Murti bangun pada pukul 08.00 WIB. Sangkahnya suaminya telah berangkat ke kantor ternyata pak Gilang masih berada di kamar tamu tapi ia tidak mengetahuinya. Sepertinya hari ini suaminya enggan untuk berangkat ke kantor.

"Halo sayang, masih tidur yah?" ucap ibu Murti dengan lebay lewat ponselnya.

Pak Gilang yang berada di kamar tamu kaget mendengar suara istrinya. Ia pun duduk di bibir ranjang dan memasang pendengarannya.

"Ahh ... mas, aku kangen nih. Entar siang ada waktu nggak? soalnya kalau malam entar suami aku curiga loh! Semalam aja ia sangat marah karena aku pulang larut malam," katanya lagi dengan manja membuat dada pak Gilang bergemuruh karena menahan emosi. "Apa sih kurangnya aku sehingga istriku tega bermain di belakangku?" gumannya dalam hati.

"Ok sip, tunggu aku di rumahmu nanti yah sayang! by, by, by ... mmmuah," ujar ibu Murti lagi mengakhiri percakapannya dengan seseorang.

Pak Gilang mengurut dadanya. Ia berusaha untuk bersabar dan tidak mau bertindak dengan gegabah. Untuk menangani hal ini butuh ketenangan agar tidak menimbulkan masalah baru.

Terpopuler

Comments

Andi Fitri

Andi Fitri

waduh ibunya galy ulat bulu juga..

2023-09-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!