Kini Galy sudah menempuh pendidikan di salah satu universitas di Singapura. Ia bercita-cita sejak kecil ingin jadi seorang guru. Ayahnya sering menghubunginya lewat telepon sedangkan ibunya seolah tidak peduli dengan anaknya. Berusaha mencari keberadaan anaknya pun tidak pernah ia lakukan.
Hanya beberapa minggu saja ibu Murti tidak bertemu dengan pak Denis karena merasa malu dengan peristiwa kaburnya Galy dari rumah untuk menghindari pernikahannya dengan Lily.
Selama beberapa bulan terakhir ini ibu Murti tidak pernah tenang di rumah. Ia selalu punya seribu alasan ketika suaminya bertanya perihal kesibukannya di luar. Ia juga sudah tidak peduli kepada suaminya. Rupanya ia sudah tidak bisa lepas dari pak Denis.
Pak Denis sudah menjebaknya, ketika keduanya sedang melakukan perbuatan terlarang, pak Denis merekamnya dalam sebuah video secara diam-diam tanpa sepengetahuan ibu Murti. Hal ini ia lakukan karena setiap saat ibu Murti minta imbalan dengan jumlah yang tidak sedikit membuat pak Denis kewalahan. Keuangan perusahaan yang dikelolanya kini mulai tidak stabil dan istrinya juga selalu mempertanyakan penyebab merosotnya keuangan di perusahaan milliknya.
Pak Denis mengancam ibu Murti bahwa video yang ada dalam ponselnya akan disebarkan jika ia tidak mau melayaninya meski tanpa imbalan uang. Ibu Murti merasa hidupnya terancam maka setiap kali pak Denis membutuhkan dirinya maka ia akan selalu mengabulkannya.
Hari ini suasana di kantor berjalan seperti biasa. Jona ada keperluan untuk masuk ke dalam ruangan mertuanya. Setelah mendekat, ia mendengar suara seorang perempuan dalam ruangan tersebut sehingga ia mengurungkan niatnya untuk mengetuk pintu.
"Mas, sepertinya suamiku sudah mulai curiga jika saya selingkuh," terdengar suara perempuan membuat Jona melongoh.
"Makanya kamu harus pintar-pintar merahasiakan hubungan kita ini!" sahut Pak Denis.
"Mas yang harus bisa tahan diri dong, jangan setiap hari memanggilku!"
Jona gemetar mendengar percakapan itu sehingga perlahan ia mundur dan menunda untuk masuk ke dalam ruangan mertuanya.
Dengan gelisah ia berjalan mondar-mandir di halaman kantor. Tiba-tiba ekor matanya menangkap sosok perempuan yang baru saja keluar dari kantor namun ia sama sekali tidak mengenalnya. Jona sangat yakin bahwa perempuan inilah yang tadi berada di ruangan pak Denis.
Sore hari Jona pulang ke rumah dengan pikiran yang sangat terganggu karena peristiwa yang ia saksikan di kantor tadi siang namun ia berusaha untuk tampak biasa saja. Ia tidak mau jika istrinya menanyakan hal tersebut.
"Sayang, kamu sudah pulang?" tanya Lily menyambut kedatangannya dengan wajah yang cerah.
"Iya sayang." Sahut Jona lalu mencium kening istrinya dengan lembut. Hal ini sudah sering ia lakukan sejak Lily memberinya peluang meski hanya sebatas cium kening itu sudah membuatnya sangat senang bahkan mampu mendebarkan hatinya.
Setiap kali Jona pulang ke rumah ibunya, Lily selalu mengikutnya. Ia sangat senang bisa berboncengan dengan suaminya. Hatinya juga merasa damai jika berada di rumah mertuanya karena perhatian dan kasih sayang yang tulus dari ibu Siti.
Malam ini Lily menemani ibunya untuk berbelanja ke supermarket. Ketika Jona ingin beristirahat di kamar, tak sengaja ia melihat sebuah buku diary terletak di meja rias. Rasa penasarannya muncul di benak ingin mengetahui isinya.
Jona lalu duduk dan perlahan ia membuka lembar demi lembar lalu membacanya dengan saksama.
'Aku tak tahu sejak kapan perasaan ini tumbuh dalam hatiku, membuatku gelisah dan merasa rindu jika tidak berada di dekatnya. Suamiku ... kapankah engkau bisa mengerti perasaanku ini? Aku sudah jatuh cinta padamu. Tatapan matamu membuat jantung ini berdebar-debar dan perhatianmu membuat hati ini berbunga-bunga.' Demikianlah sepenggal isi dari diary milik istrinya membuat hati Jona terharu dan matanya mulai berkaca-kaca.
Dalam hati ia merintih, ternyata perasaan istriku sama seperti yang aku rasakan. Mengapa kami membiarkan waktu berlalu begitu saja tanpa arti?
Jona kembali menutup buku diary milik istrinya dan meletakkan di tempatnya semula kemudian ia berbaring di tempat tidurnya sambil menunggu Lily pulang. Karena istrinya tak kunjung juga datang akhirnya ia tertidur pulas.
Tepat pukul 11.00 WIB Lily dan ibunya tiba di rumah. Ada banyak barang belanjaan yang mereka bawah termasuk bahan-bahan kebutuhan di dapur. Lily segera mencari keberadaan Jona karena ada beberapa potong pakaian yang ia beli khusus untuknya.
Dengan riang ia membuka kamar, tapi suaranya segera ia kecilkan ketika mendapati suaminya sedang tertidur pulas. Ia tidak tahu kalau sebenarnya Jona sudah terjaga karena mendengar namanya dipanggil-panggil namun ia berpura-pura ingin mengerjai istrinya.
Lily berjalan pelan mendekati suaminya dan meraba keningnya dan alangkah terjejutnya ia ketika tangannya segera ditangkap oleh Jona sehingga tubuhnya terjembab ke tempat tidur. Jona segera merangkulnya dan memeluk dengan erat.
"Kak, lihat tuh aku beli pakaian untukmu. Semoga cocok dan kamu suka!" ucap Lily untuk mengusir rasa malu.
"Kalau istri kakak yang sudah beli, pastinya akan cocok," sahut Jona sambil meraih kantong berisi belanjaan istrinya.
"Silahkan dicoba kak, saya mau ganti baju dulu!"
"Ok, makasih sayang."
Lily masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. wajahnya dihiasi senyum mengingat tingkah suaminya yang barusan. Dalam hati ia berharap ini adalah awal untuk membangun rumah tangga yang sebenarnya.
Ketika ia keluar dari kamar mandi, suaminya minta untuk dibukakan kancing baju yang masih melekat dibadannya. Sebuah kemeja kantoran yang sangat pas melekat di tubuhnya.
Lily diam terpaku mendengar perintah sang suami. Baru kali ini Jona memintanya dengan tatapan penuh arti. Deg, hati Lily berdegup kencang ketika menyentuh pakaian di tubuh suaminya. Tanpa disangkah-sangkah Jona menyentuh dagunya dengan lembut.
"Isriku, tataplah mataku sayang!"
Wajah Lily memerah dan dengan malu-malu ia mengangkat wajahnya dan keduanya saling bertatapan.
"Aku telah jatuh cinta padamu," ucap Jona, lalu mengecup bibir merah yang menantang. Jantung Lily berdegup kencang namun ia pasrah bahkan menikmati ciuman pertama dari suaminya.
Selama hidupnya, Jona juga baru pertama kali melakukan hal ini. Di kantor ia selalu diganggu oleh sahabatnya yang bernama Hadi. Hadi sudah mengajarkan banyak hal kepada Jona tentang bagaimana cara agar istri merasa senang.
Menurut Jona kini saatnya sudah tiba untuk mempraktikkan teori yang sudah ia dapatkan dari sahabatnya itu.
"Kamu tidak marah sayang?"
Lily tidak mampu untuk menjawab pertanyaan dari suaminya. Ia hanya menggeleng lalu duduk di tempat tidurnya.
"Kak, saya juga mencintaimu," ucapnya dengan malu-malu.
"Terima kasih sayang, mulai sekarang kita akan hidup sebagai suami-istri dengan utuh!" sahut Jona kemudian duduk di samping istrinya dan merangkul tubuh mungil itu dengan hangat. Lily membenamkan kepalanya ke dada bidang milik Jona sambil memejamkan matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments