SENGSARA KARENA PERJODOHAN

SENGSARA KARENA PERJODOHAN

1. Siswa Baru

Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah untuk tahun ajaran yang baru. Siswa-siswi kelas X di SMA Mentari baru menyesuaikan diri dengan situasi di sekolah tersebut. Beberapa diantaranya ada yang tampak malu-malu untuk bergabung dengan temannya namun ada juga yang langsung akrab dengan teman barunya, utamanya mereka yang memang satu sekolah dari SMP.

Seorang siswi yang bernama Melyn hanya berdiri di pojok sekolah. Kulitnya putih, bersih, dan mulus. Wajahnya oval dengan mata yang indah, serta hidung yang mancung. Rambutnya hitam legam tergerai sebatas bahu dan tingginya semampai.

Ia merasa minder untuk bergabung dengan siswa yang lain karena tak satu pun dari mereka yang ia kenal sehingga ia lebih memilih untuk menyendiri.

Melyn berasal dari sebuah desa yang terpencil dan datang ke kota untuk melanjutkan pendidikannya karena atas prestasi yang ia peroleh saat tamat di SMP, ia mendapatkan bea siswa dari pemerintah. Kedua orang tuanya sangat senang karena impiannya untuk menyekolahkan anaknya kini boleh terwujud.

Tanpa disadari ada sepasang mata milik seorang laki-laki tampan terus mengawasi gerak-geriknya. Dari tadi ia memperhatikan dari jarak yang tidak terlalu jauh. Ada rasa iba di hatinya melihat gadis itu menyendiri. Dengan penuh percaya diri, Galy mendekatinya.

"Hai, namamu siapa?" Tanya Galy dengan ramah.

"Eh, eh... saya Melyn," Jawabnya dengan malu-malu.

" Siswa baru yah?"

"Iya kak."

"Kenalin, nama saya Galy." Kata Galy sambil menyodorkan tangannya untuk bersalaman dengan Melyn.

Melyn pun mengulurkan tangannya dan berjabat tangan dengan Galy sambil menunduk, ia malu untuk menatap laki-laki yang berada di depannya.

Galy adalah siswa kelas XII di sekolah itu. Ia berasal dari keluarga yang tergolong kaya. Rumahnya berada di tengah-tengah kota sehingga setiap hari ia diantar oleh sopir pribadi ayahnya ke sekolah. Meskipun umurnya sudah lebih dari tujuh belas tahun namun ibunya tidak mau jika ia menyetir sendiri.

Galy adalah seorang yang agak pendiam. Wajah tampan dengan tatapan mata tajam namun menyejukkan bagi siapa saja yang sempat bertatapan dengannya. Kulit sawo matang dengan postur tubuh yang atletis. Banyak perempuan yang mengaguminya tapi tidak ada satupun yang berani untuk mendekatinya karena sikap diamnya membuat mereka merasa sungkan.

Galy menemani Melyn bercerita hingga bel berbunyi. Galy yang dikenal sebagai laki-laki pendiam tiba-tiba bisa bercerita banyak saat berhadapan dengan Melyn. Kini ia sudah banyak tahu tentang Melyn, asalnya dari mana, rumah kostnya di mana, kenapa ia bisa bersekolah di sekolah itu, dan lain-lain.

Galy mengantar Melyn untuk ikut berbaris dengan siswa baru lainnya. Keduanya menjadi pusat perhatian saat tiba di halaman sekolah. Ada yang mengira bahwa mereka itu kakak-beradik.

Sementara itu, siswa kelas XI dan XII heran melihat Galy berjalan bersama seorang gadis.

"Lihat tuh cowok pendiam, sekarang sudah berani gaet siswa baru!" Celetuk Mey dengan keras membuat semua mata menoleh ke arah Galy.

"Jangan berprasangkah yang bukan-bukan dulu, siapa tahu cewek itu adalah adiknya!" Ucap LiLy dengan ketus. Dalam hatinya ada rasa cemburu karena sudah lama ia ingin dekat dengan Galy apalagi ia mendapat signal dari ibunya Galy yang gila harta itu.

Lily juga adalah anak orang berada. Kulitnya putih dan matanya agak sipit karena neneknya turunan orang cina. Orang tuanya punya perusahaan yang besar di kota itu, dan ia kenal dekat dengan orang tua Galy. Ibunya Galy selalu membujuk Lily agar ia mau mendekati Galy tapi sudah berbagai upaya yang dilakukan namun selalu gagal.

Setelah Melyn bergabung dengan teman-temannya, Galy lalu pamit dan ia terus berjalan menuju ke kelasnya. Dari sinar matanya tampak jika suasana hatinya lagi adem.

Lily pun mengikuti Galy ke kelas. Ia sangat penasaran dengan siswa baru tadi dan ia berharap itu adalah adik sepupunya Galy karena ia tahu persis kalau Galy itu anak bungsu dari tiga bersaudara.

"Siapa sih yang kamu temani tadi?" Tanya Lily dengan ragu. Ia memberanikan diri bertanya kepada Galy karena hatinya sudah panas mendengar pujian dari teman sekelasnya tadi. Temannya memuji kecantikan siswa baru itu dan mereka berdecak kagum atas penampilannya yang sederhana namun mempesona.

"Oh itu, namanya Melyn." Jawab Galy datar.

"Melyn itu siapanya kamu?"

"Saya juga baru kenal, memangnya ada apa?" Tanya Galy.

"Nggak ada apa-apa," Jawabnya sambil berlalu meninggalkan Galy dengan kesal. Lily kembali bergabung dengan teman sekelasnya di teras sekolah. Dengan tatapan sinis ia melirik ke arah Melyn. Ia merasa tersaingi karena siswa baru itu sangat cantik dengan tinggi badan kira-kira seratus 165 cm. Sedangkan ia punya postur tubuh yang pendek. Lily hanya mengandalkan kulitnya yang putih mulus dengan kekayaannya sehingga ia selalu tampak berbeda dibanding dengan teman-teman yang lain.

Muncul pikiran dalam benaknya untuk mencari tahu secara detail, siapa dan bagaimana kehidupan cewek yang bernama Melyn itu. Baru saja sehari masuk selolah namun ia sudah berhasil mencuri perhatian sang idolah di sekolah tersebut.

Hari ini siswa-siswi belum belajar karena mereka baru membenahi segala sesuatunya selepas liburan kenaikan kelas. Lily tampak gelisah. Galy yang menyaksikan sikap Lily tertawa dalam hati. Ia tahu persis apa yang sedang dialami oleh cewek yang satu ini.

Galy juga sudah lama mengenal Lily karena ia sering datang ke rumah bersama orang tuanya. Bahkan ibunya sudah beberapa kali menyarankan agar Galy bisa menjadi teman dekat Lily.

Galy tetap duduk tenang di kelas, dan tiba-tiba ia teringat kejadian beberapa minggu yang lalu tentang Lily.

Pernah, suatu hari Lily datang ke rumah dengan penampilan yang sangat seksi. Rok yang dikekenakan sangat pendek hingga paha mulusnya sangat menganggu pemandangan. Waktu itu orang tua mereka akan mengadakan kunjungan ke suatu tempat lalu mereka sengaja meninggalkan Galy dan Lily berdua saja di rumah dengan alasan untuk jaga rumah, pada hal mereka sudah sepakat untuk menjodohkan anak mereka.

Namun penampilan Lily yang menggoda itu malah dinilai sebagai perempuan murahan oleh Galy. Selama orang tuanya belum kembali, Galy hanya fokus dengan game yang ada diponselnya. Lily datang duduk di dekatnya hingga tidak ada jarak bahkan kepalannya ia rebahkan ke pundak Galy untuk ikut melihat permainan game di ponsel. Galy tak bergeming sedikit pun meskipun wajah Lily semakin dekat bahkan nafasnya sudah terasa hangat menerpa lehernya.

Melihat Galy yang diam saja tanpa respon sedikit pun, akhirnya Lily memberanikan diri mengalungkan tangannya pada leher Galy tapi kembali ia kecewa karena Galy tiba-tiba beranjak dan katanya mau ke toilet sebentar untuk buang air kecil.

Terpopuler

Comments

She_L

She_L

Terima kasih, Kak!

2023-02-07

0

dedi irawan

dedi irawan

mulai membaca

2022-09-06

0

She_L

She_L

Terima kasih sudah nyimak. Semoga tetap suka dengan karyaku ini.

2022-08-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!